02. De Voulos Bersaudara

804 92 6
                                    

Happy Reading.

Setelah acara makan malam, De Voulos bersaudara duduk di dalam ruangan kerja milik Dimitri, mereka saling diam menikmati waktu berkumpul ini dengan baik. Elsa dan Jemima pergi entah ke mana bersama anak mereka, kemungkinan besar mereka juga berkumpul di ruangan lain.

"Martius," panggil Dimitri.

Martius menoleh dengan kedua alis naik. "Apa?" jawabnya pelan.

Dimitri berdeham pelan, ia melirik Draco yang menatapnya dengan bingung. "Apa kau tidak berniat untuk menikah?"

Draco tersedak setelah melihat tatapan dingin Martius kepada Dimitri. "Belum," gumam Martius setelah melihat bendera kerajaan Bloomsytch yang berada di ruangan itu.

Martius melirik lukisan sebuah bangunan besar bertingkat tiga dengan lambang kerajaan Bloomsytch lalu di sebelah lambang itu ada lambang akademi Bloomsy, ia terdiam saat wajah seseorang yang ia lihat tadi siang terlintas di benaknya. Tersenyum tipis seraya menunduk berusaha menyembunyikan perasaan malu dari kedua saudaranya.

Draco tersenyum miring menatap adik bungsunya, ia yang memiliki mata tajam sedikit melihat kalau Martius tersenyum malu setelah melihat lukisan akademi itu, Draco merasa heran ada apa dengan lukisan akademi?

"Kematian Miranda bukan salahmu," imbuh Dimitri tiba-tiba, ia menatap Martius dengan serius. "Jadi jangan terus merasa bersalah, dan nikmati waktumu untuk bersenang-senang, saat ini seluruh kerajaan Bloomsytch sudah mengetahui kalau kemampuan pedang dan bela dirimu sudah melampaui Draco. Apa lagi ketika tiga kerajaan kecil yang memberontak ke kerajaan kita kau bantai habis dan menjadi tunduk dengan kerajaan ini."

Draco menggangguk menyetujui perkataan Dimitri, dalam waktu sepuluh tahun ini Martius berusaha keras untuk mengasah kemampuannya, saat ia berusia lima belas tahun kemampuannya benar-benar di tingkat bawah karena ia selalu bermain dan tidak menghadiri pelatihan. Meninggalnya Miranda membuat dirinya bertekad untuk menjadi kuat, tanpa Martius sadari bukan hanya kemampuannya yang meningkat tetapi sifatnya juga berubah.

"Akademi Bloomsy," sela Martius tanpa merespon ucapan panjang dari Dimitri tadi.

Draco melirik Martius dengan alis kanan yang naik, merasa tertarik dengan ucapan Martius. "Ada apa dengan akademi Bloomsy? Kau ingin mengelolanya?" tanya Dimitri menatap bingung kedua adiknya bergantian. Draco mengedikkan bahunya karena juga tidak mengetahui maksud ucapan Martius.

Martius menggeleng. "Apa kau mengenal salah satu guru di sana yang bernama Robe Roxel?"

Dimitri mengernyit karena tidak mengenal nama itu, dan di dalam daftar bangsawan nama itu juga tidak ada, sudah pasti kalau orang yang ditanya Martius ini adalah orang biasa yang beruntung bisa menjadi guru di sana. Akademi Bloomsy berdiri semenjak kerajaan ini terbentuk, bisa dikatakan akademi ini salah satu aset kerajaan Bloomsytch. Rata-rata yang masuk ke akademi itu adalah anak bangsawan dan pengusaha ternama di kerajaan ini, jika ada yang berasal dari keluarga biasa kemungkinan besar ia dimasukkan oleh bangsawan yang memberi bantuan kepada anak itu.

"Aku tidak mengenalnya, ada apa? Apa pria itu mencari masalah denganmu?"

Martius menggeleng cepat, ia mengambil teh di atas meja lalu meminumnya perlahan, menghalau rasa gugup menggerogoti dirinya saat ini. Draco tersenyum kecil, ia akan menanyakan kepada Jemima nanti tentang Robe Roxel, karena istrinya itu sering berada di pasar dan dia juga tamatan dari akademi Bloomsy.

Martius Is My Villain [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora