59. Jadi Alasannya

64 8 5
                                    

Halo~

Depram di sini, balik lagi sama cerita Kanaya dan teman-temannya!

Maaf baru bisa update karena niatnya aku mau nabung sampai tamat dulu, ternyata gak betah haha. Sekarang bisa ketemu mereka lagi!

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-temanmu, ya!❣️

Selamat membaca~

***

59. JADI ALASANNYA

Semua orang pernah berbuat salah, tapi terpuruk dan terus menyalahkan diri juga tidak baik.

~Pesawat Kertas~

***

Kana melirik ke arah bangku Fatia yang kosong sejak pagi, ternyata cewek itu absen, kata Tina ada acara keluarga. Ia menghela napas, padahal hari ini ingin mengajak Fatia pesta cimol dan cilok seperti tahun lalu untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-17.

"Materi kita lanjut minggu depan, jangan lupa tugasnya diselesaikan supaya bisa ikut ujian tengah semester genap."

"Iya, Buu," sahut seisi kelas kecuali Kana, ia bahkan baru sadar kalau jam terakhir sudah selesai. Satu menit kemudian, suara yang ditunggu setiap telinga di sekolah itu akhirnya terdengar, suara bel pulang sekolah.

"Mau pulang bareng, Na?" tawar Ren, berdiri di samping meja Kana dengan tas ransel di bahu kiri cowok itu.

Kana menggeleng pelan, ia menoleh ke arah pintu dan melihat Arshaka di sana. Cowok itu mengedikan dagu tanda meminta Kana segera keluar, Kana membalasnya dengan anggukkan pelan, lalu kembali menatap Ren. "Maaf, Ren. Gue ada janji sama Shaka."

"Oh, Arshaka." Ren manggut-manggut. "Kalau gitu gue duluan, ya? Jangan pulang kesorean loh, kayaknya hari ini bakal hujan lagi."

"Iya, hati-hati pulangnya."

Ren mengacungkan jempol sambil berjalan keluar kelas. Satu per satu temannya mulai meninggalkan ruangan, tapi Kana masih mengemasi barang bawaannya. Ketika merapikan loker yang sedikit berantakan, Kana melihat totebag yang dibawanya tadi pagi.

"Padahal udah dibawain kado, tapi orangnya enggak ada." Kana membuka totebag itu untuk memeriksa isinya, dua buah kotak berwarna cokelat dan biru muda masih aman di dalam sana. Sebenarnya Kana hanya punya satu kado untuk Fatia, satunya lagi titipan dari seseorang.

Setelah urusannya selesai, Kana segera keluar kelas. Ternyata Shaka sedang menunggunya sambil bersender di dinding dekat pintu. Pandangan cowok itu lurus dan tidak fokus sampai tidak menyadari Kana sudah berdiri di dekatnya.

"Shaka?" Cowok itu bahkan kaget saat Kana memanggil namanya, padahal tidak terlalu keras. "Lagi mikirin apa?"

"Enggak ada," geleng Shaka. "Ayo pulang."

"Ka," tahan Kana, ia tidak ingin langsung pulang. Ada satu tempat yang ingin Kana datangi sekarang, tempat itu tidak terlalu jauh dari sekolah tapi juga tidak searah dengan rumah mereka. "Gue mau ketemu Fatia sebentar, boleh?"

***

Kondisi rumah Fatia masih sama seperti saat terakhir kali Kana berkunjung bersama Ren dan Jevas untuk mencari cewek itu. Sepi dan sunyi. Shaka memarkirkan sepedanya di depan pagar, lalu menyusul Kana yang sudah memencet bel rumah.

"Untung belnya udah bisa," gumam Kana.

"Ini rumah Fatia?" tanya Shaka di sebelah Kana.

Kana mengangguk, ia memencet bel sekali lagi karena sudah cukup lama namun tidak kunjung ada jawaban. Ia jadi gelisah sendiri, apa Fatia tidak di rumah sejak kemarin sampai tidak sempat membuat surat untuk izin hari ini? Tapi biasanya anak-anak kelas akan minta tolong dibuatkan kalau memang tidak bisa membuat sendiri. Salah satu kebiasaan anak Sosial-3 yang tidak untuk ditiru.

Pesawat Kertas [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang