Chapter 3

900 50 150
                                    

Daerah Khusus Ibukota, Jakarta, Republik Indonesia.

22 November, ????.

Istana Merdeka.

Presiden Wijaya memijat pelipis nya yang seolah-olah akan meledak. Dia baru saja mendengar, ada beberapa kapal perompak yang ingin menyerang Tanjung Priok, namun langsung dihantam Peluru meriam dari kapal Penjelajah berat milik KPLP (Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai.), namun hal itu menjadi tamparan yang cukup keras bagi AL dan mereka segera mengerahkan semua kapal yang bisa mereka kerahkan ke perairan Indonesia, dan diberi perintah untuk menembak kapal apapun yang mengibarkan bendera perompak.

Seluruh Battleship Indonesia yang sedang dalam proses peremajaan juga dipercepat karena para AL perlu lebih banyak kapal dalam waktu singkat, baru saja 2 bulan semenjak mereka ditransfer dan mereka sudah membuat musuh, memikirkan nya saja membuat Wijaya pusing. Untung saja Sukmawati membantunya dalam pekerjaannya.

Ngomong-Ngomong tentang Sukmawati, dia baru saja menyarankan pembangunan Markas Di Bulan, mengingat mayoritas peradaban di dunia ini masih cukup.... Kuno untuk mengerti konsep perjalanan luar angkasa. Dan Wijaya sangat serius mempertimbangkan hal tersebut, dan tidak akan ada negara yang bisa menghentikan mereka!

Dan lagi, Konvensi Jenewa tidak ada di dunia ini atau bahkan mereka sama sekali tidak membuat perjanjian seperti itu, dan Indonesia bisa menggunakan semua stok senjata kimia, napalm dan fosfor putih yang sudah banyak sekali ditumpuk dalam 50 tahun terakhir, memikirkan nya saja membuat Wijaya terkekeh jahat.

"Apa yang kamu pikirkan, Wijaya?" Kata menusuk dari Sukma langsung membuat nyali Wijaya drop.

"Ahaha, Sukma, tidak hanya memikirkan betapa cantiknya kamu di masa muda." Sukma hanya mendengus mendengarnya.

"Jadi aku sekarang tidak cantik?!"

'Oh shit, salah ngomong.' Wijaya keringat dingin melihat tatapan tajam dari Sukmawati.

Sukmawati pun menghela nafas panjang sebelum akhirnya berbicara lagi.

"Wijaya, aku mendapatkan kabar Stasiun luar angkasa Padang akan siap untuk diterbangkan pada akhir tahun nanti. Tim ekspedisi luar angkasa juga menemukan banyak sekali Helium-3 di bulan dunia ini." Ujar Sukmawati sembari mentransfer semua data dari Holopad nya ke Holopad milik Wijaya.

Wijaya bersenandung kecil sembari membaca laporan dari LAPAN dan Divisi Aerospace, semuanya bagus.

"Oh dan juga mesin Terraforming kita juga sudah memasuki tahap terakhir pengembangan. Dalam waktu 1 tahun, kita sudah bisa melakukan Terraforming pada Bulan dan kita sekarang tidak perlu lagi takut menggunakan senjata Nuklir atau senjata berbasis  G-Elements." Ujar Sukmawati dengan senyum sadis yang jujur membuat Wijaya merinding.

"Begitu... Perkembangan yang sangat pesat. Bagaimana dengan ekspedisi ke benua tetangga?" Sukma berdehem dan menampilkan Peta yang besar di Layar Hologram.

"Kita berhasil berinteraksi dengan Kekaisaran Parpaldia di benua.... Benua Philades. Mereka adalah seperti yang aku bilang nama mereka, Negara berbasis monarki, tapi nampaknya mereka sedang ada masalah yang sama dengan kita. Serangan bajak laut." Ujar Sukmawati menunjuk Benua Philades yang ternyata cukup dengan Indonesia.

"Ahh benua besar itu... Masalah bajak laut? Apakah kita tahu dimana markas utama mereka??" Tanya Wijaya sambil mengelus jenggotnya.

Sukmawati mengangguk dan menunjuk Benua Vestal yang terdapat beberapa titik yang menandakan markas para Negara Bajak Laut.

"Negeri Bajak laut heh, seperti Anime Jepang itu, apa namanya? Ah iya, One Piece." Tawa Wijaya dan nampaknya Sukmawati mengetahui refrensi yang dimaksud.

Summoning GarudaWhere stories live. Discover now