Chapter 29

3.3K 254 27
                                    

Setelah makan siang itu Ziva dan Revaz pamit. Yah, karena di rumah hanya ada Marsha dan Ilham, mereka tidak mau menganggu pasutri itu berduaan. Jadi mereka memutuskan pamit beberapa saat setelah kepergian Arcel dan Kania.

Karena sore Revaz ada meeting, jadi ia memulangkan Ziva terlebih dahulu. Ia hanya mengantar sampai depan pesantren. Kemudian setelah melihat adiknya masuk, Revaz kembali putar arah menuju kantor.

.
.
.
.
.
.

"Huh... gak ngapa-ngapain di rumah ternyata bosen juga," gumam Ziva yang saat ini hanya tiduran di kamarnya. Rasanya benar-benar seperti kain lusuh, tidak berguna.

Karena siang ini ia tidak memiliki kesibukan akhirnya Ziva lebih memilih tidur saja. Ia jadi mengantuk karena tidak ada kegiatan.

Dan yah, ia tidur sampai sore. Karena benar-benar gabut, akhirnya Ziva ikut Uminya ke pesantren putri kemudian seperti kemarin ikut sholat jamaah, nderes, juga hafalan.

Habis magrib mereka kembali ke rumah ndalem. Untuk kegiatan sholat isya, Ziva tidak ikut karena males. Jadi ia sholat sendiri di kamar setelahnya turun lagi.

Entah hari ini terasa sangat panjang dan membosankan. Padahal tadi pagi ia keluar pesantren, sudah tidur, ikut kegiatan santri tapi rasanya suntuk. Apa karena masih memikirkan Mas Omnya ya?

Hingga waktu makan malam semuanya berkumpul kembali. Yah, suasana juga seperti biasa. Tidak ada sesuatu yang menarik atau luar biasa.

Bahkan setelah membantu membereskan dapur, Ziva langsung naik ke atas. Alasannya lelah karena sedari tadi mengikuti kegiatan pesantren juga tadi ia kan main-main di luar bersama Revaz.

Sementara Bagas merasa tidak nyaman. Sejak semalam ia belum berbicara dengan istrinya. Bahkan setelah makan malam Ziva langsung masuk kamar. Apa gadis itu masih marah padanya?

Akhirnya pukul sembilan malam Bagas menyusul sang istri masuk ke kamar.

"Asslamaualaikum," salamnya saat memasuki kamar.

"Waalaikumsalam."

Bagas yang baru menutup pintu berbalik, matanya sedikit terbelalak kemudian kembali menunduk. Kenapa Ziva menggunakan pakaian seperti itu lagi?

Dengan perlahan ia langsung saja menuju ranjang dan bersiap tidur saja. Jika dihiraukan nanti Ziva juga akan merasa malas sendiri bukan?

Sebenarnya bohong jika Bagas baik-baik saja. Namun, ia harus menahannya. Ia tidak boleh egois dan memaksa Ziva. Gadis itu masih memiliki masa depan yang panjang.

"Huh... lagi-lagi seperti itu. Gak minat bilanglah!"

Bagas yang hendak tidur mendengar suara Ziva langsung mendongak.

"Maksud kamu?"

"Kenapa? Mas Om dari kemarin aku pakai baju gini tidak ada reaksi," kata Ziva membuat Bagas bingung.

"Yah, kamu kenapa memakai pakaian seperti ini?" tanya Bagas dengan sabar.

"Masa gak tau sih? Cowok apa gak tau kode istrinya," ucap Ziva dengan kesal sampai membuang muka.

"Baby, kamu ini masih muda. Jika kita melakukan itu dan sampai ada kehidupan baru, maka kamu sudah tidak akan bisa seperti dulu lagi." Bagas berusaha menjelaskan dengan perlahan.

"Halah, bilang saja Mas Om tidak tertarik sama aku!"

"Bukan sepertu itu Baby, kita pikirkan dulu masa depan kamu," tutur Bagas yang masih terus bersabar menjelaskan maksudnya pada sang istri.

"Hih! Apa jangan-jangan Mas Om punya hati di luar sana ya? Mangkanya istri di rumah dianggurin," kata Ziva dan tentu saja Bagas terkejut.

"Astaghfirullah, mana mungkin. Apa yang kamu katakan?" Bagas terntu saja terkejut mendengar ucapan sang istri tersebut.

Masya Allah & AstaghfirullahWhere stories live. Discover now