18+ Steamy.
—
Burning Desire - Lana Del Rey
—"Aku... sadar kok."
Jemari Bian yang menjepit dagu Briana, mengelusnya lembut. Menarik wajah Briana maju. Tanpa gurat ekspresi belaka, menaikkan sebelah alisnya. Bian memperhatikan raut kuyu Briana seksama. Penyebutan kata 'aku' alih-alih 'gue' saja sudah penanda bahwa kesadaran gadis itu sedang tidak ada di tempatnya.
"Bi?" Bian sengaja tidak menyahuti. Membiarkan Briana yang terpejam-pejam, melanjutkan perkataan. Di saat tangan gadis itu diangkat. Diayunkan di udara. Jemarinya menunjuk-nunjuk kasar dada Bian, dengan alis tertekuk kesal. Bibirnya dicebikkan. "Ak—aku, aku nggak mau putus... Bi... tapi kamu jahat!" Menggeleng kepala gusar, alis tetap bertautan, Briana mengulang dalam seruan penuh kemarahan. "Kamu jahat!"
"Kamu ninggalin aku... di saat Papi ninggalin aku dan Mami... kamu jahat, Bi. Kamu, kamu lebih milih sama Natasha... mantan kamu... yang masih kamu sayang sampai sekarang 'kan?" Membuang wajah. Briana merinaikan tawa getir tanpa suara. Baru menaikkan kepala. Mempertemukan manik caramel berkilauannya dengan jelaga gelap Bian. Ada tegangan yang hanya mereka ketahui rasanya, dihantarkan. "Padahal... kamu tahu aku nggak suka dia..."
Menahan cegukan. Briana meletakkan tangan di depan dada. Diikuti Bian yang memindahkan tangan yang sebelumnya menjepit dagu Briana, menjadi mengelus punggungnya. Namun ditepis oleh empunya. "Jangan berlagak... perhatian! Nggak cocok!" sengit Briana.
Melanjutkan keluh kesahnya. Menahan nyeri di dada, pusing di kepala. Bian yang memperhatikannya tidak tega. Namun, sekali lagi, Briana menepis uluran tangannya.
"Kamu pergi... Bi... nggak bisa dihubungin sama sekali. Bahkan orang tua kamu nggak bisa aku hubungin juga... Aku ke rumah kamu nggak ada siapa-siapa. Kamu ngilang begitu aja tanpa kabar... kamu buat aku bingung, aku khawatir. Aku takut kamu kenapa-kenapa... pikiran aku sampai terbagi antara Papi yang kepergiannya harus aku tangisi. Mami yang harus aku tenangin. Keluarga aku, dan kamu, yang entah ada di mana...."
"Bri..."
"Lalu saat aku akhirnya nemuin keberadaan kamu..." Tarikan napas Briana memberat. Terasa sesak. Tangannya menepuk-nepuk dada mengharap lega, tetapi, 'tak ada. "Kamu lagi tidur, nyenyak, nggak ada gurat berdosa, nggak merasa bersalah, di saat aku lagi nggak baik-baik aja... kamu memilih tidur dengan Nath... tanpa pakaian... setelah melakukan. Entah, hanya Tuhan dan kalian yang tahu," Briana mendengus sinis. "Apa aku harus bilang dugaan aku atas apa yang kalian lakuin?"
Mendapati keterdiaman Bian. Briana kembali mendengus sinis. Berusaha meluruskan punggung. Mengangguk-anggukan kepala, menarik sudut bibirnya. Memakukkan tatapan mereka. Manik Briana berkilau tajam oleh kobaran menyalak, sedang Bian, dalam artian yang susah dijabarkan.
"Kamu tidur sama Natasha? Kalian liburan bareng? Kamu sengaja nggak bisa dihubungin biar aku nggak ganggu kalian? Segitunya, Bi? Kenapa nggak putusin aku dulu? Lalu kamu bisa bebas jalan, tidur, bahkan balikan sama mantan kamu itu."
Bian tetap bungkam. Rahangnya mengatup rapat, tatapannya menajam. Auranya kian menghitam.
"Pada akhirnya... selalu Natasha ya, Bi?" Saat sadar menjemput nanti, Briana pasti akan setengah menyesali pembeberan keluh kesahnya ini. Sebab, Briana tidak mau dikasihani. Sedang, penuturannya tadi, bagai sudah jelas, Briana memberitahu sendiri kekalutannya. Bahkan kebodohannya. "Aku nggak mau putus, Bi..."

YOU ARE READING
Fixing The Star ✓
Teen FictionBriana Diamour pernah melakukan tindakan bodoh saat masa sekolah: mengajak pacaran lelaki yang disukai oleh musuhnya. Briana yang kala sekolah dikenal sebagai ratu jahat dan bintang cheerleader, menemukan kenyamaan dari lelaki yang tidak ia duga-dug...