4. Ekspektasi

50 10 2
                                    

Mengenai ekspektasi, aku memang enggak mau merasakannya karena pasti akan berbeda dengan realita. Dan kalaupun sama, bakal enggak sama persis dengan apa yang  aku bayangkan. Kembali lagi dengan apa yang aku minta pada Tuhan. Aku selalu berdoa agar didekatkan dengan orang-orang baik serta dijauhkan dari hal-hal yang buruk. Apa pun keputusan Tuhan, itu adalah yang terbaik. 

Bukan apa. Aku ngerasain itu di awal tahun 2022 ini (sebelum aku belajar psikologi). Entah jadi tujuanku atau sebenarnya karena ada tekanan batin di hati yang aku enggak tahu. Yang jelas selalu melakukan dialog malam dengan Tuhan. Enggak lama, terjawab sama Tuhan kalau mereka memang enggak baik untukku. Tuhan nunjukkin satu-satu sifat aslinya ke aku. Dan ya sudah, selepas itu aku merasa lega karena enggak keterusan. Stop di situ. 

Nangis iya. Kecewa iya.  Tapi aku juga bilang ke Tuhan untuk jangan biarkan aku sendirian setelah ini. Dan lagi-lagi Tuhan mengabulkan doaku.  Setelah puas membuang air mata karena kecewa, sore harinya ponakanku datang menemuiku di luar. Keesokkan harinya sepupuku ke rumah. Adikku mengajakku ngobrol, dan lain sebagainya. Tadinya kupikir karena waktu itu jatuhnya bulan puasa, makanya doaku dikabul. Nyatanya enggak, Tuhan enggak membiarkan aku sendiri sampai detik ini.       

Ya memang bukan jodoh karena mungkin belum saatnya, tapi diberi ketenangan hati setiap harinya di saat semua teman gencar nyebar undangan atau posting kelahiran anak kedua itu sudah cukup untuk saat ini. Selamat ya, Guys, yang sudah sampai pada tahap ini! 

Oh ya, berekspektasi tanpa ada hal yang dilakukan untuk mencapainya itu jadi toxic buat diri sendiri. Aku ngerasain juga. Enggak jauh waktunya dari yang kejadian sebelumnya. Aku tuh enggak ngapa-ngapain dan belum melakukan apa pun, tapi ekspektasiku terlalu jauh. Parahnya sampai enggak bisa tidur karena kepikiran. Ya tolong... :(

Akhirnya aku tanya ke tutor kelas psikologi (masih ingat kan postinganku yang lalu?) tentang gimana caranya menghilangkan ekspektasi ini. Kata dia, jadikan hal ini motivasi aja buat pandanganku ke depannya gimana. Kemudian coba untuk buat mindfulness exercises. Cari di Google penjelasannya apa.  

- Mindful breathing
- Mindful observation
- Mindful awareness
- Mindful listening
- Mindful immersion
- Mindful appreciation

Dari beberapa macam mindfulness, ada  dua yang paling aku suka (secara enggak sadar sih aku sering ngelakuin hal ini), pertama itu adalah mindful listening dan mindful appreciation. Mindful listening hampir setiap hari aku dengerin pas aku lagi mengerjakan naskah dan terakhir ketika naskah tamat, aku selalu memberi apresiasi berupa self reward untukku sendiri entah itu hanya membeli novel baru atau sekadar minuman boba.  

CATATAN SEORANG DIFABELWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu