18» termakan gosip

235 12 0
                                    


Rio mengangguki pertanyaan Rayna, ia menekan nomor lantai tempat kantornya berada sebelum mengatakan.

"Gue udah kerja tujuh tahun jadi udah paham sama yang namanya begituan. Banyak juga karyawan yang having fun sama rekan sekantor sampai ke hotel."

"Hah!? Segitunya? Berarti maksudnya, mereka udah sampai ketahap i-itu?" Rayna menumpuk kedua tangannya seolah memberikan gambaran apa yang ia maksud.

Rio mengangkat bahunya. "Bisa aja kan?" Ia malah bertanya balik.

Pintu lift nya sudah sampai dilantai yang mereka tuju, Rio keluar lebih dulu.

"Oh iya berkas tadi-" Rio berbalik tapi Rayna tidak berada dibelakangnya, masih didalam lift.

"Ada yang ketinggalan." Ucap gadis itu sebelum pintunya kembali tertutup.

Rayna menekan nomor 18 dengan kesal. Entahlah, tiba-tiba saja hatinya menggebu-gebu mendengar gosip tadi. Sampai-sampai membuatnya tidak bisa mengontrol emosi hingga membawanya keruangan ini, ia langsung membuka pintu tanpa mengetuknya lebih dulu dan berteriak.

"Om Kaivan! Kataㅡ" ucapannya tergantung diudara begitu ia melihat dua orang disana yang sedang dalam posisi cukup ambigu. Kaivan yang sedang mengungkung Lina disofa panjang, dan dibawahnya, tangan wanita itu tengah menahan bahu pria diatasnya.

Wajah Rayna langsung memerah, dia benar-benar dibuat kehabisan kata-kata. Baru kemarin dia merawat pria itu dengan penuh perhatian, dia juga membiarkan pria itu menciumnya seenak jidat. Dan sekarang sedang bercumbu dengan wanita lain? Itu balasannya?

Hah! Baru bertunangan saja sudah begini kelakuannya apa lagi kalau sudah menikah!?

Kaivan segera bangkit dengan tergesa merapikan bajunya begitu juga Lina yang merasa malu.

"Pergi." Ucap Kaivan pada Lina yang diangguki wanita itu, dia bangkit dan hendak berjalan keluar tapi Rayna menahannya.

"Mau kemana? Nggak dilanjutin?" Ucap Rayna menatap lina dan Kaivan bergantian. "Kedatangan saya ganggu ya, kalau gitu saya aja yang pergi. Kalian lanjutin yang belum selesai!"

Brakk!

Rayna membanting pintu kayunya hingga membuat kedua orang disana terkejut.

"Maaf pak, saya-"

"Keluar." Potong Kaivan mengibaskan tangannya pada Lina, ia memejamkan matanya lalu memijat pangkal hidungnya.

Sepertinya akan ada badai besar yang akan terjadi padanya.

💋💋💋

Tujuh paperbag dengan brand brand ternama yang tertera disana mengisi genggaman tangan Rayna yang sekarang sedang memilih Stiletto dengan khusyuk.

"Yang ini lucu nih." Tunjuknya pada benda berwarna nude itu.

Gadis disebelahnya menghela malas. "Lo udah punya yang itu, ray." Ucap bila frustasi.

"Kata siapa?" Tanyanya tak perduli, meraih Stiletto itu dan memeriksanya dengan mata berbinar-binar.

"Dua minggu lalu, lo beli yang itu. Lagian lo lagi kenapa sih? Tangan gue udah pegel bawain belanjaan lo nih." Rengek bila mengangkat kedua tangannya yang menggenggam banyak shopping bag belanjaan milik Rayna.

Seharusnya dia menolak ajakan Rayna.

Bocah congek itu sudah berada didepan apartemennya begitu dia pulang kerja, duduk sendirian seperti anak monyet yang nyasar. Lalu merengek padanya minta untuk ditemani membeli keperluan mendadak. Bila mengira sahabatnya ini hanya akan membeli keperluan pokok bulanannya, bukan malah memborong mall. Lagi, bocah ini dengan santainya menggesek kartu kreditnya tanpa ragu. Meski memang biasanya begitu, tapi kali ini Rayna seperti sedang gila-gilaan belanja.

Troublesome fianceWhere stories live. Discover now