1. Emptiness

154 11 0
                                    


Tahun 2022

Gadis 25 tahun berambut panjang bergelombang terlihat sibuk dengan pensil warna di tangannya. Keterampilan jemari lentik itu tak diragukan lagi kala ia memoles gambar diatas kertas-kertas yang berserakan di meja. Disana menampilkan banyak gambar wanita dengan berbagai macam fashion yang berwarna, mulai dari gaun pesta bernuansa glamor hingga coat dan jacket . Terpajang pula baju di belakang wanita itu yang sama persis dengan salah satu gambar.

"Giama Boutique" adalah butik yang berhasil didirikan oleh seorang gadis bernama Gia. Ia telah berusaha keras mendirikan butik ini yang merupakan impiannya sejak lama. Hasil kerja kerasnya bisa dibuktikan dengan seringnya ia memenangkan penghargaan di berbagai pekan mode.

"Rani, design untuk acara Ready to Wear summer bulan depan udah siap?" tanya Gia

"Udah kok, semua udah siap kak tenang saja." kedua jempol Kirani terangkat kearah Gia, "Nanti Lian akan kemari," tambahnya.

"Mau apalagi dia," Gia memutar bola matanya malas saat mengetahui artis bernama Arlian itu hendak ke butiknya. Bukan berarti ia tak suka ketika secara khusus membuat baju untuk seorang artis ternama, hanya saja ia tertekan bila artis tersebut adalah Arlian. Kliennya itu sangatlah cerewet, membuat Gia kewalahan.

Belum usai mereka berbincang tentang Arlian, tiba tiba suara lonceng pintu terdengar yang menandakan seseorang telah memasuki butiknya. Seseorang dengan tampilan modis, beralas high heels, dan tak lupa pula kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, ah juga tas jinjing berwarna cream senada dengan setelan yang ia kenakan. Siapa lagi dia kalau bukan orang yang baru saja jadi bahan perbincangan.

"Hai kakak cantikku," sapanya riang memeluk Gia kemudian beralih melambai pada seseorang di sampingnya, "Hai untukmu juga, Kirani."

"Apa kabar nona selebriti? ada yang bisa kami bantu?" Kirani menyambut artis itu dengan senyum lebar di bibirnya, Gia yang menyaksikan hal tersebut pun hanya menggeleng kepala dan kembali ke meja kerjanya.

"Dua minggu lagi akan diadakan award nominasi artis baru bertalenta nih, biasalah." Arlian menaik turunkan alisnya dan tersenyum penuh arti.

"Baiklah, nona Arlian ingin gaun yang seperti apa? nanti biar sang ahli yang berperang." Partner bisnisnya itu tersenyum menengadahkan tangan kearah Gia yang seketika melempar bantal berbentuk love padanya. "Baik, serahkan saja semuanya padaku, nanti aku juga akan memberimu surat pemecatan." sarkas Gia

"Oh ayolah aku hanya bercanda bosku yang cantik," rayunya dengan menyenggol-nyenggol pundak sang atasan. Percayalah Gia tak akan setega itu dengan partnernya yang bahkan sudah ia anggap saudari sendiri.

"Baiklah, ayo kita berdiskusi!"

"Bisa lebih cepat, nona? setelah ini aku masih ada acara lagi." Tatap Gia tajam pada sang artis.

Mereka bertiga pun rapat mengenai gaun yang akan dikenakan saat award nanti, kegiatan tersebut memakan waktu sekitar 3 jam karena request dari kliennya yang sungguh menyebalkan.

-

-

-

"Pah, lihat! anak kita sangat tampan ya. Mirip papah."

"Hidungnya mirip aku, matanya mirip mama."

Gadis itu terus berdiri di depan pintu kamar bersalin menyaksikan kehangatan pasangan yang tengah menyambut sang buah hati.

Gia menyeringai, "Keluarga yang bahagia, " kemudian berlalu pergi menjauhi pintu sembari membuang buket bunga yang dipegangnya, "Diatas penderitaan orang." Tersungging senyum miris di sudut bibir Gia. Seharusnya ia tak pergi kemari jika kedatangannya hanya membuat luka kembali menganga.

Gadis itu duduk dibawah pohon rindang dengan dua ice cream di tangannya. mengistirahatkan diri di sebuah taman yang terletak di tengah kota dengan beberapa bangunan yang nampak tua disekelilingnya.

Ia memandang sekeliling taman, ada sekumpulan remaja putri sedang asyik selfie, ada pula dua sejoli bercengkrama dengan penuh cinta, dan juga dua orang tua yang duduk menemani anak-anak mereka bermain. Sudut bibir tipis gadis cantik itu tertarik keatas entah dia merasa senang atau iri dengan orang-orang disekitarnya, pasalnya hanya ia yang sendirian disana. Kehampaan, kekosongan dan kesepian telah menjadi kekasihnya selama beberapa tahun.

Gianina Maheswari, gadis itu mengira dengan datangnya ia ke taman bisa mengurangi lelah di hatinya tetapi salah yang ada ia hanya terus merasa hampa. Matanya terasa panas sebulir air hendak muncul dari dari sudut matanya, ia mengalihkan pandangannya, memutuskan beranjak dari tempat itu hingga seseorang tak sengaja menyenggol bahunya dari belakang, membuat benda persegi mungil di tangannya terjatuh.

"Menyebalkan," paraunya dengan air mata yang tak dapat lagi ia bendung. Ia mencoba mengambil tas kesayangannya itu saat seorang lelaki menghampirinya dari depan, membuat Gia harus mendongakkan kepala dengan mata yang menyipit karena secercah cahaya menghalangi pandangannya.

"Hai!" sudut bibir lelaki itu terangkat, "Gia."


Gianina Maheswari

Gianina Maheswari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hayoo siapa ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayoo siapa ini?

A Walk Through The TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang