4

1.7K 313 41
                                    

"Park Group?"

Jungwon mengangguk, "kita menerima pemesanan di sana, atas nama divisi pemasaran," jelasnya.

Ni-ki mengernyit, "bukannya itu sangat banyak?" tanyanya heran.

Sunoo yang baru saja keluar dari dapur menyahut, "hanya tim 1. Divisi pemasaran dibagi beberapa tim. Yang memesan mengatas namakan tim 1."

Yang lebih muda diantara mereka mengangguk paham. "Yakin kalian tidak ingin dibantu?" tanya Ni-ki lagi, merasa enggan meninggalkan kedua kakaknya untuk mengurus cafe.

Jungwon hanya terkekeh, ia menepuk pundak adiknya dan berkata, "kuliahmu lebih penting, Riki. Pergi sana."

"Lagipula kita baru saja merekrut beberapa pekerja paruh waktu. Santai saja," ujar Sunoo menenangkan, wanita dengan tinggi mencapai 177 cm itu mengusap pucuk kepala adik bungsunya.

Memang benar, awalnya Sunoo sangat enggan merekrut pekerja baru alhasil cafe yang ia dirikan hanya berisi dirinya dan kedua adiknya saja.

Namun semakin lama, mereka kian kesusahan meladeni jumlah pengunjung yang terus meningkat.

Belum lagi Ni-ki masih kuliah, Jungwon juga kadang harus absen ketika deadline naskahnya akan tiba, mengingat adik pertama Sunoo itu seorang penulis.

Sunoo sendiri mendirikan cafe sebagai sampingan, ia sebenarnya berprofesi sebagai interior design freelance. Jadi saat dirinya tidak menerima proyek apapun, Sunoo akan sangat senang menjadi barista atau bahkan pattisier menemani adiknya Jungwon di dapur.

Meracik kopi dan membuat kue adalah beberapa hal yang entah bagaimana menjadi hobi untuk Sunoo.

Mirip-mirip adiknya yang bekerja seperti penulis tetapi memeliki hobi baking dan membuat main atau side dish.

Sedangkan Ni-ki, adik bungsunya ini hanya senang membantu. Walau menyebalkan, perangainya sangat lugu, senang membantu pula. Ni-ki sangat pandai bergaul, ia juga senang bermain game.

Saat Ni-ki memutuskan kuliah di jurusan teknik informatika, Sunoo dan Jungwon rasa itu akan sangat menyenangkan bagi Ni-ki yang gemar bermain game dan coding.

Pun, sebagai satu-satunya laki-laki, pengunjung wanita di cafe milik Sunoo nyaris 80% karena mereka sekedar ingin melihat atau mengobrol dengan Ni-ki.

"Lagipula kau tidak ada di sini, cafe tidak akan ramai karena pengunjungmu," ucap Jungwon iseng dan tawa Sunoo meledak karenanya.

Ni-ki cemberut, "noona, mereka bukan pengunjungku. Kopi, kue dan masakan kalian memang enak, makanya banyak yang berkunjung," bantahnya.

Sunoo terkikik, "benarkah?"

"Iya."

"Tapi kita ini wanita, Riki-ah," tandas Sunoo sembari mengerling pada Jungwon, "kami sangat peka."

Kemudian Jungwon, wanita berusia 23 tahun itu menimpali, "kami tahu benar mana yang datang hanya sekedar untuk mengisi perut atau bahkan sekedar cuci mata dan sejujurnya kalian berdua sering jadi objek cuci mata mereka."

"Ha? Aku?" Sunoo menunjuk dirinya, bingung.

Tidak yakin juga ada yang datang hanya untuk melihatnya.

Beda Sunoo, Ni-ki lebih peka terhadap kesalah pahaman yang sering menimpa kakak sulungnya, "ah, mereka menyangka noona itu oppa tampan yang meracik kopi," kelakar Ni-ki.

Dan sedetik kemudian tawa kedua adik Sunoo itu meledak, perasaan geli menimpa keduanya.

"Yak! Berhenti tertawa! Ini salah Riki yang senang sekali memanggilku hyung!"

Trap [SunSun]Where stories live. Discover now