Prolog

265 36 21
                                    

⚠Warning!

Cerita ini berlatar Indonesia. Dialog tidak menggunakan bahasa baku, namun dalam narasinya terdapat bahasa campuran. Terdapat kata-kata kasar serta beberapa hal yang mungkin bisa menyakiti beberapa pembaca.

Cerita ini bergenre humor. Humor tidak lucu yang hanya akan membuat kalian kesal dan menyesal telah membuka dan membaca buku ini. Jadi, diharapkan untuk bijak dan ini hanya fanfiksi belaka, tak perlu menganggap serius isu-isu sosial atau beberapa scene yang mengandung unsur kehidupan nyata di Indonesia.

.
.
.

Happy Reading!

~o0O0o~

Tubuhnya lemas, wajahnya murung, bibirnya manyun. Sandaran lengannya di atas pagar kian mengendur, hingga kepalanya merosot masuk ke dalam silangan tangannya sendiri. Helaan napas lelah diembus berulang-ulang, berkali-kali sampai wajahnya berembun. Muhammad Boruto Al Husein—yang akrab disapa Husen—itu masih bermimik kusut.

Entah bagaimana keadaan bisa membuatnya benar-benar merasa jadi pecundang begini. Pekerjaan tidak punya, uang pas-pasan, tempat tinggal numpang, kasih sayang tidak ada, cinta juga enggan memeluk kehidupannya. Benar-benar menyedihkan.

Boruto lagi-lagi mengembuskan napas panjang.

"Mbak ...,"

"Mbak ...,"

"Mbak ipar ...,"

"Ngapa sih lu, Bacot! Mending nyuci piring, sono."

Boruto cemberut. "Tolongin gua." Suaranya sudah seperti anak kucing kelaparan. Serak sedih namun melengking, nyaris membuat kaca di rumah pecah.

Wanita bersurai ungu yang diikat konde itu menahan-nahan untuk tidak melemparkan cucian sempak yang ia pegang ke kepala Boruto. "Jangan ngadi-ngadi lu, ye. Minta tolong apaan sih, Sen?"

"Pacar, Mbak, pacar .... Husen mau punya pacar."

"Ya lu cari lah, Malih." Wanita itu bersungut, "Lu kata gua biro jodoh. Minta tolong abang lu sono."

Boruto berbalik. "Abang nggak bisa diandelin. Lu aja yuk, Mbak." Dia memohon dengan bibir mewek dan memperagakan mata seperti puppy eyes. Bukannya kasihan, sang kakak ipar malah mual dan langsung melempar cucian BH ke wajah Boruto.

"Eh anjing, BH gua dicium-cium."

"Lu yang lempar, Goblok!"

Sumire Setyaningsih mengambil BH-nya kembali dan memasukkannya lagi ke dalam ember. Agak jijik sebab branya jadi kotor lagi gara-gara kena muka Boruto. Sambil mengibas-ngibas daster basah yang ia kenakan, Sumire menyipit dan bertanya. "Lu punya inceran?"

"Ada. Makanya bantuin."

"Tinggal dideketin, kenalan, jadian deh. Selesai."

Kali ini Boruto membuat raut persis anjing yang sedikit lagi mau mengejar anak-anak yang lewat area komplek. Lihat saja, taringnya diperlihatkan, air liur sudah siap untuk terjun bebas ke dagunya.

"Amit-amit jabang bayi." Sumire mengelus perutnya yang besar sambil  mengetuk-ngetuk kepalanya dengan sebelah tangan, lalu meludah agar janin dalam rahimnya tak akan terlahir mirip seperti seorang pria aneh di hadapannya.

Perjuangan Boruto Mengejar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang