18 | Delapan belas

153K 18.9K 681
                                    

بسم اللّه الرحمن الرحيم

Vote dan komennya, tie!
-Semoga suka dan bermanfaat-

***


. . .

"Assalamualaikum."

Pergerakan Sabrina yang hendak membuka knop pintu terhenti saat benda berbentuk persegi panjang itu lebih dulu terbuka oleh orang yang ada di depan. Reflek, ia memundurkan langkahnya kembali. "Waalaikumsalam," balasnya.

Sabrina mendongak. Ia melempar senyum pada sosok Arkan dengan gamis abu-abunya, laki-laki itu baru saja tiba selepas sholat maghrib berjamaah di masjid pondok pesantren.

Sabrina diam sejenak setelah itu ia mengambil telapak tangan Arkan lalu membawanya ke bibir.

Tentu hal itu membuat seulas senyum terlihat di bibir Arkan.

Dengan lembut, ia membalasnya dengan kecupan pada kening.

"Sholehah. Istri siapa ini?"

Sabrina mengedikan bahunya. "Gak tau. Lupa."

"Heh!" Arkan menyentil pelan dahi Sabrina membuat sang empu meringis. "Hati-hati kalau bicara, ay," lanjutnya.

Dengusan terdengar dari Sabrina. Dengan tangan yang masih mengelus dahinya ia menatap Arkan kesal. "Lagian segala nanya! Kemaren yang nyebut-nyebut nama Sabrina di ijab kabul siapa emang?"

"Saya."

"Nah yaudah." Sabrina kembali mendengus. "Sakit tau," gumamnya.

Arkan terkekeh. Ia melangkah maju lebih masuk lagi ke dalam kamar. Sontak saja hal itu membuat jarak antara ia dan Sabrina semakin dekat. Arkan tersenyum geli melihat Sabrina yang terus mundur.

"Kamu kenapa mundur-mundur, Ay?"

"Gus kenapa maju-maju?" Bukannya menjawab, Sabrina malah melayangkan pertanyaan lagi. Gadis itu mendelik sinis pada Arkan. Yang dibalas kedipan mata oleh laki-laki itu.

"Gus!"

Sabrina melotot melihat Arkan yang menutup pintu kamar lalu menguncinya. Tak lama, laki-laki itu berbalik lalu kembali mendekat padanya.

Sabrina ingin mundur tapi pergelangan tangannya lebih dulu ditahan.

Dan pelakunya adalah Arkan. Laki-laki yang kini hanya menampakkan senyum yang menurut Sabrina sangat menyeramkan.

"Gus senyumnya biasa aja bisa gak?" Sabrina berucap gamblang.

"Kenapa? Senyum saya terlalu manis?" Dengan percaya dirinya Arkan menjawab membuat Sabrina reflek memutar bola matanya malas.

Melihat itu Arkan terkekeh. Dengan sekali gerakan ia menarik tangan Sabrina hingga gadis itu masuk ke dalam pelukannya.

Bisa Arkan rasakan tubuh Sabrina yang menegang. "Rileks, Ay," bisiknya.

Sabrina menghela napas kesal. Tangannya berusaha mendorong tubuh Arkan tapi justru laki-laki itu semakin mengeratkannya.

"Gus, sesek ih!"

Pelukan langsung mengendur tapi tidak terlepas. Arkan menunduk menatap Sabrina yang hanya sebatas dadanya.

Mengulas senyum lalu tangannya bergerak mengangkat dagu gadis itu hingga pandangan mereka bertemu.

Diam sejenak. Jari-jari tangan Arkan bergerak mengelus dahi Sabrina yang terlihat memerah setelah itu dengan perlahan dan lembut, Arkan mendaratkan bibirnya di sana.

Astagfirullah, Sabrina! (TERBIT)Место, где живут истории. Откройте их для себя