|ADAM|

14 1 0
                                    

Beberapa saat kemudian, Agni sudah di pindahkan ke kamar rawat inap VIP. Cakra masih ada di sana menemani Agni sampai siuman. Tak ada kerabat ataupun keluarga yang menjenguk Agni, karena Cakra tak mengabarkan kabar ini untuk orang lain kecuali teman kelas.

Meski Cakra tak memberi tahu kabar ini untuk orang lain, saudara Agni akan tahu semuanya. karena foto saat kecelakaan Agni viral, itu karena ada yang mempostingnya di media sosial. Saudara Agni bernama Wahyu, laki-laki yang tak ingin melihat adiknya tersakiti. Wahyu begitu sangat sayang dengan adiknya, apapun ia akan beri untuk Agni, nyawa pun akan ia berikan untuk adik satu-satunya ini.

"Adik gua di mana?" Tanya Wahyu yang baru tiba dengan nafas tak karuan.

Cakra yang duduk di kursi besi rumah sakit yang berada di luar kamar Agni, Cakra langsung menunjuk pintu kamar Agni dan menemani Wahyu untuk masuk dalam kamar tersebut. Tak cuma Cakra, Lilis juga masih berada di sana menemani Agni yang masih tak sadarkan diri.

"Dek, kenapa bisa kayak gini, sih?" Ucap Wahyu mengelus lembut puncak kepala adiknya itu yang terbaring lemah tak berdaya.

"Adek gua, kenapa?" Tanya Wahyu kepada Cakra.

Cakra yang tak bisa menjelaskan apa-apa hanya diam mematung di samping ibundanya atau belakang Wahyu. Lilis melihat kesedihan dari raut wajah Wahyu, wanita paruh baya itu pun mendekati Wahyu dan mulai membuka suaranya.

"Nak, adik kamu engga apa-apa." Ucap Agni yang berhasil menenangkan Wahyu yang dari tadi tak berhenti meneteskan air matanya.

Tak terasa, azan Maghrib sudah berkumandang di musholla rumah sakit. Itu berarti malam akan sebentar lagi. Lilis dan Cakra pun berpamitan setelah azan Maghrib selesai. Sebenernya, Cakra ingin sekali menemani Agni hingga siuman, tetapi Cakra juga memikirkan dua bocah yang ada di rumah. Mau makan apa jika Lilis dan Cakra tak pulang.

Setibanya di rumah, Ari dan juga Haikal langsung menghampiri Cakra dan Lilis di luar. Tak tahu kenapa bocah itu sangat aktif.

"Kenapa?" Tanya Lilis.

"Lapar, Buna!" Ucap Ari yang memegang perutnya. Memang, sepertinya mereka berdua sudah sangat lapar, bisa di lihat dari wajahnya yang sudah lemah.

"Yasudah masuk semuanya." Ucap Lilis. Cakra, Ari, dan juga Haikal pun mengikuti Lilis dari belakang.

Setibanya di dalam, Lilis langsung ke dapur. Sedangkan Cakra langsung masuk dalam kamarnya, itu karena ia mau membuka bajunya yang sudah berlumuran darah itu. Ari dan Haikal mengikuti Lilis hingga ke dapur, mereka berdua sudah sangat lapar.

"Buna, carana Buna antar aku besok gimana?" Tanya Haikal kepada Lilis. Anak dan keponakan Lilis memanggil Lilis dengan sebutan bunda, kadang juga Buna jika gabut saja.

"Kita berangkat pagi, anakku sayang!" Ucap Lilis sambil mencubit kedua pipi Haikal itu, karena gemes.

"Btw, bang Cakra kok bajunya banyak daranya? Habis kemana? Bunuh orang?!"

Pertanyaan Ari begitu banyak, sampai-sampai Lilis bingung mau jawab yang mana dulu. Jangan heran jika Ari seperti itu, bapaknya saja begitu apalagi anaknya. Dasar anak sama bapak sama-sama saja, sama-sama miring.

"Kakak kamu habis nolongin orang yang kecelakaan." Jawab singkat Lilis sambil menutup mulut Ari dengan jari telunjuknya. Itu sebagai kode untuk Ari tak bertanya apapun lagi.

Beberapa menit kemudian, masakan yang di buat oleh Lilis sudah jadi. Saatnya semuanya seisi rumah makan bersama di meja makan yang sederhana. Cakra juga ikut, Cakra sudah mengganti bajunya.

"Masakan bunda memang paling enak sedunia, deh!" Ucapan itu berhasil keluar dari mulut Cakra. Kadang, laki-laki enggan untuk mengoreksi apapun yang sudah terjadi. Tapi sekarang sudah berbeda, apapun ia koreksi jika salah dan benar.

"Tumben, kak? Ada apa tuh?" Tanya Lilis menggoda anaknya yang tak tahu kenapa semakin hari semakin berubah.

"Engga!" Balas Cakra.

"Engga mau kalau buna tau, ya, bang?" Tanya Ari menaik turunkan alisnya itu.

"Apa sih?"

Selesai makan malam bersama, semuanya pun kembali beraktivitas kembali. Cakra langsung saja masuk kamar dan menguncinya, ia tak mau jika kedua adiknya itu masuk dan mengganggunya yang sedang fokus belajar.

"Keadaan Agni gimana, ya?"

"Mau ke rumah sakit tapi udah malam, besok aja deh!" Ucapnya menarik selimutnya dan menutup seluruh tubuhnya, bahkan kepalanya ia juga tutup dengan selimut lembut itu.

🌧️🌧️🌧️

Pagi yang seperti biasanya, tapi pagi ini sedikit berbeda. Belum jam enam, Lilis, Cakra, Ari, dan juga Haikal sudah berada di dalam mobil. Itu karena Lilis ingin mengantar Haikal ke sekolahnya. Seperti perkataannya waktu itu.

Di dalam mobil Cakra hanya menatap kosong yang ada di depannya, dari tadi Ari mengajaknya berbicara tetapi Cakra tak merespon apapun.

"Bang!" Panggil Ari.

Ari yang tak dapat respon dari sang Abang, Ari pun langsung memukul lengan abangnya agar laki-laki itu sadar dari lamunannya. Tapi usaha Ari tak berbuah hasil, Ari pun putus asa dengan mood abangnya saat ini juga.

Tak ia rasakan, akhirnya Haikal sudah sampai di sekolahnya. Mungkin, saat pulang sekolah Haikal tak pulang lagi ke rumah Lilis. Itu karena Ilyas dan Yaya sudah datang. Sebenarnya, Haikal masih sangat ingin menginap di rumah Lilis, tapi ia juga pikirkan sekolahnya jika ia di sana terus.

"Buna, aku masuk ke kelas dulu, ya," ucap Haikal mencium tangan halus itu.

"Belajar yang rajin, sayang. Kalau ada waktu, Buna akan jemput kamu untuk menginap di rumah buna," ucap Lilis mengelus rambut Haikal.

"Iya, Buna!" Balas Haikal.

"Bang, Haikal masuk dulu, ya." Ucap Haikal yang mengulurkan tangannya ke depan karena ia ingin mencium tangan Abang sepupunya itu.

"Belajar yang rajin, dek!" Ucap Cakra mengulurkan tangannya untuk ia cium kepada adik sepupunya itu.

"Bro, gua masuk dulu. Jangan lupa nanti, kita Mabar!" Setelah Haikal mengucapkan kata itu, Haikal langsung lari memasuki gerbang sekolah.

Di perjalanan menuju sekolah Cakra dan Ari, tak sengaja Cakra melihat satu lelaki yang begitu cepat laju motornya. Tak tahu dia siapa? Tapi jika di lihat dari bodi bodinya, Cakra tahu siapa lelaki itu. Ingin sekali Cakra mengejarnya, tetapi Buna nya langsung mengambil arah yang berlawanan. Cakra pun mengurungkan niatnya untuk mengejar lelaki tersebut.

Setibanya di sekolah, ternyata Cakra terlambat beberapa menit. Tapi satpam yang ada di depan gerbang sekolah sudah menutup rapat-rapat gerbang sekolah. Cakra berusaha membujuk satpam itu agar membukanya pintu, tetapi tak bisa juga. Saat Cakra hampir putus asa, tiba-tiba ada seorang laki-laki berbicara kepada satpam Tersebut.

"Buka pintu untuk anak saya!" Ucap laki-laki tersebut. Spontan Cakra kaget, siapa laki-laki yang ada di belakangnya ini yang mengaku-ngaku sebagai bapaknya. Saat Cakra membalikkan badannya, ternyata laki-laki tersebut adalah Adam.

🌧️🌧️🌧️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 22, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HUJAN BERBISIK UNTUKMUWhere stories live. Discover now