Chapter 09

3.5K 342 16
                                    

Seharian ini Ziva masih terbayang suaminya. Kadang ia akan tersenyum sendiri, kadang ia akan kesal bagaimana jika suaminya digodain wanita kurang belaian saat di kampus.

"Sudah bel Mbak, jangan ngelamun terus," kata suara tak asing membiat Ziva sadar.

Ternyata Ethan yang berada di depannya sudah berdiri dan bersiap meneteng tasnya.

"Lah, kok cepet banget," kata Ziva bingung, perasaan baru saja ganti bel.

"Mangkanya jangan ngelamun, nanti kesambet setan. Lagi mikirin gue ya?" Tanya Ethan dengan tatapan sok percaya dirinya.

"Idie," balas Ziva kemudian ia merapikan bukunya.

"Btw, hari ini ada acara di tongkrongan. Lo beneran gak bisa ikut Ziv? Anak-anak nanyain lo," kata Ethan membuat Ziva menghela nafas.

"Gue beneran sorry banget. Tapi lo tau kan Abi gue kek gimana? Lo tau dia berarti lo juga tahu sikap kerasnya," kata Ziva dan Ethan mengangguk.

"Lagian lo itu, gue kaget banget waktu Pak Jason datang tuh ke lintasan sama sekretarisnya. Beh, lebih ngeri ketinbang polisi," kata Ethan dan diangguki oleh Ziva.

"Tapi kita dah nyaman sama lo Ziv, gimana dong?" Tanya Ethan membuat Ziva kembali menghela nafas.

"Gue juga gak tau hua... gue sekarang bagai burung di sangkar emas," kata Ziva kembali meratapi nasibnya.

Tiba-tiba ponselnya berdering, ia melihat siapa yang memanggil.

"Beh gak disilent, untung gak bunyi waktu pelajaran," kata Ethan ikut kaget mendengar suara nada dering Ziva.

Ziva mengangkat tangan kirinya menandakan Ethan untuk diam. Ternyata yang menelponnya adalah Om Mesum. Siapa pemilik kontak ini? Oh, ia lupa itu nama nomor telepon suaminya.

"Eth, gue pergi dulu ya," kata Ziva segera berdiri membuat Ethan kaget dan buru-buru memberinya jalan.

Ziva mengangkat teleponnya dengan menuruni tangga secara terburu-buru. Apa suaminya sudah berada di depan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam. Ada apa?" Tanya Ziva kesal.

"Kamu belum keluar? Saya sudah di depan. Apa perlu saya jemput ke dalam?"

Ziva melotot mendengar pertanyaan suaminya itu. Dia bukan anak kecil hei, jika sampai itu terjadi. Di mana harga diri Ziva, malu lah!

"No! Ini masih jalan. Tunggu di depan saja! Jangan bikin gue malu Om!" Kesal Ziva kemudian mematikan telepom tanpa mengucap salam.

Tak lama ponselnya berbunyi singkat membuat Ziva bingung dan melihatnya. Tertera notifikasi pesan dari Om Mesum.

Ziva membuka pesan itu tanpa menghentikan langkah kakinya.

Om Mesum:
Waalaikumussalam.

Ziva menepuk kepalanya, apa ia belum mengucapkan salam tadi? Oh, Ziva ingat ia sangat kesal. Ia berhenti sebentar kemudian mengetikkan pesannya.

Me:
Assalamualaikum Om. Kelupaan tadi!

Om Mesum:
Waalaikumussalam, Honey.

Membaca pesan balasan Bagas membuat Ziva terpaku sebentar. Wajahnya memerah.

"Ah!!! Jangan baper!!" Geram Ziva kemudian melanjutkan jalannya membuat ia dilibati satu koridor dengan tatapan bingung.

Saat sampai di pintu gerbang, langkah kaki Ziva terhenti setelah mendengar ada yang memanggilnya. Tidak, ia tidak mendengar panggilan Zawjati, atau ti ti yang lain dari suaminya.

Masya Allah & AstaghfirullahWhere stories live. Discover now