Eps 20

24 4 0
                                    

Happy Reading guys !

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Malam itu Stella kecil mengunjungi ruang kerja ayahnya dengan wajah gelisa bersamanya. "Mr. Carter ?" Panggil gadis itu kepada pemuda yang baru saja keluar dari ruangan itu. "Apa ayah ada ?"

"Tuan ada di dalam, nona." Jawab Mr. Carter. "Apa perlu saya panggilkan ?"

"Tidak perlu, biar aku masuk sendiri."

"Baiklah, maka saya undur diri." Ujar pemuda itu sebelum beranjak pergi.

Tepat setelah Mr. Carter sudah pergi, gadis kecil itu membuka sedikit pintu besar di depannya mengintip ayahnya yang tengah disibukkan dengan berbagai dokumen yang menumpuk di atas meja besarnya.

Tok ! Tok ! Tok !

Ketukan kecil itu berhasil menarik sedikit perhatian ayahnya. "Ada apa Carter ? Apa ada yang tertinggal ?" Ucap Mr.Gvin salah mengira jika itu Mr. Carter.

"Ini Stella, ayah."

"Oh, Stella, kemari sayang." Undang sang ayah membuka kedua tangannya menunggu sebuah pelukan yang langsung disambut dengan gadis kecil itu. "Ada apa ? Apa kau tidak bisa tidur ?" Stella mengangguk kecil dalam pelukan sang ayah. "Hm, besok kakak-kakakmu datang loh, apa kau tidak ingin melihat mereka ?"

"Ayah, apa kakak-kakakku itu jahat ?" tanya gadis kecil itu seraya bergumam kecil.

"Kenapa kau berpikir seperti itu ?"

"Aku, aku dengar dari teman-temanku, kalau kakak-kakak tiri itu jahat-jahat."

"Ahahaha... tidak ada yang seperti itu, Stella." Ujar sang ayah tertawa geli mendengar penjelasan Stella. "Stella tahu kan ibu Athela sebaik apa ? Jadi pasti kakak-kakakmu juga baik seperti dia."

"Tapi ayah, bagaimana jika itu benar ? aku juga pernah membacanya di buku-."

"Apa karena ini kau tidak bisa tidur ?" Gadis kecil itu langsung menganggukan kepalanya sebagai jawaban. "Haah... Itu hanya ada di cerita dongeng saja, Stella. Jadi kau tak perlu khawatir."

*** 

Malam berikutnya, Stella menandangi bintang-bintang di langit dengan bergumam, "apa yang harus kulakukan jika bertemu dengan mereka, ya ?" Dari atas balkon kamarnya Stella melihat dari kejahuan sebuah mobil mendekati rumah, matanya mengikuti arah jalan mobil itu hingga memasuki halaman rumah seraya bergumam. "Apa itu mereka ?"

Tepat setelah mobil itu berhenti di depan pintu masuk seorang pelayan mengetuk pintu kamar Stella. "Nona, mereka sudah datang." Stella kecil bergegas pergi ke pintu utama untuk menyambut keluarga barunya.

"Ibu !" Panggil Stella kecil langsung menerobos masuk kedalam pelukan wanita itu.

"Stella, sudah berapa kali ibu ingatkan tidak berlarian di dalam rumah." Omel sang ibu khawatri.

"Tapi aku rindu pelukan ibu."

"Ouh, ibu juga merindukanmu, Stella." Balas Mrs. Gvin kembali memeluknya.

"Em... Ibu ?" Panggilan gadis kecil di samping Mrs. Gvin menarik perhatian mereka.

"Ah iya Stella perkenalkan, mereka adalah Arabelle dan Farrel, dan kalian ini adalah Stella."

"Hai kak ! ibu tidak bilang jika kalian kembar sebelumnya." Sambut Stella kecil dengan cerianya yang dibalas dengan senyuman manis oleh Arabelle dan tatapan datar dari Farrel. "Ah emm ituu... ngomong-ngomong siapa yang lebih tua diantara kalian ?"

Alih-alih menjawab mereka hanya saling melihat satu sama lain dan dirinya secara bergantian. Suasana pun menjadi tegang sesaat karena tidak ada yang bicara, hingga Mrs. Gvin membuka suara menggantikan mereka. "Arabelle adalah yang tertua."

"Hanya beda lima menit." Sahut Farrel kecil tidak terima.

Mrs. Gvin terkekeh ringan sembari mengelus puncak kepala anak laki-lakinya."Pfft.. benar hanya beda lima menit, walau begitu kalian harus tetap menghormatinya ya."

"Perjalanan panjang pasti membuat kalian kelelahan. Ayo kita masuk beristirahat di dalam." Ujar Mr. Gvin memberikan usulan.

"Ah, ayo aku tunjukkan kamar kalian." Ajak Stella kecil menarik keduanya menaiki tangga.

Kreeek...

Stella mendorong pintu kamar pertama seraya berseru. "Tada ! kita sudah sampai !" ketiganya memasuki kamar bersama sementara Stella menjelaskan. "Ini adalah kamar kak Arabelle dan kamar kak Farrel ada di sebelah."

"Waahh, ini bahkan dua kali lebih besar dari kamar lamaku !" Ujar Farrel kecil melihat kagum isi kamar. "Apa punyaku juga sebesar in-."

"Lalu kamar Stella ada dimana ?" Tanya Arabelle cepat memotong perkataan kembarannya itu.

"Ah... Kamarku yang ada di dekat tangga, dan tepat di sebelah kamar kak Farrel." Jawabnya dengan tersenyum.

"Em.. Kak Arabelle ?" Panggil Stella kecil masih canggung.

"Iyaa ?"

"Itu... Apa aku boleh-, emm.. menemani kakak tidur.. malam ini ?" Ujarnya dengan sedikit ragu-ragu. "Aku ingin mengenal kak Arabelle lebih, daann.. menghabiskan waktu lebih banyak dengan kakak... Jadi, jika kakak mau.."

"Apakah boleh ?"

"Tentu saja !" Serunya tanpa sadar. "Ah, maaf. Jika kakak tidak mau juga tidak-."

"Baiklah." Dengan cepat dia langsung menjawab diiringi dengan senyuman bersahabatnya.

"Benarkah ?" Tanya gadis kecil itu sekali lagi yang langsung dijawab dengan anggukan kecil oleh sang kakak. Stella kecil langsung memeluk kakak perempuannya dengan berseru. "Yay ! Terima kasih kak Arabelle."

"Minggir." Ucap Farrel kecil tiba-tiba memisahkan pelukan manis mereka berdua dan berjalan menyela melewati kedua saudarinya.

"Farrel, apa yang kau lakukan ?" Tanya sang kakak begitu melihat anak laki-laki itu sudah menaiki ranjang. "Turun dari sana, aku ingin tidur dengan Stella bukan denganmu."

"Kenapa memangnya ? lagipula masih ada cukup tempat di sini." Balasnya acuh tak acuh.

"Tapi tetap saja, kau kan sudah ada kamar sendiri." Jelas Arabelle kecil masih dengan nada monotonnya. "Kita juga sudah sering tidur bersama-."

"Lalu, apa kau tidak ingin lagi tidur bersamaku ?" Gumam anak laki-laki itu menatap tajam Arabelle.

"Apa ? Tidak, bukan begitu maksudku-."

"Huh, jika anak itu tidak suka dia bisa pergi saja kan."

"Farrel kau-."

"Sudah kak Arabelle. Aku tidak apa-apa." Ujar Stella kecil menahan Arabelle diiringi dengan tersenyum lembut. "Kalau begitu aku kembali ke kamarku."

"Huh, tidak bisa begitu." Arabelle menarik paksa tangan adik perempuannya menghampiri ranjnag. "Kau sudah mengatakannya dan kau harus bertangung jawab pada perkataanmu itu."

"Arabelle kau-."

Kedua gadis itupun terjun menjatuhi ranjang bersama-sama tanpa mempedulikan Farrel yang masih ada disana. Ketiganya bertukar tatapan sejenak, lalu tertawa tebahak-bahak bersama setelahnya.

Beberapa saat kemudian, Mr dan Mrs. Gvin membuka pintu kamar untuk melihat keadaan ketiga anak mereka, di dalam malaikat kecil mereka sedang tertidur dengan pulasnya disana membuat senyuman lembut menghiasi wajah mereka. "Sudahku bilang bukan, mereka pasti baik-baik saja." Bisik Mr. Gvin mendekap istrinya lembut.

"Haha, kau benar aku hanya terlalu khawatir saja." Balas Mrs. Gvin terkekeh kecil. "Aku harap ini bisa bertahan selamanya."

"Tenang Athela, Arabelle pasti bisa menjaga adik-adiknya dengan baik."

"Iya, dia pasti bisa melakukan itu." Mrs. Gvin menutup pintu kamar perlahan sebelum mereka pergi meninggalkan kamar.



To be continued

PIPRA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang