|seharian bersama dengan si bontot|

21 4 0
                                    

'Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.'

'Allahu Akbar, Allahu Akbar.'

'Asyhadu allaa illaaha illallaah.'

'Asyhadu allaa illaaha illallaah.'

'Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah.'

'Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah.'

'Hayya 'alashshalaah.'

'Hayya 'alashshalaah.'

'Hayya 'alalfalaah.'

'Hayya 'alalfalaah.'

'Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.'

'Laa ilaaha illallaah.'

|Selesai azan berkumandang|

Setelah azan Maghrib berkumandang, Cakra terlebih dahulu melakukan solat tahiyatul mesjid lalu itu solat Sunnah dan melanjutkan solat magrib secara munfarid. Cakra solat begitu khusyuk, seperti ada yang menutupi telinganya sampai-sampai laki-laki itu tak mendengar suara Ari yang di luar sedang teriak teriak karena mencari Lilis (bundanya). Hingga sujud terakhir pun tiba, begitu lama Cakra sujud, entah doa apa yang ia mohonkan di sujud terakhir itu. Setelah beberapa lama sujud nya, akhirnya ia bangkit dengan air mata yang berjatuhan hingga membasahi sajadah punya miliknya.

'assalamualaikum warahmatullah'

'assalamualaikum warahmatullah'

Selesai salam, Cakra mengambil tasbihnya yang terletak tak jauh dari sajadah nya. Ia menggoyangkan tasbih itu dan membacanya dalam hati dengan air mata yang masih berjatuhan.

Laki-laki dengan setelan baju koko dan sarung yang mengikat di pinggangnya sedang mengangkat tangannya sejajar dengan dadanya. Ia berdoa sambil menutup matanya. Jika memang surga ada di depannya, ia tak ingin melihatnya dulu. Karena ia tak ingin rakus. Jika ia melihatnya terlebih dahulu, maka orang lain kapan?

Selesai solat, laki-laki itu pun keluar kamar. Ia ingin mengecek keadaan di luar sekarang juga. Ia tahu jika adiknya sekarang sedang 'ku menangis'. Makanya ia ingin mengecek nya.

Setibanya di luar, ternyata feeling nya benar, Ari benar-benar menangis tak berhenti. Cakra pun mendekati adiknya, ia ingin menenangkan adik besar itu.

"Ada apa sih?" Ucapnya, ia bermaksud lembut tapi bagi Ari itu kasar.

Lama tak mendapatkan respon, Cakra pun bersuara kembali. "Cari, bunda?" Tanyanya yang mulai menghapus air mata buaya itu di pipi Ari.

"Bunda ke rumah temannya, lagi arisan!" Ucapnya memutar bola mata malasnya karena ia malas meladeni Ari yang seperti ini. Sudah mau naik SMA masih saja melakukan seperti itu. Dasar anaknya Adam Samsuddin.

"Bunda lamar banget, sih, bang." Ucap Ari dengan sangat lebay bagi Cakra yang mendengarkannya.

'untung Lo adek gua, kalau bukan, dari tadi gua ulek ulek kayak sambel' batin Cakra berkata karena sudah lelah dengan perbuatan Ari seperti ini.

"Sebentar lagi pulang, kok!" Ucap Cakra meningkatkan Ari yang masih duduk melingkar di atas lantai dengan kaki berbentuk 'w'.

Cakra masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya, ia tak ingin jika Ari masuk ke dalam kamarnya untuk mengacau. Tak lupa ia menelfon Lilis, lalu ia beristirahat. Kenapa Ari tak menelfon Lilis? Penyebabnya, karena hp Ari berada di tas bundanya. Makanya ia menangis dan tak bisa menelfon Lilis ( si ibu-ibu arisan).

HUJAN BERBISIK UNTUKMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang