01

7.2K 510 39
                                    

Kala itu hujan turun membasahi bumi, aroma petrichor yang tercium sungguh membuat ketenangan bagi siapapun yang menghirupnya. Seperti apa yang sedang di lalukan gadis bermata kucing, di tengah keramaian menunggu hujan reda di salah satu halte bus. Ia menghirup aroma petrichor dan sesekali mengusap lengannya yang terasa dingin.

Kaos putih yang dibalut cardigan tipis berwarna hitam juga celana jeans selutut, membuat dirinya kedinginan setengah mati. Karena ia terjebak oleh banyaknya tetesan air yang jatuh dari langit, saat ia selesai berbelanja bulanan untuk stok pribadi di apartnya.

Sampai akhirnya ia mencium aroma citrus yang menyatu dengan aroma menenangkan dari petrichor, ia pun menoleh kearah samping dimana terdapat gadis jangkung dengan softcare gitar yang tersampir di bahu kirinya.

Sangat mempesona, itu yang gadis bermata kucing tangkap saat ia melihat sosok yang berdiri tepat disampingnya. Ia pun mengalihkan pandangannya pada kendaraan yang lewat, walau tak 100% karena aroma citrus itu sangat memanjakan penciumannya.

"Pakailah" suara serak yang mengalun begitu indah sungguh membuat gadis bermata kucing, berdebar tak karuan.

"Eoh? Ti—tidak terimakasih"

Gadis jangkung yang memiliki mata hazel yang begitu indah pun segera, membalut tubuhnya dengan jaket kulit berwarna hitam, tanpa sepatah kata.

"Bibirmu sudah menggigil, lebih baik di pakai saja" kata gadis jangkung tersebut.

"Saya Lalisa, kamu?" gadis bermata kucing itu tersentak kala melihat uluran tangan dari gadis jangkung disampingnya.

"Eum, Jen—Jennie" gugupnya sambil membalas uluran tangan Lisa.

Kemudian keduanya saling bertukar senyum dan disaat itu Jennie terpaku, melihat betapa indahnya senyum gadis bermata hazel dihadapannya.

"Permisi" ujar seorang ibu-ibu yang tanpa segaja mendorong bahu Jennie hingga Jennie terhuyung kedepan, untung saja Lisa dengan sigap menarik lembut lengan Jennie, sampai kepala gadis itu tenggelam diceruk lehernya.

"Aduh mohon maaf nak, ibu tidak sengaja. Kamu baik-baik saja kan?"

"Lain kali hati-hati bu" ujar Lisa sesopan mungkin.

Jennie sedikit mendangak dan tatapannya kini bertemu dengan hazel indah milik Lisa. Ia tersenyum malu karena Lisa mengedipkan satu matanya pada Jennie.

"Te—terimakasih" ucap Jennie sambil menjauhkan tubuhnya dari Lisa.

"Sama-sama" balas Lisa sedikit terkekeh.

"Eum, untukmu" ujar Jennie, menyerahkan satu botol minuman yang ia beli tadi pada Lisa.

"Untuk saya? Terimakasih" Lisa mengambil botol minum tersebut sambil tersenyum manis.

"Habis berbelanja?" tanya Lisa setelah ia meneguk minuman yang di berikan Jennie.

"Yaa, untuk stok bulan ini" Lisa menganggukkan kepalanya mengerti, lalu setelah itu keduanya saling diam.

Derasnya hujan kini sudah berganti dengan rintik tetesan air. Jennie menatap mendungnya langit, sudah tidak terlalu deras mungkin sudah saatnya ia pulang sekarang.

"Sudah reda" cicit Jennie sambil melirik kearah Lisa yang ternyata tengah menatap kearahnya.

"Ingin menumpang? Kebetulan saya membawa motor" ucap Lisa dengan menunjuk motor sport hitam yang tak jauh dari halte.

"Tidak terimakasih, lagipula apart saya tidak jauh dari sini" tolak Jennie sambil tersenyum manis.

"Karena tidak jauh, maka dari itu bareng saja dengan saya"

Wanna Be Yours (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang