Chapter 2

186 13 2
                                    

Happy Reading.............






Hari ini adalah hari pertama Hali pindah sekolah, dia sudah membicarakan ini dengan keluarganya malam tadi melalui vidio call. Saudara kembarnya merasa sedih bahkan Taufan mengeluarkan kata-kata mutiaranya.

"Huaaa ganteng banget"

"Duduk disampingku aja, disini kosong. Minggir lo"

"Kyaaa akhirnya dikelas kita ada cogan"

Seorang lelaki yang merupakan ketua kelas berambut landak itu merasakan panas di kupingnya.

"Tch ganteng apanya, rambutnya aja ubanan kek gitu"
Ucapnya dengan nada tidak suka.
"Hoi Fang, kalo merasa kalah tampang mah diem aja"

Sahut salah satu teman sekelasnya, lalu dilanjutkan oleh tawa siswi perempuan.

Bu Guru hanya bisa memijat keningnya melihat siswi perempuannya yang tidak terkendali jika melihat cogan, kecuali 2 orang.
"Hali, kamu duduk di samping Gopalji, Gopalji angkat tanganmu"

Seorang siswa berkulit coklat dengan wajah ciri khas orang prindavan itu mengangkat tangannya.
Hali pun berjalan ke arah sana, namun sebelum melewati bangku yang ada di didepan Gopalji, mata merahnya bertatapan dengan manik mata coklat madu milik gadis berhijab pink dan itu cukup untuk membuat tubuh Halilintar bergetar.

"Kyaaa Hali duduk di dekatku"



"Huhh.. berisiknya" Desah Halilintar.

Selama jam pelajaran siswi perempuan lebih tertarik kepadanya dibandingkan pelajaran yang sedang diterangkan oleh Ibu Guru, kecuali dua perempuan yang ada di depannya ini. Mereka lebih fokus ke papan tulis dan tidak mengalihkan pandangan mereka sedikitpun.











Waktu Istirahat....


Hali mengikuti Gopalji pergi ke kantin  disini mereka hanya perlu berbaris dan menunggu giliran untuk mengambil makanan.
Halilintar yang memegang nampan aluminium di tangannya itu berdiri di belakang Gopalji.

Saat hendak gilirannya tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundaknya. Dilihatnya lah oleh Halilintar, beberapa laki-laki dengan baju yang setengah dimasukkan dan tindik di telinga mereka.

"Minggir lo, kami duluan" Bentak laki-laki yang paling depan, sepertinya ia ketuanya.
"Hah, minggir? Sekolah bapak lo ini? Lo tu yang minggir, gk tau ngantri lo?"
Bentak Halilintar yang tak mau kalah.

"Ha-hal-i, mending kita minggir. Jangan cari masalah dengan mereka"
Ucap Gopal setengah berbisik lalu menarik tangan Halilintar untuk menjauh.
Halilintar yang ditarik pun memberontak, dilihatnya lah orang-orang yang mengantri mulai menjauh dari Halilintar dan geng brengsek tadi.

"Tcih, sabar Hali jangan buat masalah di hari pertama" Gumam Halilintar.

"Heh mau apa lo? Ngajak gelud?"




Trannggg....

Dicengkeramnya kerah Halilintar hingga nampan aluminiumnya terjatuh. Gopal pun panik dan memilih untuk bersembunyi di bawah meja prasmanan.


Vano.. Vano. Vano... Vano

Teriak para murid di sana.

Alvano Mahendra Praja anak dari pengusaha terkaya kedua di KL, sekaligus donatur sekolah ini.

"Ha-halo Ay, ada yang ribut di kantin, buruan datang"


Bugghh....

Vano memberikan bogem mentah kepada Halilintar. Halilintar yang pipinya sudah bonyok itu sama sekali tidak membalas sedikit pun, hingga para siswa mencemooh dan meneriakinya.

Keributan itu membuat para penjaga meja prasmanan itu lari keluar ruangan, ditengah jalan ia bertemu dengan ketua OSIS dan juga ketua keamanan siswa, diikuti beberapa orang lainnya.

"Benar Lia, kita harus memberikan hukuman yang berat supaya mereka gak berani mengulanginya, kalau hukumannya itu-itu aja mereka gak akan jer..."

"N-nak Aris, Nak Lia"

"Buk Iyah"

Buk Iyah lari terseok-seok menghampiri mereka berdua.
"Di kantin ada yang berantem, salah satunya anak baru, pipinya udah lebam-lebam Nak"

Lia dan Aris yang mendengar itu langsung menuju ke kantin sekolah, mereka menitipkan Buk Iyah kepada teman-temannya.



Vano... Vano. Vanoo

Tepuk tangan para siswa yang menyaksikan terdengar hingga keluar ruangan, tidak semua para siswa disana menyaksikan perkelahian mereka, banyak juga yang memilih diam karena tidak ingin ikut campur.

Fang, pemuda keturunan China itu lebih memilih diam sambil memakan donat lobak merahnya.
"Haiyaa... Kamu gak mau bantu dia kah?" Tanya Yin.

"Gak usah, gue gak mau kita berurusan sama mereka"

"Tcih, cemen"
Yin beranjak dari kursinya berniat membantu murid baru itu, namun ketika ia baru saja hendak melangkah tangannya ditarik paksa oleh Fang.

"Gak usah, liat tuh"
Fang menunjuk ke arah pintu masuk kantin, dari sana masuklah si ketua OSIS dan ketua bagian keamanan siswa.
"Pertunjukan yang sebenarnya sudah dimulai"


"Oii, ngapain ngumpul-ngumpul disini, sana balik ke kelas kalian masing-masing!" Perintah Aris.

Siswa-siswi disana pun mulai berhamburan karena takut dengan wajah sangarnya Aris, kecuali antek-anteknya Vano.

"Kalian berdua berhenti" Bentak Lia pada Vano dan Hali, namun mereka berdua seperti tidak mendengar bentakan Lia dan terus melanjutkan perkelahian mereka.

"Cukup Vano"


Brrakk... Trangg.....




Arif menarik kemeja Vano lalu melemparkannya ke arah meja dan kursi yang digunakan siswa-siswi ketika makan.
"Masih mau lanjut? Mau lo berdua gue lempar dari lantai dua ini?"

Seketika Vano dan Hali terdiam dan menundukkan kepala mereka, bukannya takut mereka hanya tidak ingin mendapatkan kerugian fisik dan rohani.
"Kalian berdua kenapa bertengkar hah" tanya Lia.

Tidak ada yang menjawab, mereka semua terdiam seperti membisu.
"Dan kamu, kamu anak baru kan. Baru masuk sehari udah bikin masalah, mau dikeluarkan kamu?"
Tunjuk Lia ke arah Halilintar.

"K-kak, se-sebenarnya.."





"Gopal?"

Yin dan Fang yang bersembunyi di balik meja tempat air minum itu kaget ketika Gopal tiba-tiba muncul dari bawah meja prasmanan.

"Kalian keluar" Ucap Lia setelah mendengar suara Yin dan Fang.
Mereka berdua pun keluar dengan rasa takut karena ada Arif disana.

"Masih ada satu lagi"

"Ohh, yang nguping itu juga keluarlah, Lin"









Tbc

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Dec 02, 2022 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

my seven sonsOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz