Paper Rings - Taylor Swift
—"Lo waktu itu pernah pakai tampilan copet ke kampus 'kan? Gimana, berhasil? Aman?"
Kepala Fiora terteleng ke samping. Heran oleh pertanyaan random Briana yang pagi-pagi sudah bertamu ke kamar kosannya, secara tidak tahu waktu menggedor, memanggil-manggilnya di depan pintu. "Maksudnya apa ya, Bri?" tanya Fiora masih dengan muka bantal, rambut acak-acakan.
"Lo waktu itu 'kan pernah sembunyi dari Ray. Berhasil nggak?" cerca Briana tidak sabar.
"Oh... " Mencoba mengingat-ingat, kening Fiora terlipat. Sesaat, sebelum akhirnya pupil Fiora melebar, matanya terbuka segar. "Ahh!" serunya, menjadi antusias. Fiora menjentikkan jari heboh—masih dalam posisi keduanya; Fiora di dalam, di balik pintu, Briana di luar. "Oh, ya, Bri! Waktu Fiora ngumpet dari Ray ya?"
"Iya!" sahut Briana kian tak sabar. "Gimana?"
"Kayaknya Fiora bukan pakai tampilan copet, ah," sanggah Fiora tidak terima. "Fiora cuma pakai bucket hat, kacamata. Semuanya hitam, dari atas ke bawah."
"Ya, itu, tampilan copet."
Muka Fiora sepet.
"To the point aja, deh, Bri. Ngapain nanya-nanya? Kesel nih Fiora, masih jam 6 udah dibangunin, padahal kelas masih jam 9 nanti!"
"Lo jawab dulu pertanyaan gue, berhasil nggak?"
"Nggak!" cibir Fiora jengkel. "Gatot, alias gagal total! Waktu keluar kelas, Ray udah nangkring di depan, secepat itu Fiora langsung ketahuan—eh, Bri!"
Tahu meme wajah bingung Will Poulter yang sempat viral? Kurang lebih, seperti itu, raut Fiora sekarang. Melihat Briana yang tanpa kata langsung berbalik badan, masuk ke kamar gadis itu kembali dengan menutup pintu kelewat pelan—ini yang paling Fiora heran—sepanjang mengenal Briana, temannya itu tidak pernah bersikap lembut. Mata Fiora melebar. Menduga; jangan-jangan... akhirnya Briana benar-benar kesambet arwah Mbak Kunti kosan mereka?
Fiora bergidik, seram. Buru-buru masuk ke kamar.
"Pi! Ini jalanan masih lebar! Masih bisa buat tanding bola se-kecamatan! Jadi tolong stop, mepet-mepet ke gue, bisa?" seloroh Nessa jengah, sebab Fiora yang jalan di tengah dirinya dan Briana, sedari tadi terus berjalan miring ke sisinya—macam kapal oleng. "Diem, Nes. Fiora lagi takut sama Bri." bebernya serius, sambil melirik Briana yang berjalan tidak mempedulikan sekitar.
Tidak mempedulikan celotehan absurd Fiora dan Nessa, bahkan sekitarnya yang saat ini ramai, oleh seruan-seruan, lagu Paper Rings milik Taylor Swift yang diputar kencang di selasar. Entah sedang ada acara apa lagi di Fakultas yang terkadang, suka mengadakan event nyentrik itu—FIB. Terpasang tenda sarnafil dengan booth yang dijaga oleh dua mahasiswa-mahasiswi mengenakan kaos panitia baby pink; di bagian belakang kaos, tersemat gambar hati yang terkena panah cupid. Di depan, terdapat tulisan; COUPLE.
Tidak mau memusingkan. Briana mempercepat jalan setelah mengecek pesan masuk di ponselnya. Fiora dan Nessa di belakangnya, lantas mengikuti sambil terheran-heran. Bertukar pandangan. "Liat 'kan? Bri lagi aneh. Makanya Fiora takut!" cicitnya. "Hm... iya ya, Pi. Yaudah, kita ngikut dulu aja."
Lantas, isi kepala Fiora dan Nessa yang mengikuti Briana di belakang, menjadi dipenuhi tanda tanya. Melihat Briana telah berdiri di hadapan seorang mahasiswi berambut menyala terang—diombre pink punk, yang juga mengenakan kaos pink panitia dipadu rok jeans, boots tinggi. Briana dan mahasiswi itu nampak seperti sedang bertransaksi.
Sebuah botol kecil serupa semprotan, minyak wangi oplosan, diserahkan mahasiswi itu kepada Briana, diganti lembaran uang dua puluh ribuan. Fiora dan Nessa kemudian mendekati Briana setelah mahasiswi itu berlalu, menyempatkan waktu memberi Briana flyer pink, serta melempar lirikan kepada Fiora dan Nessa dari celah tubuh Briana.

YOU ARE READING
Fixing The Star ✓
Teen FictionBriana Diamour pernah melakukan tindakan bodoh saat masa sekolah: mengajak pacaran lelaki yang disukai oleh musuhnya. Briana yang kala sekolah dikenal sebagai ratu jahat dan bintang cheerleader, menemukan kenyamaan dari lelaki yang tidak ia duga-dug...