keluarga

311 42 0
                                    

Mokta melemparkan badannya pada sofa bed yang ada diruang keluarga, rasa lelah mendominasi setelah menuntaskan urusan seleksi CCP dan kini dia berniat membersihkan badan sebelum kembali kerumah sakit.

suasana rumah 2 lantai itu nampak sepi hanya ada mbok Sum yang tengah menata beberapa makanan pada berbagai tempat untuk diantar kerumah sakit dengan beberapa potong pakaian ganti untuk Marisa dan Moksa.

Rasanya Mokta ingin melemparkan badannya keranjang untuk mengistirahatkan badannya, tambah sial dengan beban beberapa tugas sekolah yang besok harus dia selesaikan. Matanya yang memburam dia kucek asal, sayup sayup suara iqomah maghrib dari corong pengeras surara masjid yang terletak berada pada tengah tengah komplek perumahan.

Mokta bangkit, merampungkan tujuan awalnya untuk mandi dan melaksanakan ibadah sholat maghrib.

"Mbok, tolong disiapin dimeja ya aku mandi sama sholat bentar, nanti langsung berangkat. Simbok langsung istirahat aja kalau udah selesai!" Pesannya pada wanita berusia pertengahan 60 tahunan itu.

"Abang gak mau istirahat aja, nanti biar dianter Mang Diman aja kalau Abang mau istirahat, lemes gitu keliatannya"

Mokta menggeleng singkat, "ngantuk doang ini, habis mandi juga balik seger. Aku keatas dulu ya mbok, makasih" ucapnya dengan senyuman.

"Siap Abang, Simbok taro dimeja ya, yang warna item itu baju ganti Adek sama Bunda"

Mokta mengangguk, beramah tamah sejenak dengan senyum lalu berlalu menuju tangga yang menghubungkan lantai bawah dan lantai atas tempat kamarnya berada.

Suasana sunyi semakin terasa kala dia memasuki kamarnya, setelah meletakan dengan asal ransel dan seragam sekolah yang besok tidak akan dia gunakan lagi, Mokta lalu menyamoirkan handuk pada bahu kokohnya.

Air yang dingin menyapa kulit pucat Mokta, dia sedikit mengernyit ketika lagi lagi menemukan kakinya yang sedikit membengkak. Gemrutuk giginya terdengar nyaring, beradu dengan suara shower yang mengalirkan air melalui pucuk kepalanya.

Setelah beribadah dan berbenah sebentar, dia lalu meraih kunci mobil yang terletak di meja belajarnya sembari membenahi zipper jaket yang kali ini dia kenakan.

Bunda
|Adek udah masuk meja operasi, minta doanya biar lancar ya|
|Abang kalau mau kesini, jalannya hati hati|
|Kalau capek dirumah aja, biar dianter Mang Diman|

Mokta
|Aamiin, semoga diperlancar|
|Abang udah mau otw ini|

Mokta mengantongi ponselnya kembali,  menaruh beberapa papperbag pada kursi samping kemudi lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Diperempatan lampu merah Mokta sedikit termenung, mendapatai sepasang muda mudi yang tengah berboncengan berada tak jauh dari mobilnya. Mokta menguatkan pegangan pada kemudi, menahan gejolak aneh yang seharusnya tidak dia rasakan.

Kilas balik yang semula memenuhi fikirannya membuncah, mencipta atmosfer yang menggelitik kupu kupu diperutnya. Sembari otaknya sibuk bermonolog tentang beberapa penyesalan keputusan dimasa lalu juga merutuki segala hal yang terjadi belakangan ini.

Salahkah Mokta masih berharap lebih. 2 tahun bersama gadis itu bukan perkara yang mudah untuk melupakan begitu saja, apalagi dengan pertemanan Mokta dengan Dika yang bisa dibilang karib sedari kecil.

Lampu sudah berubah warna menjadi hijau, Mokta menggelengkan kepalanya untuk meraup kembali kesadarannya. Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan, belum lagi beberapa tugas sekolah yang ikut serta dia tenteng dengan beberapa potong baju didalan totebag disampingnya.

oktroubleWhere stories live. Discover now