#05. Live In Utopia

204 40 66
                                    

🌟 Seongjoong 🌟

.

.

.

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Hongjoong dan Seonghwa sedang berada di bioskop. Film telah diputar separuh. Ini adalah film kesukaan Seonghwa—film dengan genre laga dan komedi.

Hongjoong sendiri lebih suka film berat seperti fiksi ilmiah atau psikolog. Namun sekalipun bukan film dengan genre kesukaannya, dia akan tetap menikmatinya. Karena pada momen-momen ini dirinya akan bisa memaku pandangan pada Seonghwa yang duduk dengan wajah bahagia di sebelahnya kini, dan dia bisa melihat itu sepuasnya.

Hongjoong tahu Seonghwa akan menyukai film yang dipilihnya kali ini. Sebab, bukan hanya memilih film dengan genre kesukaan pemuda tersebut, dia juga memastikan bahwa aktor-aktor di dalamnya juga yang disukai Seonghwa. Hasilnya, sekarang senyum Seonghwa tiada habis tersungging selagi kedua matanya dihipnotis oleh adegan demi adegan yang ditampilkan.

Ekspresi Seonghwa saat itu adalah yang paling Hongjoong sukai.

Jika Seonghwa larut pada layar di hadapannya, maka Hongjoong larut akan sosok di sampingnya tersebut.

Di suatu kesempatan, Seonghwa tiba-tiba saja mendekat ke arah Hongjoong sehingga membuat euforia pemuda tersebut buyar. Sesaat Hongjoong mengernyit. Sambil membagi perhatiannya dengan film, Seonghwa membisikkan sesuatu pada Hongjoong.

“Aku tahu action bukan genre kesukaanmu, tapi bisakah kau tonton filmnya saja sampai selesai? Aku tidak bisa fokus kalau kau terus-terusan melihat ke arahku seperti itu, Hongjoong.”

Penuturan Seonghwa serta-merta menyadarkan Hongjoong bahwa dirinya telah tertangkap basah. Dengan kikuk dia pun nengerjapkan mata dan buru-buru memalingkan wajah, menatap ke layar sebelum Seonghwa memergoki tingkah bodohnya yang lain lagi.

Namun sayangnya Seonghwa telanjur menyaksikannya. Dia memperhatikan Hongjoong dan lantas tertawa diam-diam. Meski dengan pencahayaan minim, terlihat wajah teman serumahnya itu merona.

Seolah belum cukup membuat Hongjoong mati kutu, Seonghwa masih pula berbisik sekali lagi, “Kau mengajakku ke sini benar-benar untuk menonton film atau untuk hal yang lain?”

Wajah Hongjoong pun kian merah padam. “Hal lain apa, Seonghwa?” balasnya. Dia bahkan tak menoleh sedikit pun, sebab tak berani mencari tahu bagaimana Seonghwa berekspresi saat ini. Dia amat yakin lelaki yang satu itu pastinya tengah memasang tampang mengolok padanya.

“Aku tidak tahu,” Seonghwa berkata dengan suara lirihnya. “Kau sendiri bukannya menonton film malah melihatku. Apa itu tujuanmu mengajakku?”

“Tidak, Seonghwa,” Hongjoong mendesis.

Over The Destiny | Ateez Seongjoong [COMPLETE]Where stories live. Discover now