[20]🔞Diculik & Disekap

861 32 1
                                    


Koridor masih sepi seperti sebelumnya. Dengan mudahnya Shuhei membawa Daichi yang pingsan pergi ke arah belakang sekolah, terus ke pintu gerbang belakang. Disana, sudah ada mobil hitam menunggu.

Shuhei membawa Daichi masuk ke dalam mobil. Tanpa menurunkan tubuh Daichi sama sekali, pemuda dari keluarga Yoshimoto itu memerintahkan seseorang yang berada di belakang kemudi.

"Kita pergi sekarang."

"Baik."

•~•

Perlahan-lahan, kesadaran Daichi kembali. Apalagi saat dia merasakan perutnya melilit, dia langsung terbangun dan sadar sepenuhnya.

Ketika Daichi membuka mata, langit-langit ruangan berwarna kusam lah yang menyambutnya. Ditambah cahaya lampu kekuningan yang temaram, perasaan tidak nyaman kembali menyelimuti hati Daichi.

Duduk, tanpa sadar dia bertanya, "ini dimana?"

Daichi terkejut saat mendengar suara serak yang jelek itu. Lama sekali Daichi baru menyadari bahwa suara jelek itu adalah miliknya sendiri.

"Mengapa suaraku berubah?" Daichi bertanya-tanya dalam hati.

Pemuda itu menyentuh lehernya, seketika teringat peristiwa gila yang dia alami sebelum pingsan. Tiba-tiba, lehernya menjadi sakit kembali. Hampir secara bersamaan, lidahnya juga merasakan rasa asin yang aneh.

Daichi meludah dengan jijik. Pemuda itu tahu persis apa yang dia rasakan di mulutnya kini. Itu pasti adalah hal-hal kotor dari benda menjijikkan yang Shuhei sumpalkan ke mulut Daichi.

"Yoshimoto sialan! Bajingan yang sama rendahnya dengan anjing!"

Daichi mengumpat dalam hatinya. Dia masih tak mau mengeluarkan suara yang serak dan jelek itu, takut malah melukai tenggorokannya, atau lebih buruk lagi; melukai pita suaranya.

Puas memaki Shuhei didalam hatinya, Daichi pun mulai mengedarkan pandangannya ke sekitar tempatnya berada.

Ini adalah ruangan yang cukup luas, dengan sedikit perabotan tua. Sebuah ranjang besi tempat dimana Daichi berbaring sekarang, lalu ada sebuah meja kecil dengan teko dan cangkir plastik diatasnya, dan yang paling penting, ada sebuah pintu kayu yang tertutup rapat tepat lurus di depan Daichi.

"Sebenarnya tempat apa ini? Mengapa aku merasa seperti di basement?" Daichi masih terus bertanya-tanya dalam hati.

Daichi beringsut turun dari ranjang yang keras. Mungkin karena gerakannya kurang hati-hati, perutnya kembali terasa sakit.

Pemuda itu mengulurkan tangannya untuk membelai perutnya. "Mengapa rasanya seperti aku sangat kelaparan? Berapa lama aku pingsan?"

Daichi menunggu rasa sakitnya mereda sebelum dia turun. Dingin yang menggigit naik melalui kaki telanjangnya. Pemuda chunibyo yang memiliki wajah perpaduan antara tampan dan cantik itu bergidik sesaat.

"Abaikan saja dinginnya. Bagaimanapun, yang terpenting aku harus mencapai pintu dulu!"

Pintu adalah tujuan utama Daichi. Jarak yang tak terlalu jauh antara dia dan pintu membuat semangatnya berkobar. Meskipun harus berjalan berjingkat karena lantainya terlalu dingin.

Namun, sayang sekali segalanya tidak semudah yang Daichi pikirkan.

Hanya beberapa puluh sentimeter lagi dari pintu, Daichi tidak bisa maju lagi, semua itu karena sesuatu yang membelenggu kaki kirinya. Pemuda itu menunduk, dan melihat gelang besi berantai terpasang di kakinya, tersambung dengan kaki ranjang.

Daichi mencoba mengguncangnya. Akan tetapi, baik gelang besi maupun rantainya masih baru, dan kaki ranjangnya juga terbuat dari besi yang tertanam di lantai semen. Usaha kecil Daichi tampaknya mustahil untuk berhasil.

Penjara Cintamu Terlalu Menakutkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang