e l e v e n

215 36 6
                                    

pintu restoran rosé terbuka menampakkan seorang gadis dengan setelan rockernya dengan sebuah permen dimulutnya, duduk tanpa permisi didepan Joy yang sedang makan siang sambil melihat ponselnya.

"Joy-ah" panggilnya membuat Joy mengangkat kepalanya sekilas lalu lanjut melihat ponselnya membuat gadis itu cemberut, "kau masih marah padaku?" tanyanya mencoba menarik perhatian dari seorang Park Joy.

"pikirkan saja sendiri!" Joy akhirnya bersuara dengan nada ketus dan menatap gadis lebih tua didepannya yang memasang senyum tak bersalahnya.

"aku minta maaf, ya?"

Joy mengangkat kepalanya dari mangkuk untuk melihat gadis didepannya, "setelah sekian lama?" tanyanya meninggi.

"kau seperti tidak pernah jatuh cinta, membosankan" rengeknya membuat Joy menutup ponselnya lalu menatap gadis itu serius.

"unnie tau kan jika aku sangat menyayangimu, aku hanya tidak ingin kau terluka bersama brengsek itu"

"dia punya nama Joy-ah, dia Jennie. Kim Jennie"

"aku tidak peduli dengan namanya, bagiku dia adalah brengsek. Jisoo unnie" katanya menatap gadis bernama Jisoo itu serius.

"aish, sampai kapan kalian akan terus bermusuhan? lagipula jika kau mengenal Jennie, dia tidak seburuk itu"

"terus saja membelanya, kau tidak menyayangiku"

"bukan begitu. aku menyayangi kalian berdua"

"tidak adil. kau pasti menyayangi si brengsek itu lebih daripada aku kan?"

Jisoo menghela napasnya, "baiklah kau nomor satu bagiku"

"si brengsek itu nomor 2?"

"Jennie"

"aku tidak peduli, dia nomor dua kan?"

Jisoo mengangguk agar Joy senang. benar saja, gadis itu tersenyum lebar menanggapinya.

"unnie sudah makan?" tanyanya lalu memotong kecil donkatsunya dan memberikannya pada Jisoo yang menerimanya dengan senang hati.

"aku sudah makan tapi karena kau menyuapiku, aku tidak bisa menolak big baby" jawabnya sambil mengunyah makanan dalam mulutnya.

Joy tersenyum lebar. Jisoo adalah tetangganya dulu. Joy, Jisoo dan Rosé sering bermain bersama sebelum Joy lebih dulu pindah. Jisoo juga mengenal Lisa, pacarnya Rosé karena mereka satu komplek tempat tinggal.

ponsel Joy tiba-tiba berdering menampilkan nama Irene membuat Joy buru-buru mengangkatnya.

"ya presdir?"

"kau sudah selesai dengan istirahat makan siangmu?"

"ya presdir"

"bagus. cepat ke kantor" suruh irene lalu mematikan panggilannya. Joy meraih tasnya lalu menatap Jisoo yang bingung.

"unnie aku pergi dulu ya, lain kita ribut lagi" ucapnya langsung meninggalkan jisoo karena terburu-buru.







































"kau tidak ingin kita mencari darah untukmu? kau benar-benar pucat"

"aku baik-baik saja, jangan khawatir"

"tapi kau sudah cukup lama tidak minum darah, aku akan pergi mencari hewㅡ"

ucapan Jiu terhenti karena irene memeluknya lalu menenggelamkan wajahnya di perut Jiu membuat gadis itu menghela napasnya. dia tidak punya pilihan lain selain mengusap lembut puncak kepala irene.

ㅡ BEcause ㅡWhere stories live. Discover now