Chapter 6 Pembawa Kabar

45 46 6
                                    

Ponsel Ji Hyun terus berbunyi, tetapi ia tidak ingin mengangkatnya. Ia malas terus-terusan di telpon terus oleh pamannya yang cerewet itu. Selama ia kuliah di USA, pamannyalah yang sering menghubunginya dibanding ayahnya. 

Sudah tentu karena ayahnya super sibuk sehingga tidak sempat menelpon Ji Hyun. Pamannya memang cerewet, sangat berbeda sekali sikapnya dengan ayah Ji Hyun. Dua bersaudara itu sudah seperti bumi dan langit yang bertolak belakang. Bagi Ji Hyun, ayahnya terlihat lebih pendiam. Tidak seperti pamannya yang selalu cerewet mengomeli Ji Hyun ini dan itu.

"Issh, kenapa ia terus-terusan menelponku?" umpat Ji Hyun dengan bahasa Korea di depan teman-temannya yang baru saja datang dari US. Teman-teman kuliahnya di Carnegie Mellon University, United States. Mereka baru datang kemarin ke Seoul untuk liburan dan menyempatkan diri bertemu dengan Ji Hyun.

"Ayahmu menelpon lagi?" ledek salah satu temannya. Mereka semua mengetahui kalau Ji Hyun anak salah satu konglomerat di Korea sehingga mereka mau berteman dengan Ji Hyun.

"Apa kau bercanda?" Ji Hyun membuka ponselnya dan mencabut baterai yang melekat di ponsel itu. Samchoon! Jangan sampai aku menghajarmu saat aku pulang nanti. Ji Hyun mengepalkan tangan kanannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Sebenarnya ia tidak ingin pulang ke rumah sesore itu. Tadinya ia berencana akan pulang dini hari setelah menghabiskan waktu di klub malam Evenue lagi. Tetapi pikirannya menyuruh dirinya untuk segera pulang. Hatinya merasa tidak tenang mengingat pamannya yang menelponnya terus sejak tadi siang.

Ji Hyun memarkir mobilnya di depan rumah. Kakinya melangkah ke dalam rumah dan mendapati rumah itu tidak seperti biasanya, terlalu sepi. Ke mana semua orang? Ji Hyun menyusuri semua lekuk rumahnya. Biasanya di depan pintunya ada bodyguard yang berjaga dan pelayan yang mondar mandir di dapur.

"Samchoon! Samchoon!" teriak Ji Hyun dengan kencang beberapa kali. Tidak ada jawaban.

"Bibi Hwan!!!" Ji Hyun memanggil kepala pembantunya dengan suara lebih kencang. Beberapa menit kemudian bibi Hwan datang menghampiri Ji Hyun.

"Agassi! Kenapa Anda masih di sini? Kenapa tidak ke rumah sakit?" kening bibi Hwan tampak berkerut. Ia merasa heran melihat Ji Hyun ada di sana.

"Hah, rumah sakit?" Ji Hyun bertanya balik. "Ke mana semua orang? Apa samchoon belum pulang?" ia tidak mengindahkan pertanyaan bibi Hwan.

"Agassi," Bibi Hwan menggigit bibir bawahnya. Mulutnya ragu mengatakan sesuatu kepada Ji Hyun. Ia yakin Ji Hyun tidak mengetahui kejadian yang telah menimpa keluarganya. "Tuan besar..." bibi Hwan kembali melanjutkan pertanyaannya. Ia menarik nafas panjang. Mulutnya terasa berat.

"Bibi Hwan ada apa? Cepat katakan padaku!" Ji Hyun menjadi tidak sabaran.

Air mata bibi Hwan menetes perlahan. Ia tidak bisa membendung lagi air mata yang sudah memenuhi kelopak matanya, "Tuan besar sekarang di rumah sakit..."

                                                                                       ***


Notes:

* Appa adalah ayah

* Agassi adalah nona

* Samchoon adalah paman dari pihak laki-laki

Rooftop MelodyWhere stories live. Discover now