🍁 20| Selamatkan

223 54 8
                                    

Mobil sport yang memang didesain untuk aktivitas militer itu kini akhirnya bisa terparkir santai di area Padang rumput. Dua orang yang ada didalamnya kini turun dengan pakaian dan senjata lengkap, anggota timnya sudah menunggu mereka dari tadi. Dan kini mereka akan pergi menghampiri rekan timnya untuk kembali menjalankan misi.

Chanyeol memilih menjauhi Padang rumput untuk bisa mendekat kearah tim 2 yang sudah menunggunya di sudut kanan gedung tak layak huni itu. Dengan pakaian perang lengkap, kini Chanyeol mematok bangunan yang terlihat sepi namun berisi pemberontakan itu.

Setelah sampai, kini Chanyeol bergabung dan berjongkok menatap gedung itu.

"Aku masih tidak menyangka ada warga sipil yang memberontak dan bahkan menyeludupkan senjata." Tukas Chanyeol disela-sela pikirannya.

"Pengaruh luar, sepertinya kapten." Balas tentara lain yang mendengar.

"Jika saja mereka bukan warga Korea, aku tidak akan sungkan melukainya."

Kini tatapan Chanyeol mengarah tajam, seolah perang akan segera dimulai.

"Arahkan tim 3 untuk bergerak diatas, dan kalian dari samping serta aku dan kau dari depan." Perintah Chanyeol sembari menunjuk tiga tentara lain untuk ikut bersamanya.

"Baik,kapten."

"Senjata itu milikku!"

.
.
.

Chanyeol bergerak perlahan memasuki pintu utama gedung. Pistol sudah siap di tangan kanannya serta pelatuknya sudah terpasang. Tiga orang lagi berjalan dibelakangnya, mengangkat senjata dan bergerak mengikuti langkah pelan Chanyeol.

"Usahakan tidak melepas tembakan, kita meminimalisir luka." Tegas Chanyeol pelan.

"Baik."

Mereka terus masuk, menjelajahi setiap lorong dan ruang tanpa dinding, dan terus mendengarkannya pergerakan walau halus.

Srekk

Chanyeol mengangkat tangan kirinya, memberi aba-aba berhenti dan mendominasikan keadaan. Itu adalah suara sepatu.

Netranya bergetar dan memandangi sudut ruangan yang ada didepannya, kemungkinan sebagian pemberontak itu berada disekitar Chanyeol saat ini. Chanyeol terus mencari sumber suara itu dengan pendengarannya tanpa bergerak sedikitpun.

Hening,
Terlalu hening untuk Chanyeol bisa curiga bahwa pergerakannya terdeteksi.

"Hahh-

DUARRR!!! TANGGG!!

Refleks, Chanyeol mengangkat senjatanya. Mengarahkan benda berwarna hitam itu kearah depan, pada sudut kiri yang menutup pandangannya karena dinding lorong. Begitu juga dengan bawahannya dibelakang. Namun, Chanyeol masih mengangkat tanpa melepas pelatuknya. Hanya untuk berjaga-jaga karena yang akan melepas tembakan hanyalah timnya dibelakang.

Chanyeol menatap tajam, intensnya terangsang untuk mengikuti arah suara yang semakin dekat. Langkahnya terdengar tergesa-gesa, dan gesekannya pada lantai memberikan tebakan bahwa dia tengah berlari. Apa tim 2 yang bergerak dari samping melepas tembakan? Itu yg dipikirkan oleh Chanyeol sekarang.

Semakin dekat, kini terdengar terlalu banyak.

"JALANG SIALAN! KEMARI KAU!"

Mata Chanyeol membesar ketika mendengar gema suara itu. Terlalu kuat bahkan untuk sekedar menganggap itu adalah bawahannya.

Tidak
Itu bukan timnya, itu mereka. Salah satu dari pemberontak.

Kaki yang kini melangkah cepat itu kian mendekat kearah Chanyeol yang sekarang sudah siap menyambut. Pistolnya sudah berada didepannya, hanya tinggal melepas tembakan.

HANYA SEPENGGAL KATAOnde histórias criam vida. Descubra agora