BAB 9

786 63 0
                                    

"Ehm... Lan Zhan.. Panas sekali ya di sini" ujar Wei Wuxian lalu segera meraih piyama yang terdekat dengannya dan segera ia bawa keluar lemari
"... " Lan Wangji tidak menjawab. Ia berusaha menahan nafsunya dengan telinga dan leher yang sudah memerah. "Sial" ujar Lan Wangji lalu kembali masuk kekamar mandi, dan memilih melakukan di kamar mandi. Lagi.

Wei Wuxian melihat yang ia bawa. Piyama hitamnya yang ia cari. Bukankan tadi tidak ketemu saat di cari-cari. Kenapa saat malu seperti tadi dan asal ambil ia malah menemukan piyamanya. Aneh. Batin Wei Wuxian. Apakah penunggu disini jahil padanya. Batin Wei Wuxian. Wei Wuxian mengintip kearah lemari, ah, disepanjang lorong tidak ada Lan Zhan. Apakah Lan Zhan kembali melakukannya di kamar mandi. Tanya Wei Wuxian dalam hati.

Tak lama Lan Wangji keluar dari kamar mandi. Ia segera memilih piyama dan keluar dari lorong lemari. Lan Wangji tidak melihat Wei Wuxian dimanapun. Ia mencoba mencari di balkon, tidak ada. Ia keluar kamar, dan mendapati Wei Wuxian sedang duduk di bawah, di ruang tengah. Ia sedang asik dengan ponselnya.

"Wei Ying" panggil Lan Wangji sambil berjalan dengan anggunnya menuju Wei Wuxian
"Ah, Lan Zhan" balas Wei Wuxian
"Kau sedang apa?"  tanya Lan Wangji
"Aku... Ingin jalan-jalan di luar Lan Zhan... Namun,, udara dingin"
"Benar. Di luar dingin. Tidak ada pemanas ruangan seperti di dalam. Maka dari itu ayo tidur" ajak Lan Wangji lalu meraih pergelangan tangan Wei Wuxian dan menariknya.

Wei Wuxian menurut saja. Ia tidak bisa menolak. Toh ini sudah malam, dan semua orang sudah masuk ke alam mimpi mereka masing-masing. Tidak baik juga ia keluar diam-diam dan menganggu saudara-saudaranya yang sudah tidur. Batinnya. Wei Wuxian masuk ke kamar. Kamar segera Lan Wangji kunci. Ia takut jika Wei Wuxian pergi keluar kamar tanpa pamit. Padahal keadaan dia masih rapuh.

"Lan Zhan" panggil Wei Wuxian
"Hem..."
"Izinkan aku meminta maaf kali ini. Aku tau kau mati-matian menahan nafsumu... Aku tau kau sangat ingin saat ini.... Maaf aku tidak bisa Lan Zhan... Kau tau kan aku spesial. Beberapa laki-laki di lahirkan sepertiku. Interseks. Sebenarnya termasuk A-Cheng" ujar Wei Wuxian
"Aku yang perlu minta maaf Wei Ying. Kita masih dalam proses mencoba, tidak seharusnya aku meminta lebih. Tadi kau bilang Jiang Wanyin Interseks?" tanya Lan Wangji
"Ehmmnn... Kakakmu juga tau tentang ini" jawab Wei Wuxian
"Wei Ying... Aku sangat mencintaimu Wei Ying.... " ucap Lan Wangji lalu memeluk Wei Wuxian
"Tidurlah Lan Zhan. Aku tidak akan kemanapun" ucap Wei Wuxian lalu melepaskan pelukan Lan Wangji
"Kau tidak tidur?" tanya Lan Wangji
"Aku... Aku masih ingin nonton film lainnya" ujar Wei Wuxian lalu menganti chanel telivisi di depannya

Lan Wangji mengangguk. Ia memejamkan matanya. Namun sebenarnya ia tidak bisa tidur. Ia hanya pura-pura tidur agar Wei  Wuxian mempunyai privasi untuk dirinya sendiri. Wei Wuxian tanpa sadar meneteskan air mata. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia terisak pelan. Namun Lan Wangji masih mendengar suara isaknya. Wei Wuxian menghapus air matanya. Ia beranjak dan tidur di samping Lan Wangji. Ia menatap wajah tampan Lan Wangji yang tengah pura-pura tidur.

"Lan Zhan... Aku sulit, sulit untuk percaya semua hal Lan Zhan... Aku... Kehilangan janinku... Janinku denganmu... Kau tau bagaimana manapun aku punya hati seperti ibu. Setelah tau aku mengandung Dan aku, harus sering ke psikiater untuk mengembalikan diriku yang dulu. Waktu setahun bahkan selama bertahun-tahun tidak bisa mengembalikan aku ke yang dulu... Aku berusaha melupakanmu Lan Zhan... Namun sampai sekarang juga tidak bisa... Lan Zhan aku takut jika kau kembali, kau akan pergi dengan menyisakan luka lebih dalam. Aku takut jika kita berhubungan akan ada benih lagi disini, dan kau akan pergi lagi... Lan Zhan... Kau tidak tau rasanya kehilangan anak, dan cintamu disaat yang sama.... Lan Zhan... Kenapa kau hadir lagi dalam hidupku? Aku lelah Lan Zhan... Aku lelah... Tidur selama apapun,, tidak akan membuat lelahku hilang. Kau mengerti? Bukan badanku yang lelah. Namun jiwaku lelah" ujar Wei Wuxian lalu menutup mata. Ia mencoba tidur dengan air mata yang masih mengalir dan televisi yang masih menyala.

Lan Wangji membuka matanya. Ia memeluk Wei Wuxian, dengan kepala Wei Wuxian menempel di dadanya. Sambil bergumam 'maaf, aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Aku akan berada di sisimu selamanya. Walau margaku harus bukan Lan lagi'. Wei Wuxian belum tidur sepenuhnya. Ia masih bisa mendengar dan merasakan kehangatan Lan Wangji. Ia sedikit tersenyum dan ia kembali berharap, jika ucapan Lan Wangji kali ini serius.

Keesokannya Wei Wuxian terbangun, saat mentari sudah bersinar cerah. Ia melihat jam baru pukul 8 pagi. Namun Lan Wangji sudah tidak ada di sisinya. Namun, Lagi-lagi Lan Wangji masuk kekamar dengan membawa makan. Wei Wuxian mencoba bangun. Namun di cegah Lan Wangji. Lan Wangji memilih membopong Wei Wuxian dan membawanya ke sofa.

"Lan Zhan... Mataku perih. (Mungkin karena menangis semalam, batinnya) Hukumanmu, menyuapiku makan sampai aku sembuh" ujar Wei Wuxian
"Emn. Bagaimana kepalamu?“
"Baik-baik saja Lan Zhan"
"Beristirahatlah..."
"Aku bisa minum obat pereda nyeri Lan Zhan... Aku yakin akan lebih baik setelah itu...aku ingin sehat hari ini"
"memangnya kau mau kemana Wei Ying?" tanya Lan Wangji
"Ingin mengelilingi kota ini"
"Mau mencari apa?“
"Ya, keliling saja, aku menurut deh mau pakai mobil atau tidak"
"Baiklah. Asalkan kau benar-benar baik-baik saja"
"Emn... Aku akan baik-baik Lan Zhan"
"Sekarang makanlah, aku suapi. Setelah itu minum obat"
"Setelah minum obat aku akan tertidur Lan Zhan"
"Jika kau mau sembuh ya minum obatmu"
"Emn... Suapi sekarang... Tapi kau juga harus makan bersamaku"
"Emn..."

Sedangkan di tempat lain, mereka berempat sedang asik jogging di sekitar villa. Mereka berempat sengaja hanya pamit ke Lan Wangji, dan tidak pamit ke Wei Wuxian karena Wei Wuxian masih tidur nyenyak saat itu. Setelah sekiranya mereka selesai jogging, dan perut sudah memberontak minta di isi, mereka mampir di sebuah gubug makan kecil, menu yang disuguhkan pun hanya 1 macam. Terlihat sederhana, namun lumayan ramai. Mereka memilih salah satu tempat yang beralaskan tikar yang berada di luar ruangan. Karena didalam ruangan sudah penuh sesak.

"Samakan saja minumnya. Kalau makanya hanya 1 macam" ujar Jin Zixuan, diangguki yang lain
"Oke, biar aku pesankan ya" ujar Jiang Yanli, tak beberapa lama ia kembali.
"Perlukah aku bawakan A-Xian dan Tuan muda Lan kedua makan?“ tanya Jiang Yanli
"Sepertinya tidak perlu" ujar Lan Xichen
"atau di telpon saja kak" usul Jiang Cheng
"Ehm... Kau benar A-Cheng"
"Kak... Telponlah Wangji, jika A-Xian, jika dia masih tidur.... "
"Benar" jawab Jiang Yanli paham akan maksud adiknya

Jiang Yanli mencari nama Lan Wangji di kontak di ponselnya. Ia segera menemukan dan menekan tombol memanggil. Ia menunggu tidak lama dan diangkat oleh Lan Wangji. Jiang Yanli segera me - loudspeaker panggilannya.

'Halo'
"Tuan Muda Lan kedua?"
'Wangji. Panggil saja Wangji'
"Ehm, maaf, aku lupa. Wangji, bagaimana dengan A-Xian?“
'Baik'
"Kalian sudah makan?“
'Sudah'
"Kalian ingin dibawakan sesuatu?“
'Tidak. Wei Ying ingin pergi keluar Nona Jiang'
"Cukup panggil namaku saja Wangji... Kalian akan kemana?“
'Belum tau, hanya keluar dari villa menggunakan motor'
"Wangji, motornya lebih baik kau isi dulu bahan bakarnya. Sepertinya sudah menipis. Kakak mempunyai stok di lemari garasi" ujar Lan Xichen
'Baik kak'
"Kalau begitu kalian Berhati-hatilah. Jika ada apa-apa. Hubungi kakak" ujar Jiang Yanli
'Baik terima kasih"

Wei Ying, izinkan aku menikahimuWhere stories live. Discover now