4

15.6K 862 9
                                    

Jangan lupa vote and comment nya sayang :)))



Sabtu sore Kelana sudah siap dengan gaun merah maroon, heels dan tas dengan warna gold, tak lupa ia juga mengenakan anting dan gelang untuk mempermanis penampilannya.

Ia akan menghadiri pesta resepsi pernikahan Rengganis, tetangga sekaligus sahabatnya sejak kecil yang akan dilaksanakan di Royal Ambarrukmo. Kelana akan berangkat bersama orang tuanya, sedangkan nanti ia memilih untuk pulang ke apartemennya nanti malam.

“Ckckck…cantiknya anak Papa. Tapi itu gaun sobek sampe paha kok masih dipake Dek? Engga punya gaun yang lain emang?” dahi Darius berkerut melihat gaun sobek putri keduanya.

“Lha iya, bahu kamu juga kebuka kayak gitu. Engga takut masuk angin apa?” Elizabeth ikut mengomentari penampilan putrinya.

“Minum tolak angin dulu Dek, biar engga masuk angin pake baju kurang bahan kayak gitu.” Janu mencibir penampilan adiknya.

“Nanti kalo masuk angin ya tinggal minta tolong Mama kerokin,” Kelana memasang wajah tanpa dosanya.

“Ya Tuhan, punya anak kok ya begini kelakuannya.” Elizabeth mengelus dadanya berusaha bersabar.

“Ayoo Pa buruan, keburu macet jalannya.”

Ajak Kelana berjalan menuju mobil Darius dengan mengangkat gaunnya tinggi agar dapat berjalan cepat.

Elizabeth menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya yang sebenarnya tomboy dan tidak ada manis manisnya itu. Janu putra pertamanya sudah menikah, begitu juga Ola putri bungsunya yang memilih menikah muda.

Namun Kelana? Putri tengahnya itu bahkan tidak pernah membawa pacarnya ke rumah, ia masih senang jalan jalan dan menjelajah. Anaknya itu memiliki hobi yang sama dengan Darius karena sejak kecil sudah dikenalkan dengan alam.

Di usinya yang masih 13 tahun, Kelana memilih ikut papanya mendaki Everest meskipun tidak sampai puncaknya dari pada jalan jalan ke Korea bersama Janu dan Ola. Anak itu menyukai tantangan sama halnya dengan Darius. Kelana adalah Darius versi perempuan, tidak heran anak itu lebih dekat dengan papanya. Apalagi papanya selalu mendukung hobinya.

o0o

Leon menunduk. Ia memilih menyendiri, mencari tempat yang tidak terlalu banyak orang. Ia duduk di samping kolam renang. Sebesar apapun rasa cintanya, ia jelas tidak menginginkan Rengganis dan Bara berpisah. Sebab ia tahu itu akan menyakiti wanita itu. Rasanya sesak melihat wanita yang dicintainya sejak remaja menikah dengan pria lain.

“Hai,” Leon mengangkat kepalanya ketika seseorang menepuk bahunya.

Kelana duduk di sampingnya, wanita itu menggunakan dress off shoulder dengan belahan sampai setengah pahanya. Tampak sangat feminin, kontras dengan outfitnya sewaktu mendaki Lawu.

“Ckk…memprihatinkan banget muka lo.”

“Keliatan banget kalo gue patah hati yaa? Makannya gue milih duduk sini, rasanya hati gue remuk sampe bunyi kretek..kretekkk.”

Tawa Kelana meledak, sebab Leon sengaja memasang wajah semenyedihkan mungkin sembari memegang dadanya. Bisa-bisanya pria itu bercanda dikala patah hati seperti ini.

“Temenin gue minum yuk. Sial di sini engga nyediain minuman beralkohol.”

“Kalo lo lupa, Rengganis itu nikahin Pak Lurah. Apa kata dunia kalo ada alkohol dinikahan mereka.”

“Ckk…makannya temenin gue minum. Di kamar aja deh biar lebih nyaman, males ke club gue.”

“Lo kira gue cewek apaan. Nemenin cowok minum di kamarnya!” Kelana mendelik karena ajakan Leon.

“Sumpah gue engga bakal aneh-aneh. Lagian lo kan sabuk hitam karate, mana berani gue ngapa-ngapain Lo.”

Kemarin Leon mengetahui jika Kelana menguasai bela diri karate. Tidak heran jika wanita itu berani muncak bersama 3 pria. Sebab jika mereka sampai macam-macam, mereka akan habis di tangan wanita itu.

“Ya udah yok, itung itung balas budi karena kemarin lo nyetir dari Karanganyar ke Jogja.”

Mereka pun menghabiskan waktu di kamar hotel tempat Leon menginap malam ini. Pria itu sengaja menginap di Royal Ambarrukmo, tempat Rengganis melangsungkan resepsi pernikahannya.

Kelana tidak pernah menyangka jika malam ini akan membawa petaka di hidupnya. Terlalu asik menikmati minuman, membuat keduanya hilang kesadaran. Sepasang wanita dan pria itu terbawa suasana hingga tanpa sadar keduanya saling mendekat.

Bibir Kelana yang basah, membuat Leon tergoda untuk mencicipinya. Awalnya bibir itu hanya bersentuhan, lalu pria itu penasaran dengan rasa dan tekstur bibir merona itu.

Pria itu menyesap dan melumatnya, Kelana membeku. Otaknya tidak dapat bekerja dengan baik, harusnya wanita itu menghindar atau memberi Leon tonjokan. Namun nyatanya bibirnya malah bergerak, membalas ciuman pria itu.

Leon tersenyum karena Kelana membalas ciumannya, tubuh mereka berdua terbakar oleh gairah. Pria itu mendekat, membawa tubuh Kelana kepangkuannya. Dipeluknya tubuh ramping itu, satu tangannya menyusuri paha Kelana yang terbuka karena gaunnya tersingkap tinggi.

Kelana mengerang dalam mulut Leon saat merasakan sentuhan sensual pria itu di kulit pahanya yang terekspos. Wanita itu dapat merasakan tonjolan yang berada tepat di depan kewanitaannya. Kadang ketika Kelana bergerak, Leon akan mendesis nikmat merasakan gesekan antara miliknya dan milik wanita itu.

Kelana malam ini melakukan seks untuk pertama kalinya. Malam panas itu terus berlanjut, kedua insan itu begitu bergairah.

o0o

Leon memandang hampa langit langit kamar apatemen yang disewanya, sebulan  telah berlalu. Namun kejadian di malam pernikahan Rengganis terus menghatuinya. Malam itu ketika Leon meminta untuk ditemani minum, tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa ia akan tidur dengan sahabat dari orang yang dicintainya.

Meskipun malam itu bukan lah pertama kalinya ia bercinta, tapi dirinya tidak pernah melakukannya dengan sembarang wanita apalagi tanpa ikatan yang jelas. Pagi harinya ia terbangun di ranjang hotel seorang diri. Kelana menghilang entah kemana. Pria itu mencoba menghubunginya tapi ponselnya tidak aktif. Berkali kali ia terus berusaha mencari Kelana di rumahnya tapi orang tuanya berkata jika wanita itu pergi ke luar kota, tapi tidak mau memberi tahu kota yang wanita itu kunjungi.

Bertanya dengan Rengganis pun percuma karena wanita itu juga tidak mengetahui keberadaan sahabatnya. Leon menghembuskan napas panjang, bayang banyang wanita cantik itu kembali muncul.

Mereka memang sama sama menikmati kegiatan panas malam itu, tapi mereka berdua ada di bawah pengaruh alkohol. Leon mengumpat pagi itu ketika menemukan noda merah di sprei putih itu, seolah olah menamparnya. Malam itu, pertama kalinya Kelana bercinta. Dan Leon lah yang pertama kali menyentuhnya.

Leon akui ia adalah pria brengsek, tapi dirinya tidak pernah memerawani seorang wanita. Mantan mantannya kebanyakan sudah pernah melakukannya sebelum berpacaran dengannya. Dan ia tidak pernah mempermasalahkan hal itu, yang terpenting dirinya selalu cek kesehatan.

Leon sangat ingin bertemu Kelana, tapi entah kenapa wanita itu seperti sengaja menghilang dari hidupnya. Bahkan ia sudah mengunjungi sekolah alam yang didirikan wanita itu, berharap dapat bertemu Kelana di sana. Namun salah satu pengurus sekolah alam memberitahu jika Kelana sudah lama tidak ke sana.

 

 

 

KELANA (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora