19

2.3K 145 3
                                    

Hari kemarin berjalan dengan baik. Kala tak mendapat luka dari sang bunda atau abangnya genta namun berbeda dengan hari ini.

Untuk pertama kalinya sang ayah melukainya secara fisik ntah kesalahan apa yang kala perbuat sampai ayahnya semarah ini.

"A-yahh stop...". Lirihnya yang tak digubris sang ayah, galen terus saja mencambuk kala tanpa ampun.

Ctas...1

Ctas...2

Ctas...3

Sampai belasan bahkan puluhan sudah cambukan itu ditorehkan pada tubuh kala.

Kala tak sanggup. Ia menggigit bibirnya agar tak keluar suara tangisannya, namun air matanya keluar tanpa bisa dicegah. Biarkan. Biarkan mereka melihat untuk pertama kalinya kala menangis dihadapan ayah bunda dan genta.

Gala? Gala pergi, pergi untuk mengurus sesuatu yang tak bisa ia tinggal. Saya pun tak tau gala ngurusin apaan:)

"PEMBAWA SIAL!!"

CTAS...

"MENYUSAHKAN!"

CTAS...

"Aayahh...Ssssakit~". Kala hanya bisa merintih sakit. Ingin rasanya kala pergi namun apalah daya nya ia tak ada kekuatan, tubuhnya benar-benar lemas tak bertenaga.

"KENAPA KAMU HARUS HADIR DIKELUARGA SAYA HAH?!!"

Jihan dan genta hanya diam tak ada niat sama sekali untuk menghentikan galen. Namun, tatapan keduanya sulit diartikan.

"Ayyah...ampun hiks...aku mo-hon berhenti ayah..". Kala bersujud dihadapan kaki galen. Seketika galen tertegun apa yang dilakukan kala padanya.

Rotan yang galen pegang pun seketika terlepas dengan tangan gemetar. Ada gemuruh didadanya yang tak bisa dijelaskan.

"A-yah aku mohon ampun hiks...". Kala tak perduli setelah ini ia dianggap lemah atau semacam nya.

Untuk saat ini saja kala ingin mereka tahu bahwa ia tak baik-baik saja. Biarkan mereka melihat anak pembawa sialnya rapuh. Nyatanya kala tak sekuat dan sehebat itu, bagaimana pun kala hanya lah sesosok anak manusia yang punya titik terlelahnya.

"Aku mohon...hentikan ayah~". Kala tak merubah posisinya bahkan ia tak sadar kalau galen telah melepaskan rotan pada genggamannya.

"Bangun". Kala tak mengubris ia masih dengan posisinya

"Maaf...maafin kala". Racau kala dengan tangisan yang tertahan

"Ma--af ayah...hiks". Tak kuat kala menahan isakan nya, tangisan yang memilukan bagi siapa pun yang mendengar akan merasakan kesedihan yang kala rasakan.

"Kamu tau apa kesalahan kamu?". Kala mengangguk tapi seperkian detik ia menggeleng.

"Aku gak tau hiks...ta-pi yang aku tau. Aku salah karna telah lahir sebagai anak pembawa sial..". Suara-nya bergetar ia menggigit bibirnya kuat guna tak mengeluarkan tangisan yang lebih memilukan.

Tiga orang yang ada disana bungkam. Jihan enggan menatap kala yang sangat menyedihkan bagaimanapun jihan masih mempunyai perasaan sebagai seorang ibu. Meskipun ia pun tak jauh beda memperlakukan kala seperti galen.

"Kamu tau? Perusahaan saya hampir saja bangkrut dan itu karna kamu ANAK PEMBAWA SIAL!!". kala terkekeh, padahal ia tak melakukan apa-apa kenapa jadi ia yang disalahkan?

Oiya kala lupa bahwa ia lahir pun dari kesalahan. Miris bukan? Hidupnya selalu disalahkan lalu ia harus bagaimana? Menyerah pun bukan pilihan yang tepat.

"Maaf..."

"Maaf? Dengan maaf mu apa perusahaan saya akan kembali hah?!!". Sentak galen yang membuat kala terkejut

Sakala -[END]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang