t e n

189 31 3
                                    

Jiu duduk di teras rumah irene menatap ke langit yang penuh bintang. wajahnya terlihat sendu menatap bintang paling terang diantara bintang lainnya.

"kau merindukan adik-adikmu?" tanya Irene yang tiba-tiba muncul dari belakang memeluk Jiu.

"apakah terlihat jelas?"

Irene tersenyum kecil menanggapinya. dia berpindah duduk menjadi di pangkuan Jiu karena kursi hanya satu. Irene membelai pipi gadis penyihir itu lembut. dia sudah mendengar beberapa tentang Jiu dari SuA. gadis pemimpin penyihir ini selalu bersama mereka kemanapun setelah dia memimpin. jadi Irene bisa merasakan bagaimana Jiu merindukan gadis-gadis itu.

"ingin pulang?" tanya irene membuat Jiu tersenyum kecil.

"kau mengusirku?"

"aku hanya bertanya. sensitif sekali"

"benar, kau mengusirku"

"aish kenapa kau jadi menyebalkan" omel irene mencubit pipi Jiu kesal karena Jiu terus menguji kekesalannya, "bagaimana? kau suka dengan masa depan?" tanya irene

"tidak. ini membosankan, aku lebih menyukai kastilku"

irene mengangguk setuju, "benar. disini sangat membosankan"

"lalu maukah kau ikut denganku, tinggal selamanya di kastil?" tanya Jiu bersemangat membuat Irene tersenyum kecil.

"Jiu-yah"

"kau bilang disini bosan, aku akan menunjukkan segala dunia penyihir yang tidak kau ketahui" kata Jiu lalu meraih kedua tangan irene dan menatapnya serius, "aku akan membawamu ke Utopia. aku pernah tinggal disana dan terasa nyaman. kau bisa melakukan apapun yang hanya ada kebaikan didalamnya, aku bisa membawamu unnie" katanya meyakinkan irene.

"Jiu-yah"

"aku terlahir dengan bakat yang istimewa. tidak seperti penyihir lain, aku terlahir untuk dapat melihat masa depan dan masa lalu meskipun tidak terlalu sempurna"

"lalu apa yang kau lihat dimasa depan?"

Jiu diam sebentar sebelum menundukkan kepalanya, "kita.... berpisah" cicitnya kecil.

"itu tidak akan terjadi. aku tidak akan membiarkannya. aku tidak akan meninggalkanmu" hibur irene meraih kedua pipi Jiu untuk menciumnya lembut.

"lalu apa yang kau lihat di masa lalu?" tanya irene lagi ketika menyudahi ciumannya.

"Darah. aku melihat banyak darah dan aku menemukanmu diantara orang-orang yang tergeletak itu"

tubuh Irene menjadi kaku seketika mendengar ucapan Jiu. dia tidak bisa mengatakan apa-apa.

"siapa mereka unnie? kenapa mereka tergelatak dan aku melihatmu?" tanya Jiu

"ini sudah malam, kau harus tidur bukan?"

"kau mengalihkan pembicaraan"

"bukan begitu, tapi ini sudah sangat malam" kilah irene turun dari paha Jiu.

"kami para penyihir bisa terbangun semalaman hanya untuk membaca"

"benar dan aku tidak akan membiarkanmu terbangun semalaman. cepat masuk dan tidur" ajak irene meraih tangan Jiu kembali kedalam kamar. sebelum masuk, Irene melirik sebuah pohon rendah di sebelah kanan yang hanya berjarak 7 meter itu.






























"seulgi!! tunggu aku" wendy menyamakan langkahnya dengan seulgi yang berjalan cepat di depannya. wajahnya mengeras membuat Wendy bingung. entahlah  semua tentang seulgi membuatnya bingung,"jangan cepat-cepat berjalannya. aku lelah" omel wendy menyandarkan tubuhnya pada mobil mereka yang terparkir.

ㅡ BEcause ㅡWhere stories live. Discover now