3: a good

241 32 0
                                    


Tahun ajaran baru.

Hari-hari yang sibuk pun kembali datang. Di berbagai sudut jalan terlihat keramaian yang memadati. Terutama di area sekolah, sudah banyak murid-murid yang berdatangan.

Terutama aku. Yang baru saja melewati gerbang sekolah baruku. Memulai dari awal kehidupan sekolah menengah atasku ini.

"(Name)." Suara yang familiar menyambut indera pendengaranku. Di depan sana, terlihat sesosok yang perawakannya tidak beda jauh denganku tengah menghampiriku. "Sudah tahu aula upacara penerimaannya?"

Aku mengangguk kemudian menjawab, "Sudah. Di sana, 'kan?" Tanganku pun menunjuk satu arah tempat aula berada.

"Benar," kakakku mengangguk sekali, kemudian melanjutkan, "ayo kuantar sekalian."

"Terima kasih!"

Kami pun mulai berjalan menuju aula upacara penerimaan murid baru. Tidak terlalu jauh dari gerbang tadi, hanya melewati beberapa koridor saja. Namun, dapat kurasakan banyak mata yang tengah memerhatikan kami. Lebih tepatnya kakakku. Begitu dugaanku.

Tidak aku sangka, kakakku dapat berjalan dengan tenang di tengah bisikan-bisikan orang yang mengaguminya. Walau aku yakin dia tidak menyadari hal tersebut. Tetap saja, dia sangat populer!

"Nah, sudah sampai." Tanpa aku sadari, kami telah berada di depan pintu aula penerimaan murid baru. "Masuklah. Duduk yang manis dan perhatikan dengan baik," kata kak Shuu seolah-olah aku adalah murid sekolah dasar.

"Iya, iya. Memangnya aku anak kecil?" balasku pura-pura merajuk.

"Kamu memang selalu menjadi anak kecil di mata kakak."

~

"Huahhh."

Aku meregangkan tubuhku setelah keluar dari ruang klub. Pada hari ini juga aku mendaftar ke sebuah klub. Klub seni. Cukup banyak yang mendaftar tadi, sehingga aku harus menunggu giliran.

Belum jauh aku melangkah dari ruang klub, aku melihat kakakku. Sudah pasti dia berjalan menghampiriku. Rasanya seperti kakakku ada di mana-mana.

"Sudah selesai?"

"Sudah." Kami pun kembali berjalan bersama setelahnya. Setelah beberapa saat, aku teringat sesuatu. "Kak, aku dapat informasi tadi. Katanya ada pameran minggu depan."

"Mau ke sana?"

Aku mengangguk semangat. "Ajak teman-teman kakak juga, ya," kataku menggebu-gebu.

"Teman? Siapa?" responnya dengan raut bingung.

"Kakak jangan bertindak seperti tidak punya teman," jawabku meliriknya datar. "Ajak saja kak Minato dan … kak Seiya."

Nada suaraku melemah di akhir. Dapat kurasakan juga sesuatu yang aneh merayap di wajahku. Kutepuk sedikit, untungnya semua itu memudar.

"Baiklah."

Popular | Fujiwara Shuu [Tsurune]Onde histórias criam vida. Descubra agora