Chase (Author)

571 54 18
                                    

"Aku tak bisa melakukan ini lagi!"

Juan melangkah besar-besar meninggalkan ayahnya, Jeremy, dengan koper di tangannya.
Ia muak, segala hal yang telah dan sedang terjadi benar-benar membuatnya jenuh. Ia sudah tak sanggup lagi melaluinya.

Awalnya Juan berpikir ia bisa melalui kehidupan beratnya itu setidaknya sampai setahun sebelum akhirnya ia akan kembali ke kehidupan lamanya setelah berhasil membuktikan dirinya kepada ayahnya. Namun, semuanya tak berjalan seperti yang Juan harapkan.

Terhitung tujuh bulan setelah hari itu Juan pergi meninggalkan kehidupannya. Tapi, jangankan untuk sepenuhnya melupakan kehidupan lamanya. Bahkan sehari pun ia tak pernah bisa berhenti memikirkan segalanya. Terutama memikirkan Rafa. Tak pernah sesaat pun Juan pernah melupakan orang yang dicintainya itu.

Tiap hari, tiap saat hanya Rafa yang selalu muncul dalam pikiran Juan. Hidupnya seakan terpenjara dan terbelenggu oleh pikiran tentang Rafa, selalu tentang Rafa. Tak pernah ada hal lain yang dipikirkannya selain itu.

Menjalani kehidupan orang dewasa bersama ayahnya tidaklah seburuk itu. Menghadiri pertemuan bisnis dan belajar dengan guru pribadi sebenarnya juga tak begitu mengganggunya. Hanya saja, selalu memikirkan Rafa sangat sulit untuk membuatnya baik-baik saja.

Saat ini Juan menyerah. Ia sudah tak sanggup melanjutkan kehidupan yang seperti tak bernyawa itu. Ia ingin kembali, apapun yang terjadi ia tak peduli. Bertemu dengan orang yang terus menghantui pikirannya adalah satu-satunya yang akan dilakukannya.

"Kau tak bisa melakukannya" sanggah Jeremy meraih tangan Juan yang hendak meninggalkan kamarnya itu.

"Tapi aku bisa" Juan melepas genggaman tangan Jeremy lalu bersiap melangkah lagi.

"Kau tau konsekuensinya" Jeremy kembali meraih tangan Juan kemudian mengancam seperti yang berbulan-bulan ini dilakukannya tiap kali Juan memberontak.

"Persetan dengan konsekuensimu!" Juan menepis tangan Jeremy kasar. Ia sudah tak lagi peduli apapun yang akan dikatakan atau dilakukan Jeremy. Ia menyerah.

"Lalu kau akan menerima akibatnya"

Juan berhenti bergerak di ambang pintu. Melepas genggaman tangannya pada sebuah koper hitam yang sedari tadi digenggamnya.

"Lakukan sesukamu, ayah" ucap Juan datar lalu mengambil kembali kopernya kemudian benar-benar pergi meninggalkan Jeremy.

***

"Di mana kau Juan?"

"Penerbanganku sebentar lagi, Ma"

'Tuut'

Juan memutus panggilan secara sepihak.

Terduduk dengan kaki terbuka serta kepala menunduk, Juan memejamkan matanya menunggu hingga jadwal penerbangannya segera tiba di kursi bandara yang terlihat begitu ramai dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu lalang.

Juan telah membulatakan keputusannya untuk meninggalkan ayahnya. Hidup dalam kekangan berbulan-bulan membuatnya stres dan tertekan. Dia ingin terbebas dari semua hal itu.

".........."

Setelah beberapa pengumuman disampaikan melalui pengeras suara dan juga tertera di papan pengumuman. Juan bangkit dari duduknya.

Dengan langkah besar Juan menarik kopernya kemudian berjalan ke arah gerbang yang terlihat seorang petugas sedang berdiri di depannya. Juan merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel lalu memberikan ponsel tersebut kepada petugas setelah menekan benda tersebut beberapa lama.

Setelah mengecek ponsel yang Juan berikan, petugas kemudian memberikan ponsel di tangannya kembali kepada pemiliknya yaitu Juan yang menerima ponsel tersebut lalu berjalan masuk tanpa menunggu.

I'm (Not) Bad Boy [End]Where stories live. Discover now