The 2nd Time I Met Him.

889 153 10
                                    

Anyelir putih bukan hanya simbol dari cinta yang murni serta kesetiaan. namun juga berarti keberuntungan.

saat Hyungseok menemukan bunga itu di nakas ruang kamar rawatnya, ia pikir seseorang mengirim bunga itu sebagai alternatif doa, untuk kesembuhannya. namun saat sebuah kertas berisi pesan yang menggantung di tangkai menyapa irisnya, ia mulai sadar bahwa maknanya agak berbeda.

sweet and lovely white carnations,
for my sweet and lovely Hyungseok.

begitu isinya. dan hal itu sukses membuat wajah Hyungseok merekah, kemungkinan senang karena ia punya pengagum rahasia.

padahal di dimanapun ia berada, akan selalu ada orang-orang yang secara terang-terangan mengatakan kalau mereka terpikat oleh pesonanya. punya pengagum rahasia pun seharusnya adalah hal yang biasa. namun Hyungseok tak pernah sekalipun merespon itu semua, entah atas alasan apa.

hingga akhirnya kabar kalau Hyungseok punya kecenderungan untuk memiliki seksualitas yang berbeda naik menjadi satu-satunya rumor buruk tentang dirinya.

"Kemana perginya pria yang anda panggil Jay tadi?" Hyungseok bertanya selepas pemeriksaan, pun memancing sang dokter untuk segera mengecek sekeliling.

"Wah, benar-benar tidak ada? aku bahkan tidak sadar kalau dia sudah pergi. hawa keberadaannya tipis sekali.. aku jadi merinding sendiri." ujar si dokter sembari menunjukkan lengannya pada Hyungseok yang terkekeh canggung.

pun setelah kepergiannya, Hyungseok tak bisa melakukan apa-apa. tubuhnya masih terlalu lemah, dan sebagian besar terasa sakit luar biasa. tentu saja. ia jatuh dari gedung yang tingginya bisa merenggut nyawa manusia. ia beruntung karena masih mendapat kesempatan untuk hidup lebih lama.

"Ugh.. lapar." Hyungseok mengeluh begitu perutnya bergemuruh. namun karena tak ada seorangpun yang menunggu di sekeliling, Hyungseok jadi tak bisa minta tolong pada siapapun.

namun saat Hyungseok pikir dia akan mati kelaparan, seseorang tiba-tiba datang menyodorkan sebuah nampan berisi makanan. perangainya tinggi nan tampan, rambut kuning dengan aura menggular yang terasa begitu maskulin, namun nampak malu-malu saat berhadapan.

"Uh, maaf. apa kau membawakan ini karena mendengar suara perutku?" Hyungseok bertanya, dan Jay menggeleng sembari menunjuk ke arah pintu di belakang sana. meski tak ada apapun yang mampu dilihat mata, Hyungseok dengan jelas mampu mendengar suara nyaring dari troli makanan yang biasa di bawa para perawat untuk pasien-pasien mereka, seperti rumah sakit pada umumnya.

kemungkinan Jay bertemu dengan salah satu suster saat keluar, lalu diminta masuk lagi agar jatah makanan Hyungseok bisa diantar.

"Terimakasih ya." Hyungseok tersenyum ke arah pria dihadapannya, sebelum kemudian bertanya, "Namamu Jay, ya?"

meski agak terkejut Jay tetap mengangguk seperti biasa, kemudian menaikkan tinggi banker bagian atas yang Hyungseok tempati agar bisa makan tanpa harus duduk dengan bersusah payah. ia kemudian meletakkan sebuah meja kecil dihadapan Hyungseok, lalu segera diletakkannya jatah makanan si cantik.

ada sebuah sendok dan sepasang sumpit, namun makan sendiri di keadaan Hyungseok yang lemah sepertinya akan sulit. Jay akhirnya mengambil inisiatif untuk menyuapi si cantik, yang kemudian langsung di balas dengan panik.

"Tidak! tidak! aku bisa sendiri!" begitu serunya. namun Jay hanya diam di sana, menatap seolah ragu apakah Hyungseok benar-benar bisa.

"Kenapa menatapku seperti itu? aku betulan——" kalimat Hyungseok terhenti begitu sadar bahwa tak seujung jari pun bisa ia gerakkan. tubuhnya lemah dan kesakitan, akan sulit baginya untuk makan tanpa bantuan.

[✓] " And we met. " [ JAYSEOK LOOKISM ] [BL]Where stories live. Discover now