#01

4.1K 351 54
                                    

Park Jimin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Park Jimin

☆☆☆

Dia sangat cantik, bahkan dewi pun akan menangis jika sudah melihat wajahnya.

Tetapi dibalik wajah cantik yang dimilikinya itu, dia memiliki jiwa pemberontak yang juga bisa membuat iblis paling kejam sekalipun meneteskan air matanya.

Pemuda berbalut seragam sekolah mahal itu berdiri di depan gerbang sekolahnya yang tertutup rapat, nampak sedang sibuk berpikir. Dia pemuda yang cantik, terlalu cantik bagi seorang laki-laki. Penampilannya juga sangat berbeda dari pemuda kebanyakan. Rambutnya berwarna merah muda, wajahnya yang begitu rupawan dengan alis tipis, mata sipit dengan bola mata coklat pucat, hidung proporsional dan bibir tebal serta merah merekah yang mengundang, ya dia sangat menarik.

Tapi siapa yang menyangka jika di balik wajah cantiknya itu dia sering dijuluki ‘Si Pembuat Masalah’?

Jimin namanya, Park Jimin lengkapnya. Jam masuk sekolahnya adalah pukul setengah delapan, tetapi dia terlambat bangun dan sekarang sudah jam 10 siang. Yah, hampir memasuki jam istirahat keduanya. Tentu saja dia tidak akan diizinkan masuk karena gerbang sudah di password.

Di password? Konyol memang. Dulunya gerbang raksasa tinggi menjulang ini dipasang gembok biasa sebagai pengaman. Tetapi sudah lebih dari tiga kali gembok itu selalu ditemukan dalam keadaan tidak utuh lagi di tanah dengan pintu gerbang yang selalu terbuka menganga.

Di sekolah elit ini tidak akan ada yang berani merusak properti sekolah sampai separah itu. Kecuali satu tentunya, siapa lagi jika bukan pemuda si pembuat onar!?!

Maka dewan sekolah memasang alat khusus untuk membuka pintu gerbang, semacam pengamanan menggunakan password yang sialnya Jimin tidak tau apa passwordnya.

Jimin perlahan mengangkat tangan kanannya lalu mengusap pipinya yang mulus sambil lalu. Sialan sekali sekolah ini, gerutunya dalam hati. Jika sudah seperti ini dia tidak punya pilihan lain lagi.

Pulang? Tentu saja tidak. Dia memang dikenal tidak takut apapun, tapi pilihan untuk pulang dan mendengar ocehan pria jelek itu semalaman akan membuatnya gila!

Oh, Jimin tidak membicarakan ayahnya. Pria jelek yang dia maksud itu bukan ayahnya.

Ya sudah, kali ini Jimin sudah membuat keputusan. Di dekatinya gerbang itu dan dilihatnya kaitan gerbang yang terpasang sebuah alat berbentuk remote transparan yang menampilkan sederetan nomor. Jari mungil itu bermain-main di atas remote tersebut, mencoba mencari celah untuk membukanya. Begitu tau alat itu tak lebih dari sebuah pengait tanpa kabel, smirknya muncul.

Jimin mundur selangkah lalu membuka ranselnya untuk mengeluarkan linggis.

☆☆☆

“Ada alasan tersendiri mengapa Jeon Group menolak melakukan suntikan dana untuk mendukung kampanye Seok Tae Ill dari partai The Future. Uang dari perusahaan juga tidak akan kami berikan untuk Lee Yong Sun dari partai Dehan. Mulai sekarang kami tidak akan turut andil dalam pencalonan presiden baru Korea.”

“Bukankah kedua partai itu menjalin hubungan baik dengan Jeon Group?”

“Kedua kandidat calon presiden memiliki hubungan persahabatan dengan ayahku di luar batas Jeon Group. Saat ini akulah yang memegang perusahaan jadi bisa dikatakan mereka salah orang jika ingin menjilat untuk mendapatkan uang kampanye.”

Wartawan laki-laki itu bungkam, bungkam sebungkam-bungkamnya. Sepanjang 15 tahun eksistensinya dalam dunia karirnya sebagai wartawan, baru kali ini dia merasa kalah telak dan tak sanggup lagi mengajukan pertanyaan. Tugasnya adalah menjatuhkan perusahaan properti milik Jeon Grup. Tetapi baru satu pertanyaan saja dia sudah dikalahkan.

Semenjak CEO berganti, perusahaan ini memang semakin maju. CEO-nya juga masih muda dan dingin, namun tegas dan disiplin. Dia juga sangat menjunjung tinggi kualitas sehingga siapapun yang bekerja untuknya harus menghadapi seleksi ketat.

Tentu saja, bahkan gaji perbulan untuk satu karyawan magang saja bisa dibuat mencicil mobil.

Tidak ada yang tau orang seperti apa Jeon Jungkook si CEO baru tersebut. Dia tampan, hanya itu yang bisa di simpulkan orang-orang disekitarnya. Jika bukan karena pekerjaan, dia juga jarang bicara padahal suaranya merdu sekali membuat para wanita rela membuka baju mereka hanya untuk mendengarkannya bicara.

CEO itu begitu terampil dan anehnya, tak tertarik melihat wanita-wanita cantik di sekitarnya. Di usianya yang ke dua puluh enam tahun ini, tidak pernah sekalipun dia terlibat scandal dengan wanita. Setiap wartawan bertanya kapan dia akan menikah, jawabannya hanya ‘urus saja dirimu sendiri!’

Dia memang tipikal pria yang keren namun dingin, setiap langkahnya adalah keanggunan, setiap kedipan matanya adalah maha karya Tuhan, setiap tarikan nafasnya adalah kehidupannya yang mahal. Dia pria kaya yang sempurna, wanita manapun siap sedia mengejarnya.

Siang itu Jungkook sedang di wawancara oleh sebuah majalah khusus yang mencoba mencari kelemahannya dengan cara menyinggung suntikan dana untuk pemilihan presiden seperti yang dilakukan ayahnya sebelumnya. Pada pemilihan periode lalu, ayahnya mendukung seorang calon dan pada akhirnya harus jatuh karena terjerat kasus korupsi. Perusahaan langsung jatuh moral dan uang berjuta-juta won lenyap untuk membayar denda kasus tersebut.

Lagipula, daripada memberikan uang untuk pencalonan, mengapa tidak disumbangkan saja uang itu kepada orang yang lebih membutuhkan?

“Kita istirahat sebentar.” Wartawan itu meminta waktu break yang dijawab senyum mengejek dari Jungkook.

Jungkook memutar kursinya menghadap jendela dan memejamkan mata. Dia lelah sekali, kurang istirahat. Pekerjaannya sangat padat dan masih banyak hal yang perlu dia urus lagi di rumah.

Tetapi tidak perlu menunggu di rumah, dia tau kapan dan dimanapun dia berada, dia tidak akan pernah diizinkan untuk beristirahat.

Lee Dong Wook, asisten pribadi Jungkook, mendekati Jungkook dengan cemas. Dia membawa ponsel di tangannya.

“Tuan Jeon, ada panggilan masuk dari Korea Art High School.”

Jungkook mengernyit dalam. “Apa lagi sekarang?”

“Sepertinya…” Lee Dong Wook melirik wartawan sebentar, memastikan wartawan itu tidak mendengarnya. “-tuan muda Park membuat masalah lagi.”

“Sudah kuduga, anak itu tidak akan berhenti berbuat onar sampai aku mati dengan mengenaskan!” Gerutu Jungkook tajam. Dia beranjak berdiri dan dua orang wanita yang menjadi bagian dari asistennya membantu memakaikan jas untuknya.

Lee Dong Wook nampak pasrah ketika Jungkook berlalu pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Jika sudah menyangkut pemuda manisnya itu, Jungkook tidak akan pernah tinggal diam. Bahkan sepenting apapun pekerjaannya, sepadat apapun, jika dia mendapat panggilan maupun pemberitahuan tentang pemuda kecilnya itu, dia akan pergi.

Karena pemuda itu yang paling utama bagi CEO Jeon yang dingin.

TBC

[ ⭐️ ] The Naughty BoyWhere stories live. Discover now