34. Sehari bersama Rosella

212 25 0
                                    

Happy Reading.

Dipagi hari yang cerah ini—melupakan kalau semalam telah terjadi hujan disertai petir, sepasang anak manusia terlelap nyaman di atas ranjang dengan selimut putih menghangatkan tubuh keduanya. Cahaya matahari terlihat malu-malu melalui celah ventilasi udara.

Rosella menggeliat dan mengernyit saat merasakan tangan seseorang yang memeluk dirinya dari belakang, matanya terbuka dan melotot menyadari kalau ia sedang tidak berada di kamarnya. Ia sontak menunduk melihat gaunnya, ia mendesah lega menemukan gaunnya masih terpasang rapi.

"Belum saatnya aku membuka gaunmu." Perkataan frontal itu cukup membuat Rosella tersipu malu, bahkan ia tidak berani menoleh ke belakang—tidak menyangka kalau Martius telah bangun—dan lebih menikmati kalau tangan Martius mengelus lengannya dengan lembut.

"Martius, sekarang sudah pagi," gumamnya pelan. "Hm, aku tahu," balas Martius.

Rosella menyingkirkan tangan Martius lalu ia duduk dan memunggungi Martius, ia merapikan rambut dan mengikatnya menjadi satu. Martius ikut duduk bersandar di kepala ranjang, ia memperhatikan Rosella dengan senyum lebar.

"Bagaimana lukamu?" tanya Rosella sambil menyentuh luka Martius dengan sangat hati-hati. "Penglihatanmu?"

Martius menatap Rosella lembut dan teduh, ia sangat menyukai Rosella yang seperti ini. "Sedikit lebih baik daripada kemarin. Aku tidak tahu entah ini karena pengaruh obat atau adanya dirimu di sisiku."

Rosella menunduk dan menggigit bibir bawahnya. Martius menangkup kedua pipi Rosella dan mengangkatnya sehingga kedua mata mereka beradu pandang, ibu jari Martius mengusap lembut pipi kemerahan Rosella.

"Cantik dan baik hati." Martius melirik bibir Rosella. "Apa kau tahu? Kalau kau adalah cinta pertamaku." Ia kembali menatap mata Rosella lekat.

Rosella menahan senyumnya, ia meremas gaun dan menahan diri agar tidak berteriak. Tangan kiri Martius beralih menggenggam tangan Rosella. "Di dalam lemari kamar sebelah ada gaun Miranda, carilah yang ukuran sesuai denganmu."

Martius menatap kepergian Rosella, ia memperhatikan Rosella yang menutup pintu kamarnya. Ia sengaja menyuruh Rosella berganti pakaian karena ia tahu Rosella sudah tidak nyaman jika memakai gaun yang sedari kemarin ia pakai, juga ia sudah menahan diri untuk tidak mencium Rosella. Sungguh, jika tadi Rosella dibiarkan berlama-lama di sini bisa saja hal yang tidak disetujui Rosella—tapi hal yang begitu ia nantikan—akan terjadi saat ini juga. Ia tidak mau Rosella merasa takut dan menghindari jika ia mengikari janjinya untuk tidak bertingkah aneh.

Ia merebahkan kembali tubuhnya dan menggigit bantal lalu berteriak, ia memukul bantal dengan perasaan teramat gemas. "Sialan! Kenapa dia begitu menggemaskan!" gumamnya.

Lalu ia mengacak rambutnya dan matanya tidak sengaja melirik obat pemberian seseorang. Ah, benar, ia lupa menanyakan kepada Rosella siapa yang telah mengobati dan memberikan dirinya obat yang teramat pahit itu. Karena keberadaan Rosella saat ia bangun dari pingsannya kemarin, membuat pikirannya kacau dan berpusat kepada Rosella. Namun, ia sangat-sangat berterima kasih kepada obat atau yang mengobati karena obat itu sangat bekerja dengan baik.

Contoh saja dengan pengelihatannya yang sedikit lebih jernih daripada kemarin, sehingga membuat ia bisa melihat sesuatu yang berada di dekatnya. Luka di bahunya juga terasa lebih ringan dan ia bisa sedikit menggerakkan bahunya. Ia turun dari ranjang dan membuka lemari, mencari baju ganti dan memasuki kamar mandi.

Martius Is My Villain [END]Where stories live. Discover now