Devils

66 7 4
                                    

"Apa aku menyakitimu?"

Angela mengusap kasar air matanya yang entah kenapa terus keluar. Ia menoleh kearah pria di depannya dan menggeleng pelan. Bukan sakit di kakinya yang membuatnya hingga menangis seperti ini tapi ada sesuatu hal yang lain yang membuat dadanya sesak. Betapa malunya dia saat kepergok menangis di depan orang asing.

"Sebentar lagi ini selesai. Bisakah kamu bertahan?"

Angela mengangguki pertanyaan pria itu. Pria itu membalut kaki Angela dengan perban. Setiap gerakan yang dilakukan pria itu tak luput dari pandangan mata Angela. Dia masih belum tau siapa pria yang menolongnya ini. Setelah selesai dengan perbannya, pria itu mengambil obat untuk mengobati lutut Angela yang lecet. Angela tersenyum melihat betapa hati-hatinya pria ini dalam memberikan obat di lukanya. Apa dia melakukannya karena Angela sempat menangis?

"OH MY GOD!!" pekik Angela yang baru tersadar jika clutch-nya hilang.

Angela menjadi panik karena ponselnya ada di dalam clutch-nya. Pasti saat ini Stev mencarinya dan dia tak bisa memberitahu Stev dimana dia berada. Pria di depannya mengerutkan dahi bingung. Gadis didepannya mendadak panik seperti mencari sesuatu.

"Apa terjadi sesuatu?"

"Aku menjatuhkan clutch-ku. Ponselku berada disana. Temanku pasti mencariku" jawab Angela panik.

Angela yang akan berdiri langsung di tarik duduk kembali. Pria didepannya menatap tajam Angela. Angela menciut melihat ekspresi marah di wajah pria itu.

"Aku baru saja mengobati lukamu dan kamu ingin menambah luka baru?" geram pria itu.

Suara pria itu terdengar penuh peringatan. Angela hanya menggeleng sebagai jawaban. Ia takut dengan pria ini. Wajahnya memang tampan tapi saat dia menajamkan matanya dengan alis yang menyatu terlihat mengerikan.

"A-Aku..."

Suara pintu diketuk menginterupsi perkataan Angela. Pria itu berdiri dan membuka pintu. Seorang pelayan tua membungkukkan badannya sedangkan wanita muda dibelakang pelayan itu menatap bengong pria tampan yang ada didepannya.

"Maafkan saya, Tuan. Nona ini ingin bertemu dengan nona yang anda di dalam. Saya menemukan clutch yang anda pinta dan nona ini adalah teman dari pemilik clutch ini" jelas pelayan itu.

"Terima kasih, Red. Silahkan masuk"

Pria itu menggeser tubuhnya dan membuka lebar pintu ruangannya mempersilahkan tamunya untuk masuk. Sang gadis yang dipersilahkan tak kunjung beranjak juga. Dia masih mematung memandangi pemuda itu. Angela yang penasaran dengan siapa yang ada di pintu mencoba mengintip. Matanya berbinar senang saat mengenali siapa yang ada disana saat pintu terbuka lebar.

"Stev!!" teriak Angela dari dalam ruangan.

Stev yang terkejut dan langsung menoleh. Angela melambaikan tangannya senang. Stev langsung saja masuk menenteng clutch dan heels milik Angela.

"This Bitch! Kau membuatku khawatir!"

Stev yang ingin melemparkan clutch dan heels kearah Angela urung setelah melihat keadaan temannya.

"What happened to you?" tanya Stev khawatir.

Dia melihat perban di kaki Angela dan bajunya sudah kotor. Stev membuang sembarangan clutch dan heels milik Angela dan langsung menghampiri sahabatnya memeriksa apakah dia baik-baik saja. Stev berkali-kali berkata 'Oh my God' setiap kali melihat luka yang ada di tangan dan kaki Angela. Walaupun Stev terlihat seperti wanita barbar dengan mulut yang mengeluarkan kata-kata kasar, Stev sangat peduli kepada Angela. Angela selalu dijaga layaknya adik yang paling di sayangi Stev.

FALLEN ANGELWhere stories live. Discover now