Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
“Papa, aku ditaman”
Lega.
Setidaknya sekarang Gulf sudah bisa bernafas lega saat mendengar suara Kealia. Dengan langkah seribu Gulf segera mendatangi taman yang sudah Up jelaskan lokasinya melalui panggilan tadi.
Hanya satu lagi yang ingin ia lakukan, memastikan jika Kealia dalam kondisi baik-baik saja meskipun keceriaan pada nadanya sudah bisa menjelaskan semuanya.
“Papa, Stop!” Teriak Kealia dari tengah taman yang sedikit redup.
Sedikit kaget dan heran, namun Gulf tetap menghentikan langkahnya. “Kenapa?” Ia mulai kembali berpikiran yang tidak-tidak.
“I wanna show you a magic”
Gulf mengernitkan dahinya tidak mengerti, “Magic?”
Kealia mengangguk dan tersenyum lebar, “Lets counting 1 to 10 bersama-sama, okay?”
“One”
“Two”
“Three”
“Four”
“Five”
“Six”
“Seven”
“Eight”
“Nine”
“TEN!!”
Pada hitungan ke sepuluh, Kealia menjerit girang dan berjingkrakan riang. Dan tepat saat itu juga puluhan kembang api meletus secara bersamaan memeriahkan taman yang tadinya redup itu.
“Apa ini?” Gulf mengernyitkan dahinya. Iw merasa tidak berulang tahun hari ini dan tidak juga dengan orang-orang terdekatnya.
Lampu taman kembali menyala setelah semua kembang api itu berhasil diletuskan. Dan muncullah sosok yang sudah beberapa hari ini sedang Gulf coba untuk abaikan, meskipun jujur Gulf sudah sangat merindukannya.
Pria itu berjalan mendekati Kealia dengan membawa segenggam besar bouquet bunga matahari yang begitu cantik.
Dari jauh, Gulf bisa melihat saat Mew menjulurkan tangannya kepada gadis kecil cantik Kealia, putri kesayangan mereka dan mulai berjalan kearahnya.
Detik itu juga perasaan haru memenuhi diri Gulf dan tanpa ia sadari air mata mengalir begitu saja dari kedua sudut matanya.
Masa depannya, sedang berjalan kearahnya. Dua orang yang dicintainya dan dua orang yang berarti dalam hidupnya.
“Kana”
“Daddy membawakan papa bunga yang indah” Kealia ikut menyerahkan bouquet bunga ke tangan Gulf.
