Telat

2 1 0
                                    

"Kamu lebih cepat tiga menit hari ini, sebuah pencapaian."

Guru BK dengan tubuh tinggi besar berdiri membelakangi pagar sekolah, tatapan sangar miliknya selaras dengan alis setebal daun mangga. Untungnya bapak itu tidak punya kumis, kalau sampai ada lengkap sudah.

Sebut saja Pak Bakri.

Ada sebuah cerita, Pak Bakri sebelum menjadi guru BK adalah perwira menengah TNI Angkatan Darat. Dan informasi itu sudah dikonfirmasi oleh Pak Bakri sendiri, setiap kali ia mengambil kelas ia menceritakan hal tersebut pada murid-murid di kelas. Alasan kenapa Pak Bakri berhenti masih menjadi misteri, seiring dengan waktu mulai bertebaran desas-desus diantara para murid mengenai alasan Pak Bakri berhenti dari tugas yang dianggap oleh kebanyakan orang 'cukup menjanjikan' itu.

Namun, tak ada cerita yang terbukti kebenarannya.

Tubuhnya yang tinggi besar, perwatakan tegas binti galak. Suara menggelegar dan bisa bergema di koridor sekolah. Baju PNS yang ketat, memamerkan otot lengan sekeras batu. Siapapun pasti akan menganggap Pak Bakri sejenis tukang pukul yang disewa sekolah.

Yang paling buruk diantara semuanya.

Pak Bakri menggunakan hukuman 'militer' pada anak-anak yang melanggar

Tanpa pandang bulu, mau itu murid laki-laki atau perempuan.

"Kalau begitu, saya bisa masuk kan pak?" 

Kedua iris Satria berbinar.

"ENAK SAJA!" Pekik Pak Bakri, ludahnya muncrat kemana-mana. "Sekarang sudah jam tujuh lewat tiga menit!"

"Tapi kan udah ada kemajuan pak!"

"TELAT YAH TELAT!" Alis tebal Pak Bakri memekik. "Kamu turun tiga kali dua!"

"SHAP TURUN TIGA KALI DUA!" Ulang Satria dengan nada tegas ala prajurit, setelah memberi pose hormat ia bersiap menjalankan hukuman.

...

...

Satria menengok ke murid di belakangnya.

"Eh, tiga kali dua berapa sih?"

Murid itu menepuk jidat.

"Enam." 

"Okki."

Dengan gagahnya, Satria mengepalkan tinju. Lalu ditancapkannya ke bumi, mengambil push-up enam kali tanpa kesulitan. Padahal, push-up dengan tangan mengepal itu cukup sulit dilakukan oleh anak-anak SMA pada umumnya.

Beberapa saat kemudian...

"Perintah dilaksanakan!" Satria berdiri tegap, mengambil sikap hormat.

"Bagus."

"Jadi, saya boleh masuk pak?"

"NDASMU!"

Satria seperti baru saja tertimpa batu gunung mendengar kata-kata pedasnya. Beberapa murid yang juga terlambat tertawa dengan pelan.

"Kamu tidak lihat di dalam sedang upacara?!" Pak Bakri menunjuk keramaian di tengah lapangan yang ada di tengah-tengah sekolah. "Pokoknya kamu tetap disini sampai upacara pembukaan semester selesai, kecuali kalau kamu cukup gila untuk menyuruh kepala sekolah menghentikan upacara."

Tanpa ragu Satria berjalan. Namun seketika kerah bajunya ditahan oleh Pak Bakri.

"Kamu mau kemana?!"

"Mau nyuruh pak kepsek berhentiin upacara, pak."

Satu jitakan mendarat mulus di kepala Satria.




-Corner-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang