#28 Sebelum pergi

183 34 4
                                    

"Masih jauh Jun?" Tanya Julia pada Ajun yang memimpin jalan.

Mereka berdua pergi mencari umpan ikan, Ajun teringat pada tanah yang subur di huni banyak cacing. Sesampainya disana, Julia melihat rumah pohon yang unik sepertinya milik anak-anak desa. Dia pun mencoba menaik ke atas walau ketika masuk ke atas rumah itu tidak lebih besar dari dugaannya.

"Ayo turun, aku udah dapat umpannya," kata Ajun memegang kelopak daun besar berisi umpan.

Setelah mendapatkan apa yang di tuju, Julia pun turun menyusul Ajun. Tetapi dirinya justru menarik lengan Ajun untuk memperlihatkan rumah pohon yang sempat dia naiki.

"Jun lihat, ada rumah pohon," tunjuk Julia antusias memperkenalkannya pada Ajun.

"Paling punya anak-anak desa sini," balas Ajun memandang tinggi letak rumah pohon itu.

Ajun mendesak Julia untuk segera kembali ke teman-teman mereka, tetapi Julia mengabaikannya. Dia mengambil kayu yang ujungnya tajam, kemudian mengukir namanya sendiri di pohon itu tak lama kemudian dia merenung sejenak lalu melanjutkan tulisannya dengan nama Ajun serta teman-teman yang lain.

"Kamu ngapain sih?" Ajun terheran-heran melihat tingkah lakunya.

"Ini aku lakuin sebagai tanda, nanti kalau kita sudah selesai KKN dan pisah menjalani hidup masing-masing. Barangkali ada salah satu dari kita yang kembali ke desa melihat ini," gumam Julia tersenyum manis dia memandang nama-nama itu.

"Ngaco, kalo aku nggak akan kembali lagi. Ayo cepat pulang," Ajun menarik lengan Julia lalu mereka menuju tempat memancing sebelumnya.

Di pertengahan jalan tiba-tiba, ada seorang laki-laki sebaya yang menyapa Julia. Itu salah satu kakak dari anak yang Julia ajar, Julia membalas sapaan itu dengan baik selayaknya bersikap ramah pada orang terdekat. Tetapi Ajun kali ini menganggapnya itu berlebihan lagi, seperti malam dimana mereka baru pulang dari air terjun.

Ajun kesal bukan semata-mata tidak ada alasan, karena laki-laki itu terus melontarkan tatapan sementara Julia sudah mulai berjalan. Matanya memandang ke kaki Julia, kebetulan Julia memakai rok yang agak pendek. Dengan cepat Ajun melindungi kehormatan perempuan itu, Ajun berdiri mepet di belakang Julia agar laki-laki itu tidak bisa melihatnya.

"Kamu ngapain sih Jun?" Julia merasa risih saat Ajun mengeja langkah kaki Julia agar serentak menutupi tubuhnya.

"Lain kali jangan pake rok pendek lagi," tutur Ajun mulai memisahkan diri setelah jauh dari laki-laki itu.

"Emangnya kenapa?" Julia mengerutkan dahinya tanda tidak setuju.

"Heh aku kasih tau ya, kita itu pendatang harus berpakaian sopan. Kalo kamu di apa-apain disini, mau nikah sama warga desa sini?" Tanya Ajun, Julia pun tidak bisa menjawabnya karena dia tau membantah pun tidak ada gunanya.

Ajun mengerdikkan bahu, sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menasehati Julia yang selalu membantah dan tidak ingin mendengarnya. Ajun melangkah lebih depan, meninggalkan perempuan itu yang kemudian dia ketakutan, teringat akan kata Ajun-Julia pun berlari terbirit-birit mengejar Ajun karena takut di tinggal sendiri.

***

"Lumayan banyak ini ikannya, kita bagi aja ya ke warga desa?" Tanya Yohan memandang beberapa baskom berisi macam-macam jenis ikan.

"Iya, bagi aja Han. Kita disini juga nggak lebih dari 4 hari lagi," sebut Cantika, dia sedang membersihkan ikan yang hari ini akan di masak.

Kiara ikut membantu, kecuali Julia yang sibuk bermain kelinci di teras posko. Julia terkapar sendiri, memeluk tubuh kelinci yang tak berkutik di dalam pelukannya, seketika Julia menghela berat entah mengapa air matanya mengalir sedikit di tengah kelopak mata.

"Mou, KKN sebentar lagi selesai. Kenapa ya aku tiba-tiba sedih? Rasanya kebahagiaan aku bakal berhenti disini," ucap Julia sambil mengelus bulu kelinci yang diberi nama Mou.

Kelinci itu hanya diam tidak memberikan reaksi, Yohan keluar membawa satu baskom ikan untuk dibagikan kepada warga sekitar. Melihat itu Julia langsung berdiri agar tidak menghalangi jalan Yohan.

Yohan menawarkan ajakan pada Julia untuk ikut membagikan ikan, tetapi Julia menolaknya dia bilang kelelahan berjalan dan memutuskan untuk beristirahat di posko saja. Sementara itu sebelum Julia masuk ke kamar, Johan baru saja pulang entah dari mana. Johan meminta izin untuk memegang kelinci itu pada Julia, tentu saja dia mendapatkan izin dengan mudah.

Sembari Julia beristirahat di kamar, Johan mengajak kelinci itu berburu rerumputan yang tumbuh di dekat posko. Sambil meratapi pemandangan itu, Johan tersenyum mengingat kelinci yang pernah dia lihat dengan Cantika sewaktu hendak shalat subuh dulu.

Memikirkan hal itu, Johan menyadari bahwa mereka sudah cukup lama tinggal di desa. Dengan mata telanjang dia menatap sekitar, dua bulan kurang tak terasa hampir menghabiskan hari-hari disini. Sebentar lagi mereka akan pulang ke rumah masing-masing sewaktu supervisor tiba di desa.

"Jo! Bisa belikan minyak? Kita kehabisan minyak," pekik Cantika dari depan pintu posko.

Johan menggendong kelincinya, dia berlari kecil menuju Cantika lalu menyerahkan kelinci itu seperti memberikan anak bayi saja. Cantika terkejut dengan tingkah Johan, tambah lagi dia menitipkan mahluk mungil itu penuh kasih sayang.

"Titip dulu ya," kata Johan lalu pergi sesuai permintaan Cantika menyuruhnya membeli minyak.

Pipi Cantika berubah menjadi merah jambu, panas sampai dia mengibas tangannya di depan wajah. Baru saja di titipkan kelinci, Cantika jadi salah tingkah dibuatnya. Dia mengangkat kelinci di depan wajahnya, menelisik mata berwarna merah semerah wajahnya sekarang.

"Mau tukar posisi nggak?" Tanya Cantika semakin menggila saat membayangkan Johan yang perhatian pada kelinci itu.

Cantika memeluk kelinci itu, dia agak iri pada mahluk mungil yang mendapatkan perhatian lebih dari Johan sementara dirinya selalu di anggap teman.

"Can, siapa yang beli minyak?" Tanya Kiara muncul di hadapannya.

"Johan yang beli," jawab Cantika sambil memejamkan mata.

"ih kenapa mukamu?" Keliru Kiara melirik wajahnya yang agak memerah.

"Diam, aku mau jagain kelinci ini dulu," balas Cantika masih tetap setia memeluk kelinci itu di dalam dekapannya.

Padahal mereka tak sadar, kelinci itu tengah tersiksa di peluk sana sini oleh orang yang berbeda. Kelinci itu menginginkan kebebasan, namun semuanya justru menghantui kelinci itu tanpa perduli apa yang dia rasakan.

Rasanya, hanya Ajun yang mengerti kondisi kelinci itu dan tidak bisa berbuat apa-apa melihat oknum-oknum yang menyukai kelinci itu.

"Jujur rasanya malas kuliah lagi gara-gara KKN ini," keluh Ajun menemani perjalanan Yohan.

"Sama, rasanya udah terlalu nyaman disini," sambung Yohan.

"Terus gimana? Selesai kuliah mau ngelamar dimana?" Tanya Ajun.

"Ngelamar di rumah Kiara boleh nggak ya?" Yohan ikut bertanya-tanya.

"Sumpah kamu kaya bocil Han, pikirin dulu kerjaan anjir baru mikir nikah, nggak ada otak ni anak," kesal Ajun menggeleng cepat.

Ajun mendahului jalan, padahal Yohan hanya ingin bercanda saja tapi Ajun yang jomblo sangat sensitif pada topik pembicaraan mengenai suatu hubungan. Bagaimana tidak? Hubungannya saja gagal, maka dari itu dia lebih memutuskan untuk menyudahi kegiatan ini agar bisa fokus pada perkuliahan selanjutnya.

Kkn As Biro Jodoh 2000lineWhere stories live. Discover now