Tigapuluh sembilan

5.7K 267 2
                                    



Setelah obrolannya dengan orangtua Sinta, sekarang di dalam mobil Nadine masih diam menyenderkan tubuhnya dikursi, sungguh ia tak tau harus berbuat apa sekarang, hal yang tak pernah terlintas di bentaknya kini tiba tiba menghantuinya.

"Kita sekarang ke kantor mas Rifky pak"

"Baik bu"

Bertemu dan menceritakan ini semua pada suaminya sepertinya adalah cara terbaik untuk sedikit menenangkan pikirannya Saat ini.

"Bunda"

"Bunda" panggil caca lagi menggoyangakn tangan sang bunda, yang sedikit membuat Nadine tersentak menengok ke arah anaknya.

"Kenapa nak?"

"Bunda kenapa? " tanya caca balik, yang sepetinya anak itu paham soal apa yang sedang bundanya rasakan.

"Bunda gak kenapa napa kok sayang" balas Nadine tersenyum mengelus pipi anaknya.

"Opa dan oma gak jahat in bunda kan ? " tanyanya lagi meneliti wajah sang bunda.

"Enggak nak, pokonya caca tenang aja bunda gak kenapa napa kok"

"Ibu beneran gak apa apa bu? " tanya sus Dita khawatir, saaat menyadari muka Nadine terlihat pucat.

"Saya gak apa apa dit, kamu gak usah khawatir"

"Semunya baik baik aja kan bu?"

Nadine mengangguk tersenyum getir,

Akhirnya sekitar tiga puluh menit mereka sampai di depan kantor Rifky, Nadine bergegas masuk dengan caca di gandengannya di ikuti sus Dita di belakang.

"Selama siang bu" sapa satpam yang berdiri di lobby.

Nadine mengaangguk tersenyum ramah.

Nadine masuk bergegas berjalan ke Arah lift naik ke lantai paling atas dimana ruangan suaminya berada dengan caca yang masih ada di gandengannya, beberapa karyawan yang mengenalnya menyapa ramah, Nadine tersenyum tak kala ramah seolah melupakan kejadian yang sedang membebani pikirannya.

"Selama siang bu" sapa Siska, sekretaris Rifky berdiri saat menyadari kehadiran istri bosnya itu.

"Selama siang sis, saya mau bertemu suami saya bisa kan? "

"Mohon maaf bu, bapak sedang tidak ada dikantor bu, sedang pergi bersama pak tofa memeriksa pembangunan hotel di Bogor "

"Kira kira masih lama nggak ya?"

"Saya kurang tau bu, biasanya lama apalagi ini di Bogor, tapi kalau ibu mau nunggu langsung masuk aja ke ruangan bapak"

"Gak usah deh takut lama biar saya tunggu di rumah aja nanti saya hubungi suami saya, saya permisi ya"

"Iya bu"

Nadine berlalu berjalan menuju lift untuk kembali turun ke bawah menuju dimana mobilnya berada, suaminya yang ia cari tak ada  daripada ia larut dalam pikirannya lebih baik sekarang ia ke butik, biarlah nanti saja di rumah membahas kembali persoalan ini.

"Bunda caca lapar" keluh caca saat mereka sedang dalam perjalan menuju butik Nadine.

Nadine menengok jam yang melingkar di tangannya, sudah pukul setengah satu siang pantas saja anaknya itu mengeluh lapar.

"Caca lapar?"

"Iya bunda, nih denger kalau gak percaya perut caca bunyi bunyi "

"Oh ya? Coba sini bunda periksa perutnya" ucap Nadine mendekatkan telinganya kan ke arah perut caca "oh iya cacing cacing di perut caca bunyi itu arti nya ia perotes minta di kasih makan, kalau gitu kita makan ya"

TAKDIR (Menemukan Kita Lagi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang