Cooler Than Me - Mike Posner, Big Sean
-"Bian kayaknya demen deh sama lo." terka Nessa, yang duduk menyilangkan kaki, di atas bangku depan meja belajar kamar kosan Briana, sambil berselancar di sosial media. "I mean, masih demen," Nessa menaikkan kepala, mencuri lihat pada Briana yang tiduran telentang di atas ranjang. Belum menanggapi perkataannya, Nessa menambahkan. "Belum move on, gitu."
"Jangan ngomongin tuh orang bisa?" sergah Briana, menatap sekeliling kamar kosannya yang dihiasi perintilan bohemian. Mendengus, pelan. "Kuping gue alergi denger namanya."
Siang, sekitar jam dua-an, mereka; Briana, Fiora, Nessa, Hera, memang sedang berada di kamar kos Briana yang terletak di Kencana Timur. Salah satu daerah dekat kampus mereka yang banyak dikelilingi kos-kosan.
"Bri," Fiora yang duduk di karpet berbulu putih bersama Hera, menimpali. "Nggak boleh gitu." Bukan serius. Nadanya meledek. "Iya, 'kan, Hera?"
Sayangnya, kalau perkara hati, dan bukan tempatnya untuk mengomentari, Hera merasa lebih baik tak menanggapi. Memilih tetap lanjut merampungkan novel di genggaman.
Fiora menopang dagu. Bermimik seolah-olah berpikir. "Kenapa ya?"
Nessa menyambar. "Kenapa, apanya?"
"Kenapa Bri sama Bian putus, dan jadi kayak kucing ketemu tikus? Alias, berantem terus. Lebih tepatnya, Bri si, yang sewotan. Biannya santai aja."
"HEH," Briana menegur. Bangkit dari tidurannya, menjadi duduk bersila di atas ranjang. Berujar, nyolot. "He is an ugly ass," Melengos. "For sure, isn't my cup of tea."
"Are you kidding me, Bribitch?" Nessa menyeletuk. "He is a real beef. A fucking high rate Wagyu."
Briana memasang raut jengah.
"True though. Look, nggak bisa bohong. Tapi mungkin kelakuan yang bikin minus, ya, Bri?" Fiora menanggapi, serius. "Walaupun keliatannya diam, kalem, kayak Ray. Bedanya kelihatan lebih sangar aja—truthfully nakutin. Fiora sering lihat dia sama cewek yang beda-beda. Is he a player?"
Kali ini, Briana memutar bola mata. "A jerk, actually."
Saat itu, Hera yang diam-diam mendengarkan, jadi teringat penuturan Briana kala lalu mereka sempat saling bertukar rahasia. Namun, untuk kali ini, Hera tetap memilih bungkam. Belum saatnya untuk bicara.
"Semalem, dia kelihatan banget makin getol mepet ke lo," seloroh Nessa, seumpama memberitahu gosip paling rahasia. "Bisa gitu ya, ngelakuinnya diem-diem. Kayak belut, licin. Menghanyutkan. Tau-tau, anjir. Bikin yang denger dia ngomong ikut panas dingin. Fix, banget, dia pasti mau ngajak lo celebek! Belum move on!"
Fiora mengangguk heboh, membenarkan. Bukan hanya Nessa yang terkaget-kaget menyaksikan kedua manusia itu semalam.
Briana membuang napas kasar. Malas menanggapi kembali hal negatif yang ingin ia tampik. Sudah jelas, walau enggan, di kepalanya masih tertanam kejadian di taman lingkar, serta di angkringan.
Bian sialan. Bisa-bisanya bicara secara asal, dengan santai dan datar.
Briana mengerutkan kening, emosi tiba-tiba berdatangan. Mencoba menenangkan diri dengan menarik napas dalam, menghembuskan perlahan-lahan. Tenang. Tenang. Tidak seharusnya Briana membiarkan eksistensi lelaki itu mempengaruhi ketentramannya. Briana tidak akan termakan omongannya.

YOU ARE READING
Fixing The Star ✓
Teen FictionBriana Diamour pernah melakukan tindakan bodoh saat masa sekolah: mengajak pacaran lelaki yang disukai oleh musuhnya. Briana yang kala sekolah dikenal sebagai ratu jahat dan bintang cheerleader, menemukan kenyamaan dari lelaki yang tidak ia duga-dug...