again?

400 13 0
                                    

David membuka mata dan mendapati dirinya sedang berada di bar tempat dimana ia bekerja. Sebelah tangannya memegang botol bir sedangkan yang satunya lagi memegang gelas kecil. Pandangan David kosong, otaknya pun seperti tak bekerja. Sampai suara seseorang dari hadapannya menyadarkan lamunan David.

"Hei, payah! Cepat tuangkan bir-nya!" itu adalah suara pria setengah baya sekaligus pelanggan di bar itu. Tangan pria tersebut terlihat mengepal karena sang bartender tak kunjung menuangkan bir pesanannya.

"B-baik.." kata David sambil menuangkan bir.

David merasakan hatinya bergejolak, pikirannya berkecamuk. Entahlah, ini begitu aneh. Seperti baru saja melewati suatu peristiwa maupun momen namun David tidak ingat itu apa. Padahal pemuda itu sangat yakin jika peristiwa tersebut baru saja ia rasakan beberapa saat lalu.

Perasaan aneh tersebut masih menghantui David hingga dua hari kemudian. David melihat Ava yang akan berangkat sekolah saat itu, berbeda dengan David yang terus merasa aneh, Ava justru terlihat baik-baik saja.

"Apa kau tidak merasa aneh?" tanya David ketika mempersiapkan sarapan untuk mereka.

"Maksudmu?"

"Aku seperti sudah melewati suatu peristiwa yang besar, namun aku tidak tahu itu apa"

Kening Ava berkerut, "aku tidak mengerti"

"Aku juga sama" jawab David, "selain itu, kulitku terasa bersentuhan dengan ibu"

Deg-

Tiba-tiba saja jantung David berdesir ketika menyebut kata ibu. Pemuda itu terdiam beberapa saat, Ibu... Hanya kata ibu yang bisa David ingat. Apakah ibunya terlibat dengan peristiwa 'fiktif' yang sedang ia pertanyakan saat ini? Namun jika benar,  ini terasa begitu nyata untuk dikatakan fiktif. Dan lagi, ibunya sudah meninggal beberapa bulan lalu. Tak mungkin jika ia terlibat.

"Sudahlah. Kau cape karena terus-terusan bekerja jadi pikiranmu sedikit terganggu" Ava memasukkan satu sendok sereal kedalam mulutnya. "Berhentilah mengkhayal dan berikan aku uang. Aku butuh itu untuk membeli komik"

David mendengus, "kita harus berhemat. Jangan gunakan uang untuk hal yang tidak penting"

"Harganya cuma $5! Ayolah.. Satu kali ini saja"

"Jika ayah lihat ini dia pasti memarahimu" kata David datar seraya mengeluarkan lembaran uang dari dompetnya.

Deg--

Tunggu dulu, ayah? Lagi-lagi jantung David berdesir persis saat dia menyebut ibu. Ada apa ini?

Ini terlalu berlebihan dan ini terasa aneh

Ava tersenyum senang, "thanks" kemudian Ava pergi meninggalkan kakaknya yang masih membatu bak patung.

Singkat cerita, perasaan aneh itu mulai menghilang seiring berjalannya waktu. David sudah melupakannya dan ketika ia ingat pun ia sudah tidak peduli. Mungkin Ava benar kalau dirinya terlalu cape bekerja tapi sekarang David sudah baik-baik saja.

Siang hari pukul dua kala itu, David masuk ke kamar kemudian menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Mengambil nafas seraya menatap langit-langit kamar. David mengeluarkan ponselnya dan mengusap layar untuk mencari hiburan demi mengusir rasa bosan.

Tok tok tok

"David! David!"

Ava masuk kedalam kamar kakaknya dengan penuh ekspresi kesal. Kakinya ia hentakkan ke atas lantai sampai menimbulkan suara yang nyaring.

David tentu terganggu, "berisik, bodoh!"

"Kau tidak dengar ya? Aku sudah memanggil-manggilmu dari tadi" Ava menyilangkan tangan di dada.

"Kenapa? Mau minta uang lagi?"

Tatapan wajah Ava berubah menyendu "Kau tidak pernah peduli dengan keadaanku. Kau juga tidak peduli pada kondisiku, kau hanya peduli pada dirimu sendiri. Aku selalu sendirian, aku seperti tidak punya keluarga"

Ava menghapus air matanya lalu keluar dari kamar David. Sedangkan David terdiam di atas ranjangnya.

Rasanya aku pernah mengalami ini

Apa aku sedang deja vu?

Mengabaikan hal tersebut David lalu mengambil foto dari dalam laci nakas samping tempat tidurnya. Foto mereka ketika masih lengkap. Ketika kedua orang tuanya masih hidup. David juga membalik foto tersebut dan membacakan nama dari setiap anggota keluarga mereka. Dimulai dari nama Ayahnya.

Levi Ackerman
Petra Ackerman
David Ackerman
Ava Ackerman

Tulisan rapi ayahnya yang ditulis menggunakan tinta hitam.

Tiba-tiba saja jantung David berdetak dengan sangat hebat, keringatnya membanjiri pelipis begitupun dengan kepalanya yang terasa sakit luar biasa.

Ketika foto itu mengeluarkan glitch.

Sexual ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang