1. back to the past (21+)

2.5K 26 1
                                    

Tok tok tok

"David! David!"

Perempuan muda berusia 18 tahun membuka pintu dan masuk kedalam kamar dengan penuh ekspresi kesal. Menghentakkan kakinya di lantai kayu tipis tersebut. Sehingga menimbulkan suara 'dug' yang nyaring di kamar berukuran sedang itu.

"Berisik, bodoh!"

"Kau tidak mendengarku, hah? Aku sudah memanggil-manggilmu dari tadi" si perempuan menyilangkan tangan di dada. Masih menatap kesal kearah pemuda yang sedang rebahan santai di atas kasur. Yang notabene merupakan kakak kandungnya.

Pemuda bernama David itu mendelik tajam, "tak bisakah kau memanggilku kakak?"

"Mana bisa aku memanggilmu kakak sedangkan kau saja tidak pernah menganggapku adik"

David mengerutkan kening, "maksudmu?"

"Yah.. Tak perlu dijelaskan, kau pasti mengerti"

"Mana mungkin aku mengerti jika kau tidak memberitahuku"

Adiknya menghela nafas, di balik wajah kesal itu terdapat raut kesedihan. David menyadarinya.

"Kau tidak pernah memperdulikanku. Setelah selesai bekerja kau langsung pergi entah kemana. Membiarkan aku sendirian. Tidak pernah peduli dengan apa yang terjadi padaku. Kau juga tidak peduli dengan keadaanku, kondisiku... Kau hanya memperdulikan dirimu sendiri. Andai saja ayah dan ibu masih--"

"Mereka sudah mati" potong David, "jangan ungkit-ungkit masa lalu. Itu tidak akan membuat mereka hidup kembali. Sudahlah, Ava.. Kau itu sudah dewasa, artinya kau bukan anak kecil lagi. Seharusnya kau bisa menjaga dirimu sendiri. Lagipula aku tidak benar-benar pergi kan? Aku tetap pulang kerumah"

"Oh Iya aku lupa, kau mau apa datang ke kamarku? Minta uang lagi?" tanya David santai. Namun ketika ia menoleh kearah Ava yang sedang berdiri di sampingnya, David terdiam. Karena pipi Ava basah oleh air mata. Gadis itu menangis.

"Kenapa aku selalu menginginkanmu tuk berada di sisiku? Itu karena kau adalah kakakku. Kepada siapa lagi aku mengeluarkan keluh kesahku jika bukan kepadamu, satu-satunya keluarga yang aku milikki. Aku tidak punya siapa-siapa lagi setelah ayah dan ibu meninggal"

Ava mengusap air matanya kemudian keluar dari kamar David dengan satu hentakkan pintu yang amat keras.

"Ava!!" teriak David. Namun gadis itu sudah pergi.

David menghembuskan nafasnya kasar, mereka berdua sama-sama tertekan. Semenjak meninggalnya kedua orang mereka, kakak-beradik itu hidup berdua di sebuah apartemen kecil yang mereka sewa. David bekerja sebagai seorang bartender di sebuah bar pinggir kota, sedangkan Ava masih sekolah kelas 3 SMA. David lelah, bingung, stress, penghasilannya selama bekerja sebagai bartender tidak cukup untuk membayar uang sewa apartemen dan membiayai sekola Ava. Kadang David berpikiran bagaimana kalau ia mati saja, agar bebannya selama di dunia hilang. Namun bagaimana dengan Ava? David tidak mungkin meninggalkannya sendirian. Bagaimanapun juga, Ava adalah adiknya.

David kemudian mengambil sebuah foto yang selalu ia simpan di laci nakas samping tempat tidurnya. Foto itu adalah foto mereka ketika ayah dan ibunya masih hidup. David tersenyum kecut melihat foto itu. Foto kecil berbingkai emas yang elegan. Di foto itu ada dirinya saat usia 15 tahun dan Ava yang masih berusia 10 tahun. Di belakang mereka berdiri ayah dan ibu mereka. Semua orang yang berada dalam foto tersebut terlihat bahagia. Foto itu diambil sekitar 8 tahun lalu, dimana semua masih baik-baik saja. Sebelum kecelakaan pesawat merenggut nyawa kedua orang tuanya beberapa bulan lalu.

Dari balik foto itu tertulis nama dari setiap anggota keluarganya. Dimulai dari nama ayahnya, ibunya, setelah itu barulah nama dirinya dan adiknya. David membaca nama itu satu per satu.

Sexual ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang