Bab 2 | Pasti ada alasan untuk kita saling bersinggungan.

86 6 5
                                    

Gandara

A novel by Zivia Zee

•••

Eliaz Andrews bukan cowok sembarangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Eliaz Andrews bukan cowok sembarangan. Ia orang nomor dua di Gandara sekaligus yang paling banyak penggemarnya, termasuk Sarita. Kendati demikian, tidak ada yang berani dekat-dekat sama lelaki itu karena menurut kabar yang beredar, Eliaz dan Razan berpacaran. Tidak ada yang berani macam-macam dengan atlet taekwondo sekolah kami.

Eliaz Andrews, yang dipuja dan didamba. Cowok paling bersinar di sekolah bak bintang kejora di langit malam. Aku tidak pernah memikirkan kemungkinan—meski sekecil apapun—bagi diriku untuk berkaitan dengannya. Namun, tatkala kulihat namanya terukir di papan nama seragam yang kukenakan, aku menyadari takdir telah mewujudkan satu persen kemungkinan yang tidak pernah kuperhitungkan. Begitu juga dengan segala kemungkinan yang sebelumnya tidak pernah aku pikirkan.

Pun aku merasa menjadi lebih rentan. Sebab bayangan menjadi kacung bagi anak-anak Gandara kini terpatri jelas dalam kepalaku. Terlebih ketika Eliaz Andrews tiba-tiba saja mendudukkan dirinya tepat di sampingku. Dia mengejutkanku. Rasanya bagai bintang mati yang dihampiri kejora.

Tidak perlu menunggu lama bagi teman-temannya untuk datang ke meja ini. Pertama Eliaz, lalu Winona Esther, cewek dengan rambut berkuncir dua merangkul akrab Kinara dan duduk di samping kirinya. Setelah mereka, menyusul seorang cowok berfitur timur Indonesia dan seorang lagi yang berkaca mata yang dua-duanya hanya kutahu nama bekennya, Pace dan Kai. Keduanya mengambil tempat di samping lain Kinara. Terakhir, Razan duduk membelakangi meja di samping kananku.

Seluruh kantin tiba-tiba menjadi lebih hening. Aku bisa merasakan tatapan-tatapan dari meja lain yang seolah bertanya penasaran apa yang sedang terjadi di meja kami, atau apa yang akan terjadi.

Badanku tidak bisa tidak gemetar manakala aku menyadari Razan si gadis paling disegani di sekolah itu memasang matanya padaku. Raut wajahnya terlihat ramah namun juga mengerikan. Aku bisa membayangkan ada banyak skenario jahat yang bergumul di balik mata yang memancarkan karisma kuat itu.

"Halo."

Suara yang kelewat riang menyusupi keheningan dan membuat badanku melonjak. Berbeda dengan Razan dengan citra dingin dan kuat, Eliaz dikenal sebagai periang yang paling murah senyum. Ia bersinar seperti matahari dan memancarkan keramahan. Kendati demikian, Gandara tetap Gandara. Tidak ada yang pernah bilang bahwa Gandara itu baik.

"Ha-halo, Kak."

Aku tebak suaraku tidak sungguhan keluar, karena cowok itu mengerutkan keningnya sembari menunjukkan telinganya padaku. Kuulang lagi perkataanku tadi. Baru setelah itu dia menjauhkan kepalanya dengan mata melebar bak tercerahkan akan pengetahuan baru.

"Kamu suka bisik-bisik, ya?" tanyanya dengan tangan yang membentuk corong di sekitar bibirnya.  suaranya mendesis seperti orang berbisik. Namun melihat Winona Esther di sebelah Kinara tertawa kecil, jelas suaranya sampai ke setiap telinga yang mengelilingi meja ini.

GandaraWhere stories live. Discover now