8 - Kata Bimasena

28 2 0
                                    

Sebelum baca chapter ini, aku mau ingetin ada beberapa kata dan tindakan yang sebaiknya tidak ditiru ya. Jadi mohon pengertiannya supaya bisa memilah mana yang baik dan mana yang gak, terima kasih!















"Lin, lo beneran?" Tanya gua.

"Iya, Na. Buat apa gua bohong? Hati-hati ya."

Sialan, gua jadi gak bisa ngobrol leluasa sama Lin karena ada Siera. Sebelum ini kami bertiga kerja kelompok di rumah Nevano, karena ada masalah sama motor Siera akhirnya dia nebeng mobil gua bareng sama Lin. Dan ternyata gua disuruh anterin curut satu ini pulang ke rumahnya sekalian.

Rasa curiga gua ke Siera masih ada meskipun Lin bilang kalau mereka berdua udah berteman. Tiba-tiba aja Siera datang dan jadi teman Lin, bukannya aneh? Apa lagi anak baru itu bikin keributan di minggu awalnya masuk di SMA Adi Jaya.

"Woy, pindah ke kursi depan. Lo pikir gua taxi online kah?"

"Ogah, jalan aja gih. Gua mau tidur di belakang," tolak Siera mentah-mentah.

Kurang ajar ini orang, "gua bukan sopir lo, jadi buruan pindah atau lo pulang sendiri,"

Dengan brutal Siera turun dari mobil buat pindah tempat duduk di samping gua. Bibirnya terus-terusan ngomel dan tangannya sibuk dengan hp yang gak pernah jauh dari Siera.

Akhirnya kami berdua berangkat, masih belum ada obrolan sampai 5 menit pertama. Teman sebangku Nevano itu terus-terusan sibuk dengan hpnya, sesekali bergumam gak jelas. Jujur gua masih gak habis pikir kenapa Lin bisa temenan sama Siera, mereka berdua gak ada mirip-miripnya sama sekali.

"Gak usah lirik-lirik, kalau mau ngomong bilang aja," kata Siera acuh gak acuh.

Sialan, ternyata gua ketahuan orangnya langsung. Setelah cukup lama sibuk dengan hpnya, Siera kembali kantongin barang elektronik itu. Gak lupa dia benerin posisi duduknya yang setengah rebahan di kursi samping gua.

"Udahlah, tanya aja. Gua punya beberapa informasi yang mungkin lo butuhin, misalnya soal Carolina atau orang-orang elit di sekitar lo."

"Gua gak tertarik,"

Pedal rem gua injak. Di depan lagi lampu merah, otomatis kendaraan lainnya juga ikutan berhenti.

Siera yang duduk di sebelah gua cuma senyum aneh. Ada kontak mata diantara kami berdua, dari situ gua ngerasain kalau ada hal besar yang disembunyikan Siera dari orang-orang di sekitarnya.

Tiba-tiba hujan turun, langit makin gelap karena awan mendung dan menjelang malam. Cewek yang baru beberapa waktu gua kenal itu keluarin tangannya lewat jendela mobil, ditampunglah beberapa tetes air hujan dengan tangannya.

"Kalian berdua sama aja, terlalu besar gengsi sampai kelihatan goblok di mata orang lain."

"Maksud lo?" Tanya gua buat pastiin apa yang gua dengar barusan.

"Bukan apa-apa, gua cuma mau bilang lo mirip kayak kenalan gua. Ya... walaupun cuma beberapa hal aja sih."

Lampu lalu lintas udah berubah jadi hijau, artinya perjalanan kembali berlanjut.

"Menurut lo sayo dibutuhkan gak sih? Gua gak bermaksud apa-apa, cuma penasaran aja dari sudut pandang orang lain," Siera tiba-tiba bicara setelah sekian lama diam.

Kalau ngomongin soal sayo gua jadi keinget kejadian waktu itu, untungnya gua dan Nevano selamat walaupun ada cidera.

"Menurut gua gak, ngapain juga kasih izin buat kriminal," sejenak gua lirik spion kanan. "Mungkin jawaban gua bakal begitu kalau lo kasih pertanyaan ini beberapa hari yang lalu. Karena sayo, di beberapa daerah yang awalnya banyak kejahatan malam hari sekarang mulai berkurang," imbuh gua.

Lakuna - 00 lineWhere stories live. Discover now