21

69 8 1
                                    

Karina menoleh. Kedua mata Karina berhasil melihat sosok Jeno yang datang ke arahnya dengan senyum merekah sambil melambaikan tangannya, atau lebih tepatnya membalas lambaian tangan Jisung.

"Iya, aku juga takut." Kata Karina pelan.

"Selamat pagi abang ipar." Kata Jisung pada Jeno, Jeno memberikan senyuman tipisnya lalu mengangguk kecil.

Jeno lalu melihat Karina yang sedang melihatnya tanpa mengatakan apapun, Jeno meneguk salivanya pelan.

"Bersikaplah seperti biasanya." Kata Jeno.

"Apa?" kata Karina sadar akan perkataan Jeno.

"Aku katakan bersikaplah seperti biasanya." Kata Jeno.

"Bersikap biasa?" kata Karina masih tidak mengerti.

"Aish... kau mengacaukan ku lagi." Kata Jeno pelan.

"Apa? Aku tidak dengar." Kata Karina.

"Aku juga." Kata Jisung.

Bel sekolah berbunyi. Pertanda kalau pelajaran pertama akan dimulai.

"Bel masuk sudah berbunyi, aku pergi dulu." Kata Jisung lalu berlari pergi meninggalkan Karina dan Jeno bersama.

"Apa yang kau katakan?" kata Karina.

"Lupakan saja." Kata Jeno lalu berjalan pergi, Karina pun menyusul Jeno untuk pergi ke kelas mereka.

Sesampainya mereka di sana, Karina langsung disambut oleh ketiga teman dekatnya dikelas.

"Kenapa lama sekali datangnya?" kata Giselle.

"Aku memiliki sedikit urusan." Kata Karina lalu meletakkan tasnya di kursi.

"Segeralah ganti bajumu, Pak Lim mengatakan kita harus sudah berada di lapangan 15 menit setelah bel berbunyi." Kata Yeji.

Karina pun mengangguk kepalanya lalu pergi ke toilet untuk mengganti pakaiannya menjadi seragam olahraga. Untuk hari ini pelajaran mereka dimulai dengan pelajaran olahraga. Dan seluruh siswa di kelas Karina suka akan bidang studi ini.

15 menit kemudian, mereka semua sudah berbaris dengan rapi di lapangan. Pak Lim yang merupakan guru olahraga di sekolah itu mulai melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru, yaitu menjelaskan materi yang terkait tentang olahraga kepada para siswa. Materi yang diajarkan oleh pak Lim adalah tentang bulu tangkis.

30 menit kemudian, pak Lim membiarkan para siswa untuk melakukan praktek secara langsung. Mereka melakukan praktek itu bersama dengan pasangan mereka masing-masing yang sudah ditentukan oleh pak Lim.

"Dari sekian banyaknya wanita di kelas kita, kenapa harus kau?" kata Haechan.

"Aku juga tidak mau denganmu." Kata Somi, Haechan membuang nafas kuat.

"Pak Lim! Kenapa bapak memasangkan ku dengan anak mama ini? Dia mungkin akan langsung menyerah di pertengahan praktek ini." Kata Ryujin.

"Yak! Akan aku buktikan kalau aku tidak lemah." Kata Yangyang.

"Jangan terlalu kuat memukul bolanya! Aku tidak suka jika harus bergerak cepat kesana-kemari." Kata Giselle.

"Tenanglah aku akan memukul bolanya pelan, bersiaplah." Kata Mark.

Mark pun menservis bola pada Giselle. Giselle mundur ke belakang untuk menggapai bola yang diservis oleh Mark.

"Yak! Sudah kukatakan jangan pukul bolanya kuat." Kata Giselle marah karena tidak berhasil mendapatkan bola itu.

"Kenapa kalian sangat berisik? Ini bukanlah hal yang sulit, benarkan?" Kata Yeji.

"Iya, ini menyenangkan. Walaupun aku berharap dipasangkan dengan orang lain." Balas Hyunjin dengan suara yang kecil diakhir kalimatnya sambil bermain bulu tangkis dengan Yeji dengan lancar.

From Message To RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang