30

3.2K 184 19
                                    

Malam ini memori masa lalu dengan sengaja datang untuknya mengingat kepingan kenangan yang sedikit hancur atau bahkan sudah sangat hancur? Semuanya terus berputar diingatannya, apa yang sudah dilakukannya sangatlah salah.

Semuanya sudah terjadi.

"kangen banget sama kala". Ujarnya tiba-tiba sambil menatap langit yang mengingatkannya pada kala.

"Lu dimana hmm? Hilang tiba-tiba gini, gua harus cari lu kemana lagi dek?". Lirihnya air matanya menetes begitu saja

"Jangan hukum gua kek gini. Lebih baik lu pukul gua, marahin gua, benci gua asal jangan pergi seperti ini. Rasanya sakit dekk". Menghalau air mata yang mendesaknya untuk terus keluar.

"Ternyata seperti ini ya rasanya kehilangan?". Lirihnya lagi sambil terkekeh ringan

"Sepi. Gak ada lagi yang ganggu gua dengan ocehan random dari lu, gak ada lagi senyuman manis dari lu, gak ada lagi kata-kata manis dari lu, gak ada lagi canda dari lu, gak ada la--gi hiks...hiks...yang bisa bikin gua khawatir...gak ada lagi yang bikin gua marah..hiks...". Semuanya terasa sesak dan menyakitkan.

"Ternyata seperti ini ya rasanya kesepian?"

Semuanya telah hilang.

"Bang...". Gala langsung menghapus air matanya

"Kenapa?". Tanyanya

"Nangis aja, gua tau rasanya nahan tangis gimana itu gak enak bang. Keluarin aja, udah cukup lu pura-pura kuat didepan gua ataupun yang lain. Kala gak akan suka kalau lihat abang tersayangnya kek gini hahaa". Gala tak sanggup, ia segera memeluk genta dengan erat menangis dipelukan sang adik kembar.

Saat ini gala dan genta sedang berada ditaman belakang rumah. Duduk dibangku panjang dengan pencahayaan dari sinar rembulan yang dikelilingi oleh banyaknya bintang.

Genta dengan setia mengusap bahu gala. Dirinya pun sama. Sama terlukanya dengan gala, untuk saat ini biarkan dirinya mengambil peran sebagai kaka untuk adiknya.

Rasa kehilangan memang sulit disembuhkan. Apalagi dengan rasa penyesalan yang tak kunjung usai. Rasanya seperti manusia paling jahat didunia ini karna telah menyia-nyiakan apa yang telah tuhan hadirkan untuknya dan keluarganya.

Seharusnya mereka bersyukur bukannya memberi rasa sakit pada anak yang tak berdosa. Seharusnya mereka sadar bahwa semuanya hanyalah kesalahpaman aja. Seharusnya mereka mencari tahu terlebih dahulu sebelum berbuat sampai sejauh ini. Seharusnya dan hanya seharusnya.

"Gua belum jadi abang yang baik buat kala gen...hiks...gua harus gimana supaya kala balik gen?hiks...hiks...seharusnya gua gak ngehakimin dia saat itu. Seharusnya gua gak mengabaikan kala saat itu...hiks...gen...kala mungkin gak akan pergi kaya gini..hiks..dia pasti kecewa sama gua...hiks". Racau gala

"Kala pasti kesepian saat ini". Lirihnya

Genta masih setia mengusap punggung yang terus saja bergetar. Tak sadar genta-pun meneteskan air matanya.

Semuanya telah hancur.

"Kala pasti baik-baik aja gua yakin. Dia pasti bakal balik lagi sama kita". Ujarnya penuh keyakinan

"Gimana kalau ternyata kala gak baik-baik aja? Gen...kita gak tau kondisi kala kaya gimana, apalagi kala kondisinya gak seperti kita gen. Dia sakit". Lirihnya diakhir kata.

Genta mengangguk mengiyakan "kita berdoa bang semoga kala baik-baik aja, kalaupun tidak semoga kala akan segera pulih". Gala mengangguk kembali memeluk genta. Mereka saling menguatkan satu sama lain.

Sakala -[END]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang