XX

50.9K 5.9K 346
                                    

Happy Reading All!!

🦖

Syila dan Tatia kini sudah berada di taman sekolah, menyelesaikan obrolan mereka yang tertunda karena guru masuk. Dan istirahat ini, sebelum Tatia di sibukkan akan latihan cheerleader nya, perempuan dengan tinggi semampai itu lebih dulu menuntut penjelasan padanya.

Maklumlah, sahabat sejak dalam perut. Sudah kebiasaan apapun di bagi, termasuk cerita hidup.

"Jadi, Lo sama Kak Gara bener-bener belum jadian?" Tanya Tatia tak habis pikir. Sudah sejauh ini, semesra ini, tapi masih juga belum pacaran??

"Gue harus ngomong berapa kali sih, Ta?" Tanya Syila dengan wajah malas, sedari tadi di banjiri pertanyaan seperti itu membuat telinganya pengang.

"Hebat juga, nggak jadian tapi kalian bisa semanis itu. Rip untuk ke friend zonean gue sama Agam."

Syila tertawa ngakak mendengarnya, ia bahkan sampai memukul-mukul pundak Tatia yang wajahnya sudah masam.

"Ta, Ta, nasib banget jadi Lo." Syila kembali tertawa, kali ini lebih ngakak lagi dari sebelumnya.

Tatia hanya mampu diam, menyebalkan memang orang di sebelahnya ini.

"Ish, udah! Gue mau nanya ini, sama Lo." Tatia membekap mulut Syila, membuat tawa Syila langsung lenyap seketika.

"Apa? Lo mau nanya apa?" Tanya Syila, ia kini sudah terbebas dari bekapan Tatia.

"Mama Lo, masih berhubungan dekat sama si Om-om itu? Om siapa sih namanya?" Tanya Tatia, fokusnya kini penuh pada Syila yang duduk lurus menatap ke depan sana.

"Om Braga. Masih, bahkan malah tambah dekat." Syila menerawang, tak menatap Tatia sama sekali yang duduk menyamping menatapnya.

"Lo masih ngira Papa Lo nggak tau? Gue rasa, dia tau deh, Syil."

Syila mengangguk, menyetujui. "Gue rasa juga gitu. Tapi Papa gue nggak marah, atau gue nggak tau dia marah. Lagian, kelakuan mereka berdua juga sama aja."

Tatia membelalak mendengarnya, "jadi, Papa Lo masih sering kedapatan berduaan sama sekretaris nya itu?" Sekuat mungkin Tatia berusaha mengecilkan suaranya, ia tak ingin perbincangan seperti ini sampai terdengar orang lain.

Syila mengangguk, "he'em. Belum lama ini gue liat mereka makan siang bareng. Gue sih nggak tau, itu memang sebatas rekan kerja atau nggak. Males mikirnya, bikin pusing." Syila mengangkat bahu, Menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

Tatia yang duduk di sebelahnya menatap Syila penuh makna. Sahabat sehidup semati nya ini, meskipun sudah berulang kali di kecewakan oleh kedua orang tuanya, tapi Tatia bahkan tak sama sekali mendengar Syila mengeluh tentang keduanya.

Meskipun tak bercerita, tapi Tatia tau. Syila yang selalu saja riang dan ceria, di hatinya banyak retakan luka, Syila saja yang pandai menyembunyikannya. Itulah kenapa kadang Tatia sulit memahami perempuan di sebelahnya ini.

"I wanna hug you. It's a big hug!" Tatia memeluk Syila dengan erat, membuat Syila kesulitan bernapas.

"Tata, kira-kira dong kalau mau meluk." Syila berontak, memukul lengan Tatia membuat perempuan itu langsung mengendurkan pelukannya.

"Gue kangen tau, sama Lo. Malam ini tidur mah gue, ya?" Tata tak melepaskan pelukannya, ia hanya mengangkat kepalanya guna menatap Syila.

Syila terlihat berpikir, tak lama kemudian ia mengangguk dengan semangat. "Nanti kita Netflix an sampai subuh."

Gara My BoyfieWhere stories live. Discover now