19 - Carolina Volker

21 1 0
                                    

"Kami percaya sama kamu, Lin. Tolong jaga Kiran ya? Jangan lupa jaga diri kamu sendiri."

Itu kalimat terakhir yang gua dengar dari Nevano sebelum akhirnya gua masuk ke dalam mobil sama Kiran dan 2 orang asing lainnya. Rasanya sunyi banget, apa lagi Kiran disebelah gua udah pingsan dan gua bertugas buat pegangin kepalanya supaya pendarahannya gak berlebihan. Bahkan Saka sepanik itu pas tau Kiran luka, dia udah berubah ternyata.

"Nama lo siapa tadi? Kim?" Tanya orang yang lagi pegang kemudi, kalau gak salah namanya Haru dan yang satu lagi Alex.

"Lin, nama gua Carolina,"

Gua bisa lihat dari spion tengah kalau Haru ngangguk pelan. Tapi bukan itu yang jadi fokus gua sekarang, keselamatan Kiran yang jadi prioritas pertama. Mobil melaju dengan kecepatan cepat tapi gak ugal-ugalan karena jalan yang diambil harus muter, jalan yang tercepat ke arah rumah sakit diblokir sebab ada kejadian besar di mall dan beberapa tempat. Bahkan udah muncul dibeberapa berita online, semoga Mami sama Vincent gak baca soal berita ini untuk sementara.

Tiba-tiba hp gua mati, sialan banget. Gua noleh ke arah Kiran, dia masih sama kayak beberapa menit sebelumnya. Memang hubungan gua sama Kiran gak segitu baik, tapi sekarang kami semua saling butuh satu sama lain kan? Apalagi dia pacar Saka dan temen sekelas gua.

"Jalan ke rumah sakit terdekat diblokir, kita cari jalan lain. Gua usahain kita sampai tepat waktu,"

Detik berikutnya Haru buka topengnya, gua kaget dan langsung tutup mata. Gak tau, tapi refleks aja. Tiba-tiba gua ingat omongan Siera kalau identitas mereka adalah hal tabu kalau diungkap di depan orang asing.

Telinga gua dengar suara berat yang ketawa, apa itu Haru?

"Lo kenapa tutup mata? Gua cuma lepas topeng, bukan bugil. Santai aja kali," celetuk Haru.

"Tapi lo buka topeng di depan orang yang bukan sekelompok lo, memangnya gak apa-apa?" Tanya gua sedikit ragu. Ya gimana gak ragu, tampang-tampang Haru kayak tukang palak. Apalagi dia anak buahnya Saka kan? Berarti kekuatannya gak jauh beda dari Saka.

"Sebenarnya gak boleh, tapi gua yakin lo gak akan sebarin identitas asli gua. Kalau pun lo sebarin, dengan gampang gua bisa temuin rumah lo kok—"

"Jangan kayak anak kecil, Haru," Alex buka suara.

Ok, gua masih mau hidup dan ogah cari masalah sama Haru dan kawan-kawan.

Mobil melaju semakin cepat, Haru kelihatan lihai banget bawa mobilnya. Mirip kayak Vincent waktu bawa mobil.

Setelah perjalanan yang cukup makan waktu lama, akhirnya Kami berempat sampai di rumah sakit. Tapi sebelum turun, Haru kasih tau sesuatu.

"Di dalam nanti jangan jauh-jauh dari kami berdua dan lo, Lex, cepetan lepas topeng lo. Jangan sampai kita bikin geger rumah sakit."

Benar juga, dari tadi Alex cuma diam dan gak lepas topengnya. Apa dia sadar kalau dari tadi gua perhatiin dia ya? Gak sengaja pandangan gua sama Alex bertemu dispion tengah, mampus gua ketahuan.

Beberapa detik kemudian cowok itu lepas topengnya dan turun dari mobil karena Haru panggil dia. Sedangkan gua masih diam di kursi penumpang kaget dengan apa yang barusan gua lihat.

Dari arah luar kaca mobil diketuk pelan, pelakunya gak lain dan gak bukan adalah Alex yang udah lepas topeng.

"Hey, ayo turun," ajak cowok itu.

Gua turun dari mobil dan masih gak percaya sama apa yang gua lihat pakai mata gua sendiri.

"Gua gak tau harus ngomong apa sama lo," cicit gua pelan tapi bisa didengar cowok sipit itu.

Lakuna - 00 lineWhere stories live. Discover now