7

3.2K 229 1
                                    

Jihan sedang sibuk dengan alat masak nya saat ini. Ya, ia sedang memasakan sarapan untuk suami dan anak kembarnya tentunya.

Tanpa jihan tau galen sudah berdiri dibelakangnya lalu memeluknya. "Heumm harum banget masakan nya, kamu masak apa?"

"Ish mas ngagetin aja, aku masak nasi goreng dan ayam goreng". Jawabnya sambil menolehkan kepalanya kearah sang suami.

"Jadi gak sabar makan masakan kamu". Ujarnya lalu melepaskan pelukannya

"Tunggu ya, dah kamu sana bangunin anak-anak"

"Siap my queen". Ucapnya sambil memberikan hormat ala-ala pengawal wkwkk. Lalu pergi.

"Aish ada-ada aja kelakuan mas galen"

Tok tok tok

"Gala bangun kamu!". Teriak genta

"Ck berisik yah". Ketus nya

"Heh udah bagus ayah bangunin kamu". Ucapnya yang jengkel dengan anaknya yang satu ini.

"Aku gak minta ayah buat bangunin aku tuh". Jawabnya

"Nih anak ya mau ayah potong uang jajan kamu hah?". Ancamnya yang tak ditakuti sama sekali oleh gala

"Potong aja nanti aku aduin bunda wle". Galen yang sudah biasa nanggepin gala hanya bisa mengelus dada.

"Dah sana bangunin aja noh genta paling dia yang masih molor". Ucapnya lalu kembali masuk kamarnya dan menutup pintunya.

"cucu wirgantara gini amat". Lalu galen beranjak untuk membangunkan si bungsu genta. Ya memang siapa lagi yang jadi anak bungsunya? Tidak ada.

"Genta heh bangun kamu"

"Dasar kebo amat tidurnya kamu"

"Bangun gak! Ayah itung sampe tiga kalo gak bangun uang jajan nya ayah potong"

"Okei satu du-a ti--".

"OKEI AKU BANGUN NIH". ucapnya lantang

"Nah good boy dah sana mandi lalu turun sarapan". Titahnya yang dianggukin oleh genta.

Berbeda dengan satu anak yang saat ini sedang bersusah payah untuk memakai seragamnya. Ya, anak itu kala. Saat ini kondisi kala tidak baik-baik saja karna efek semalam kala kambuh masih terasa sakitnya sampai saat ini.

Ia mati-matian menahan nyeri didada nya, padahal ia sudah meminum obatnya pas bangun dari tidurnya ia kira setelah meminum obatnya bakal hilang sakitnya namun nyatanya tidak.

"Jantung...kala mohon rasa sakitnya pergi dan hilang ya rasanya sakit tau, hilang ya? kala kan ingin sekolah biar tidak bodoh hehe". Ucapnya sambil mengelus dadanya yang perlahan-lahan hilang sakitnya. Apa jantungnya mendengarkan kala? Kalau begitu terimakasih--pikirnya

"Kala kuat kamu pasti bisa ayo semangat banyak yang menanti kamu kala". Ucapnya menyemangati dirinya sendiri. Sungguh menyedihkan.

"Huft...sakit jangan kambuh ya". Pintanya lagi

Selesai bersiap-siap kala bergegas pergi, namun lagi-lagi ia melihat keluarganya berkumpul ria tanpa dirinya. Tak ingin berlarut dalam kesedihan kala segera bergegas pergi lewat pintu belakang yang sudah tentu tidak melewati mereka yang sedang sarapan.

Kali ini kala tak ingin mendengar cacian dan bentakan dari mereka. Kala hanya ingin tenang saat ini. Semenjak kejadian kemarin ia belum bertatap muka dengan bundanya ayahnya bahkan juga abangnya belum ia temui. Ia--

Sedikit merasa bersalah karna tidak bertemu dengan mereka?

Ya, kala akui ia bodoh ia anak idoit yang masih saja mengharapkan mereka yang sudah jelas membencinya. Apalagi dengan satu fakta yang bikin ia merasa menjadi beban mereka saja, ia merasa hidup pun rasanya sia-sia, ia merasa telah berdosa karna kehadirannya, ia anak yang tak diinginkan bukan? Lalu untuk apa ia dilahirkan bila kelahirannya tidak diinginkan?

Sakala -[END]-Where stories live. Discover now