10

91 12 3
                                    

"Aku akan menahanmu lebih lama."

Karina menatap Jeno lekat, mencoba untuk memahami setiap perkataan yang dilontarkan oleh pria yang ada dihadapannya saat ini. Begitu juga dengan Jeno yang menatap Karina lembut. Hingga sampai sebuah perkataan menghentikan tatapan mereka masing-masing.

"Jeno, hujannya sudah berhenti. Supir sudah menunggu diluar untuk mengantarkan Karina pulang." kata bibi.

Karina segera bangkit berdiri begitu juga dengan Jeno. Mereka berdua berdiri canggung dan melihat kearah yang berbeda.

Bibi memberikan isyarat kepada Jeno dengan menunjuk Karina beberapa kali. Jeno pun berdehem kecil.

"Kau kenapa? Berdebar?" tanya Jeno, Karina menatap Jeno tajam.

"Dasar orang yang suka cari perhatian." Kata Karina lalu pergi meninggalkan Jeno dan bibi menuju ruang tamu.

Karina mengambil tas sekolahnya lalu berjalan menuju pintu utama. Karina memasuki mobilnya lalu duduk dikursi belakang.

"Paman, aku sudah masuk, kenapa tidak berangkat?" tanya Karina pada supir yang masih berdiri diluar.

"Kau mau pergi tanpaku?" kata Jeno yang baru saja datang lalu masuk ke dalam mobil, duduk disebelah Karina.

"Kenapa kau ikut?"

"Tentu saja untuk mengantar calon istriku pulang."

"Aku bukan calon istrimu, aku belum menyetujuinya."

"Kau bahkan sudah bertemu dengan ayah mertua."

"Aku bertemu dengan teman ayahku, bukan dengan ayah mertua. Jelas-jelas aku memanggil ayahmu dengan sebutan paman."

"Kalau begitu mulai sekarang cobalah untuk memanggil ayahku dengan sebutan ayah."

"Tidak mau."

"Kenapa?"

"Karena aku tidak mau denganmu."

"Kurasa tidak, mengingat bagaimana kau melihatku dengan tatapan terpesona." Kata Jeno bangga.

"Apa? Aku melihatmu dengan tatapan terpesona? Kapan?" kata Karina tidak terima.

"Haruskah kusebut satu per satu? Baiklah! Pertama, saat kita berada di rooftop. Kedua, saat aku mengatakan kalau kau cantik dikantin. Ketiga, saat dikamar mandi tadi. Keempat, saat kita bersama kevin." Kata Jeno sambil menunjukkan 4 jarinya pada Karina.

"Aku tidak." kata Karina mengalihkan pandangannya kearah lain.

Memang benar kalau Karina berhasil dibuat terpesona oleh Jeno, terutama karna paras tampan Jeno. Beberapa kali dirasakannya panas pada pipinya saat laki-laki itu memberikan perkataan dan tatapan lembut padanya.

"Ini berbahaya, aku harus segera menghindar sebelum hal yang tidak kuinginkan terjadi. Aku tidak mau jatuh kepada Jeno." Kata Karina didalam hatinya lalu melihat keluar jendela.

"Jika aku luluh sedikit lagi, mungkin pernikahan ini akan terjadi sesuai dengan perkataan mereka kepadaku. Aku masih ingin menjalani hidup yang bebas." Kata Karina didalam hatinya lagi.

"Kita berangkat." Kata supir yang sudah masuk kedalam mobil, Jeno mengangguk pelan.

"Paman, tolong mampirlah sebentar ke toko kue yang biasa kita kunjungi." kata Jeno dan dibalas anggukan oleh supir.

Tak berapa lama kemudian mobil mereka pun berhenti di depan sebuh toko kue.

"Kau tidak mau ikut?" tanya Jeno membuat Karina menoleh lalu melihat keluar.

Karina adalah orang yang suka makanan manis, karena itu Karina pun mengangguk setuju lalu ikut keluar dengan Jeno dan memasuki toko kue.

"Jisung suka kue rasa apa?" tanya Jeno pada Karina.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang