Bab 6

528 94 19
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum.
Hai guys...
Selamat membaca cerita ini.
Semoga kalian suka😊
Jangan lupa vote dan komen ya🤗







Malam hari terasa begitu sunyi. Tak ada santri yang berkeliaran saat ini. Mereka masih berada di masjid selepas jama'ah maghrib tadi untuk mengikuti kajian kitab Fathul Qorib bersama Abah Yai.

Disisi lain, tampak Gus Haidar yang baru saja keluar dari ndalem. Lelaki tampan berusia 23 tahun itu berjalan santai sembari menggumamkan dzikir dibibirnya. Berharap tidak gugup ketika bertemu seseorang yang dikaguminya. Ralat, dicintainya. Entah sejak kapan rasa itu datang, namun perempuan itu sudah berhasil memikat hatinya.

Adzan isya' berkumandang bersamaan dengan sampainya Gus Haidar di depan salah satu asrama putri. Beliau memilih diam sejenak untuk mendengarkan kumandang adzan serta menjawabnya. Setelah selesai, beliau berniat mengetuk pintu asrama. Namun tiba-tiba ragu menyelimuti hatinya entah karena apa. Tapi ini adalah perintah sang ibunda, beliau harus tetap melaksanakannya.

Tok... Tok... Tok...

"Assalamualaikum" ucap Gus Haidar berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

"Wa'alaikumussalam" jawab seorang perempuan dari dalam sembari membuka pintu.

"Eh, Gus Haidar? Wonten nopo Gus?" tanya Risma yang tadi membuka pintu. (Eh, Gus Haidar? Ada apa Gus?)

"Mbak Mahreen wonten?" tanya Gus Haidar to the point.

"Wonten, nembe sholat isya'. Kan Mahreen mboten saget nderek jama'ah teng masjid." (Ada, lagi sholat isya'. Kan Mahreen gak bisa ikut sholat jama'ah di masjid)

"Oh iya, ini kan waktunya jama'ah isya', Gus. Kok Gus Haidar malah disini? Gak jama'ah?" lanjut Risma bertanya.

"Suka-suka saya lah!"

"Dih, kok malah nyebelin sih. Saya tanya baik-baik loh."

"Lah kamu sendiri gak jama'ah kok ngatain saya."

"Saya kan izin. Kalo saya ikut jama'ah nanti Mahreen sama siapa coba? Kan Mahreen lagi sakit, gak bisa jalan. Nanti kalo tiba-tiba dia butuh apa-apa terus gak ada orang kan kasian. Gimana sih? Lagian saya juga lagi halangan." jawab Risma dengan wajah kesal.

"Lebih baik njenengan pulang aja deh Gus. Gak baik tau berdua-duaan. Masih sepi ini, belum pada pulang. Nanti malah jadi fitnah. Lagian ngapain sih cari Mahreen?" lanjutnya.

"Huft..." Gus Haidar menghembuskan nafas sejenak, sedikit kesal dengan perempuan dihadapannya.

"Tolong bawa Mahreen ke ndalem sekarang." ujar Gus Haidar lalu beranjak pergi dari sana.

"Di utus umi, saiki. Ojo salah paham sek!" lanjut Gus Haidar seraya membalikkan badan sebentar lalu melanjutkan langkahnya menuju ndalem.

"Reti ae nek aku lagi mbatin. Cenayang po yo?" gumam Risma seraya berjalan masuk menghampiri Mahreen. (Tau aja kalo aku lagi ngebatin. Cenayang apa ya?)

"Wonten nopo toh ris?" tanya Mahreen bingung melihat Risma yang cemberut.

"Lagi kesel sama orang."

"Emang tadi siapa?"

"Gus mu."

"Gus Haidar?"

"Iyalah, siapa lagi? Masa Gus Faqih. Gus Faqih mah di Yaman sono!"

"Gini amat orang pms, perasaan saya gak gini-gini banget deh." gumam Mahreen sangat pelan karena tak ingin Risma mendengarnya. Bisa panjang nanti urusannya.

Lillahita'ala (On Going)Where stories live. Discover now